Bagian 43

471 85 37
                                    

Melody menatap ponselnya gusar. Puluhan pesan masuk dari Dino. Sudah hampir seminggu teman sekelasnya itu mengiriminya pesan yang menunjukkan perasaannya pada Melody. Awalnya Melody hanya mengabaikannya, tapi lama-kelamaan menjadi sangat mengganggu.

Sudah berkali-kali Melody menolak lelaki yang biasanya lebih banyak diam di sekolah tapi sangat rewel saat mengirimi pesan padanya. Melody sudah menolak Dino secara baik-baik. Tapi lelaki itu tak kunjung berhenti mengiriminya dengan kata-kata cinta.

"Mbak, Mel." Frieska muncul dari pintu kamar Melody. "Ada tamu tuh, di bawah."

"Siapa?" Melody merasa sedang tidak ada janji dengan siapapun malam ini.

Frieska mengangkat bahu. "Gak tau. Bukan temen-temen yang biasa ke sini juga."

"Cewe?"

"Cowo."

Melody semakin mengerutkan kening sebelum melangkah keluar kamar dan menemui 'tamu' untuknya di malam yang hampir menunjuk ke angka 9.

"Dino?" Melody terkejut bukan main saat melihat siapa yang duduk di sofa ruang tamunya.

"Hai, Mel." Dino tersenyum pada gadis yang dicintainya.

Melody memejamkan mata. "Tolong aku, Tuhan," ucap batinnya.

***

"Ini bukan yang pertama kalinya. Dia udah ke rumah lima hari berturut-turut, dan udah dua malem ini gue gak mau nemuin dia. Males tau, gak?" Melody menceritakan kepada keempat sahabatnya tentang kejadian yang dia alami beberapa hari ini karena seorang Dino.

"Kok, jadi makin ngelunjak gitu, sih? Lo udah sering banget bilang ke dia buat gak ganggu-ganggu lo, kan? Gue juga udah memperingati dia loh pas setelah kejadian mobil Sammy diikutin dia." Lidya ikut kesal dibuatnya.

"Mungkin dia salah tangkep sama sikap lo kali, Mel," ucap Viny sambil menyedot minumannya. Jarang-jarang jam makan siang seperti ini mereka berlima bisa berkumpul kalau bukan karena Melody yang rewel minta kelimanya makan di kantin bersama untuk mendengarkan ceritanya dengan rinci.

"Udah gue tolak berkali-kali, Vin. Awalnya gue tolak baik-baik terus. Gue bilang kalau mau fokus sekolah dulu, tapi dia gak ngerti-ngerti."

"Lagian alasan lo klise bener, sih. Mau fokus sekolah. Bilang ajah, lo bukan tipe gue. Gue maunya yang ganteng kaya Jevan," ucap Jevan yang langsung dihadiahi tendangan pada kakinya dari Melody. "Sakit, Mel!"

"Rese, sih!" Melody mendelik.

Sammy hanya diam sambil berpikir untuk jalan keluar masalah temannya yang satu ini. Saat itu juga dia melihat lelaki yang tengah kelimanya bicarakan.

Dino terlihat duduk sendirian di salah satu meja yang cukup jauh dari mereka. Dia hanya terfokus pada makanan di depannya. Tak ada tanda-tanda ingin mengganggu Melody walau keduanya sedang berada di tempat yang sama.

Lidya mengikuti arah pandang Sammy dan ikut menatap Dino dari kejauhan. "Yang gue bingung, di kelas, di kantin, di mana pun tempat ramai dia gak berani ngedeketin Melody."

"Dia takut," ucap Sammy yang membuat keempat temannya menoleh padanya. "Kalau ada kita, dia gak berani ngedeket. Dia tau kalau ada kita, ada yang ngelindungin Melody."

"Tapi dia udah berani ngikutin mobil lo dan dateng ke rumah Melody terus-terusan loh, Sam," ucap Lidya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Sammy ikut melipat tangannya. "Mungkin karena dia mau tau rumah Melody. Lagian waktu ngikutin mobil gue, dia ngikutin dari jarak yang cukup jauh."

"Terus kenapa dia bisa tau rumah gue dan gak kapok-kapok main ke sana?" tanya Melody.

"Mungkin dia nemuin cara lain buat tau rumah lo. Dan soal kenapa dia dateng ke rumah lo terus, dia lagi berusaha ngeluluhin hati lo dan keluarga lo, mungkin? Dari yang gue liat sih, dia bukan tipe yang gampang nyerah," jawab Sammy.

LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang