Bagian 2

1.1K 113 2
                                    

"Aaaa! Kampret emang, kampret!" Jevan meracau sendiri sambil memukul kepala menggunakan bantal.

"Stres ya dia?" tanya Lidya dengan tatapan bingung.

Melody yang juga ada di ruangan itu mendelik. "Baru tau kalau dia stres?"

Jevan tak peduli pada kedua perempuan di depannya. Dia terus memukuli diri menggunakan bantal. "Bego! Bego!"

"Emang bego kali!" Melody mengambil bantal di tangan Jevan dan memukulnya dengan keras.

"Kampret! Sakit!"

"Makanya jangan makin aneh kaya gini! Kenapa, Van?" tanya Melody menatap serius Jevan dan mendaratkan pantatnya di sebelah kiri sahabat 'anehnya' ini.

Jevan menggeram pelan. "Gue diputusin Ayana."

Mata Melody langsung membulat sempurna. Bahkan Lidya yang sedang fokus pada ponselpun menghentikan jemarinya seketika.

"Serius?" tanya Melody dan Lidya bersamaan.

"Apaannya yang serius?" tanya Viny yang baru sampai bersama Sammy.

"Iya, gue serius baru putus sama Ayana," ucap Jevan menegaskan.

Sammy mengerutkan kening dan melempar majalah di atas meja tepat ke kepala Jevan. "Banyak gaya sih, lo!" Ucapan Sammy membuat ketiga perempuan yang sempat shock itu tersadar.

"Kampret! Sakit, bego!" Jevan melempar balik Sammy, tapi tidak kena. "Gue baru diputusin bukannya prihatin, malah dianiaya."

Viny menatap Sammy seolah mengingatkan bahwa kelakuan Sammy barusan tidak tepat. "Gimana bisa putus? Kemarin kalian udah baikan, kan?" tanya Viny seraya duduk di samping kanan Jevan.

Sammy mendengus pelan. Dia tau kalau Ayana tak mungkin memutuskan Jevan kalau bukan sahabatnya itu yang mencari gara-gara. Dia memilih duduk di sofa yang sama dengan Lidya, menunggu kelanjutan cerita Jevan.

“Kata dia, gue udah berubah. Gue bukan Jevan yang waktu kita PDKT dulu. Padahal kagak, kan?” jelas Jevan.

“Lo agak terlalu protektif sekarang,” ucap Sammy.

“Wajar dong, Sam. Namanya juga ke pacar,” sanggah Melody yang ditambah anggukan oleh Jevan. Tumben mereka sepemikiran.

“Waktu lo PDKT, kalian baik-baik ajah, kan? Malah lebih enak dilihat daripada pas pacaran.” Sammy menyandarkan punggung di sofa. “Pas dua minggu lalu jadian, kalian malah sering banget berantem. Lo nuntut inilah, Ayana pengen itulah. Ada ajah perselisihan yang buat kalian berantem. Baru juga jadian 14 hari, udah bikin sinetron di kantin.” 3 hari yang lalu memang Jevan dan Ayana bertengkar hebat di kantin sekolah.

“Salahin ajah gue terus,” gumam Jevan sambil menundukkan kepala.

Viny melihat sahabatnya bergantian. Lidya mengangkat bahu karena tidak tau harus mengatakan apa. Melody hanya terdiam sambil melipat tangan di dada. Sedangkan Sammy hanya menatapnya balik dengan satu alis yang terangkat.

Huft! Viny menghela napas pelan dan merangkul Jevan yang masih tertunduk. “Kadang kita harus punya batasan puas pada apa yang kita lakukan. Lo dulu nyaman-nyaman ajah kan, pas masih sekedar PDKT sama Ayana? Lo tau dia suka sama lo kaya lo suka sama dia. Kalian anteng-anteng ajah sampai lo minta lebih.” Viny mengelus-elus bahu Jevan. “Oke, mungkin lo pengen ada kepastian dan bilang sama semua orang kalau Ayana punya lo, tapi lo juga harus tau batasan lo sebagai pacar kaya gimana. Gue ngerti kalau lo gak mau Ayana dideketin sama cowo lain, tapi selama ini gak terbukti kan, kalau Ayana selingkuh atau ada hubungan lebih dari teman sama cowo lain?”

Jevan mengangguk. Dia memang terlalu protektif pada lelaki manapun yang ada di dekat Ayana, walau sesungguhnya mereka tak pernah berniat mengambil Ayana sama sekali. Ayana juga berulang kali menjelaskan, namun hati Jevan terlalu dikuasai oleh rasa cemburu. Hingga akhirnya, siang tadi setelah mengantarkan Ayana pulang, Jevan diputuskan oleh perempuan yang dicintainya.

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang