07. Ada Yang Berbeda

3.4K 731 50
                                    

"Sial, sial, sial."

Yejia membungkus tubuhnya dengan selimut. Lalu berguling-guling dari sudut kanan lalu ke sudut kiri.

Untung saja ketika Yejia sampai di rumah sudah nggak ada geng nya Rajendra. Kalau ada mereka mungkin kena semprot.

Kenapa sih hari ini terasa amat panjang untuk Yejia?

Mulai dari insiden Rajendra sampai harus menahan malu ketika tahu bocor. Yejia hampir menangis, sumpah.

Bahkan kedua orangtuanya bilang harus menginap di suatu tempat karena ada urusan mendadak. Selena pun demikian, kakak perempuan Yejia itu harus menyelesaikan beberapa tugas lagi yang belum terselesaikan, mengingat cewek itu berada di tahun akhir kuliah.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, ia benar-benar nggak bisa tidur kalau suasana hatinya seperti ini. Untungnya, besok, hari Senin ia nggak ada kelas.

Ting!
Ting!
Ting!
Ting!

Dengan sedikit emosi, cewek itu meraih ponselnya untuk melihat notifikasi berisik dari siapa.

Rajendra
P
Beb
Beb
Lo dimana?

Yejia makin sebal. Cewek itu hanya membaca pesan dari Rajendra tanpa keluar dari chatroom.

Rajendra
Gue udah di rumah
Eh sebenernya tadi si felix bohong
Bercanda aja

"Sialan." ucap cewek itu merasa dibodohi oleh Rajendra, lagi. Mata nya nggak beranjak sedikit pun dari chatroom nya.

Rajendra
Pizza hut buy 1 get 1, jiii
Lo mau gak?
Gue grabfood-in kalau mau
Mengingat mood lu yang nauzubillah minta di qurban

Yejia
Mau

Rajendra is calling...

Yejia langsung mengangkat panggilan itu tanpa basa-basi. Mengingat pizza, mood nya mendadak agak baik.

Maklum, namanya juga cewek. Ego nya terkadang kalah sama makanan kesukaan.

"Apa?"

"Alhamdulillah, akhirnya..." ucap Rajendra excited.

Yejia tersenyum kecil, "Apaan?"

Disebrang sana Rajendra tersenyum lebar, "Sumpah anjir, akhirnya gue denger suara lo setelah beberapa jam. Kangen anjir."

Yaampun! Yejia lemah. Lagi.

"..."

Rajendra bersuara lagi, "Pizza lo udah dipesan ya. Lo mau apalagi?"

Yejia menggeleng, walaupun ia tahu Rajendra nggak melihatnya, "Nggak ada."

"Yah, tapi gue udah pesenin Chatime sama Martabak Mertua."

Yejia melotot, "Lo mau gue gendut?!!"

Rajendra tertawa, "Gue mau lo seneng."

Yejia terdiam. Cewek itu menipiskan bibirnya.

"Jia, jangan bete-bete terus ya? Gue nggak sanggup kalau harus dicuekin atau nggak diajak ngomong sama elu."

Rajendra melanjutkan ucapannya, "Gue sampe pinjem ponsel Mamah sama Lala buat pesenin makanan buat lo. Kalau mau tahu."

Yejia tertawa. Kali ini benar-benar tawa yang lepas.

"Aaaa, makasih, Alde. Sayang lo pake bangeeeet!"

Yejia akui, Rajendra memang all in. Kenapa harus punya pacar kalau sudah punya Rajendra?

"Sayang Jia pake banget juga."

Setelahnya mereka tetap bertukar cerita seperti biasanya, dengan sesekali Rajendra meledek Yejia dan bilang kalau cewek itu terlalu jutek dan garang. Namun Yejia benar-benar nggak peduli.

Ah, rasanya mood Yejia makin membaik berkat Rajendra.

Makanan dan minuman Yejia sudah sampai sejak tiga puluh menit yang lalu, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit.

Yejia melahap makanan itu dengan santai seraya masih bercengkraman dengan Rajendra di video call. Yang sejak sekitar dua puluh menit yang lalu telfonan itu beralih menjadi video call.

Rajendra tertawa dari sebrang sana, "Laper apa doyan?"

"Mukbang." jawab cewek itu asal. Netranya mendelik ke arah Rajendra yang kontan membuat tawa Rajendra lagi-lagi pecah. Karena menurut cowok itu, wajah Yejia saat ini sangat lucu.

Yejia menatap Rajendra sinis, "Eh, rese ya lo." ucap cewek itu.

Rajendra masih tertawa.

"Al, tadi pagi gue ketemu orang, baik banget tapi aneh ketawa terus."

Rajendra menghentikkan tawanya dalam sekejap, cowok itu mendekatkan wajahnya ke arah layar, "Gue dong?" tanyanya seraya menunjuk dirinya sendiri.

Yejia menggeleng. Cewek itu meminum Chatime-nya, lalu kembali bersuara, "Namanya Kak Mark, sekomplek sama gue dan gue baru lihat dia."

Rajendra manggut-manggut dari sebrang sana, "Terus, terus?"

"Terus gue bocor."

"HAH? YA ALLAH, KOK BISA?!"

Yejia terdiam sejenak, "Ya bisa aja."

"Kok nggak bilang gue, Ji? Gue kan bisa tolongin elu."

Yejia tertawa sejenak, "Nggak apa-apa, kok. Kak Mark yang tolongin gue."

Rajendra melotot, "Anjing?! Dia ambil posisi gue, Ji?!"

"Apa sih, Al?" Yejia tertawa.

Kemudian cewek itu melanjutkan ucapannya seraya tersenyum tipis, "Dia kasih pinjem jaketnya buat gue."

Rajendra terdiam agak lama. Cowok itu memperhatikan Yejia yang sedang tersenyum lalu memakan martabaknya. Ada rasa yang berbeda di relung hati Rajendra.

Dan ada tatapan yang berbeda dari mata Yejia. Walaupun nyatanya cewek itu sedang asik dengan dunianya yaitu pizza, Chatime dan martabak. Namun senyum yang terpatri dibibir cewek itu sama sekali nggak luntur.

Tapi Rajendra menyadari bahwa mata yang biasanya menatap dirinya itu... terlihat berseri-seri.

Rajendra iri.

A/N
Yey double update nih! Melepas rindu karena udah lama banget nggak update cerita ini.

Ayo makanya vote dan comment sebanyak mungkiiiiin! 😘

Terimakasih buat yang nunggu lamaaaaa, terimakasih buat yang senantiasa vote apalagi yang comment. Makes my day bangeeeet❤ Pada intinya, terimakasih yang sudah baca yaaa!

See you on next chapter, guise!

My SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang