"Hm anu—"
Yejia yang sedang melihat-lihat buku pada rak toko buku itu tampak menoleh tak kala Rajendra mengeluarkan suara. Kedua alis cewek itu tampak menyatu seraya menunggu Rajendra kembali bersuara.
"Nggak jadi." ucap Rajendra. Lalu cowok itu memilih untuk ke lorong lainnya. Bertingkah seolah-olah mencari buku—padahal mencoba menghindar guna menghilangkan kegugupan yang hinggap. "Kampretos." gerutu cowok itu.
"Apa kabar?" tanya Yejia yang tiba-tiba ada disebelahnya. Walaupun atensi cewek itu tetap tertuju pada buku-buku yang ada didepannya, Rajendra peka akan tersiratnya nada penasaran dari apa yang Yejia lontarkan.
Mengenal Yejia lama, tentu membuat Rajendra tahu tentang cewek itu. Begitu pula sebaliknya.
Rajendra berdehem, lalu menoleh pada sosok Yejia yang ada disampingnya, "Baik, tapi jujur sih, sepi banget hidup gua tanpa lu."
"Ck." decak Yejia seraya terkekeh setelahnya. Cewek itu menipiskan bibirnya, "Sama dong kalau gitu. Gue juga baik, tapi sepi nggak ada yang rese kayak lo."
"Hahaha, gitu ya?" Rajendra tertawa pelan. Ia menggaruk tengkuknya canggung seraya melontarkan cengiran ke arah Yejia.
Yejia hanya mengulas senyuman tipis, "Jujur, gue agak canggung sama lo. Tapi kayaknya nggak harus canggung ya, Al?"
"Hmm. Ya gitu deh. Wajar sih, Ji, kita dalam hubungan yang nggak baik waktu itu."
Yejia terdiam.
"Maaf gua gegabah waktu itu. Harusnya gua nggak seenaknya bilang gitu ke lu, Ji. Saat itu emang gua lagi kalut, antara teman baru, teman lama sama pacar gua. Lu mau maafin gua nggak, Ji?"
Yejia meneguk ludah. Lalu membasahi bibirnya sebelum akhirnya mengangguk tanpa menatap Rajendra.
"Ji..."
"Iya, iya! Gue maafin! Maafin gue juga!!" ucap cewek itu agak nge-gas.
Kontan Rajendra tertawa. Tangannya terulur mengacak rambut cewek itu. Membuat Yejia melebarkan matanya antara terkejut dan salah tingkah.
"Iya, iya. Dimaafin deh. Tapi cium dulu?"
"Nggak!"
"Nggak mau nolak?"
"Nggak mau cium lo!"
"Di pipi deh."
"NGGAK!"
"Yaudah cium tangan gua aja?"
"Lo bukan orang tua gue, Al!"
Rajendra tertawa lepas. Ia langsung mencubit kedua pipi cewek itu seraya menggoyang-goyangkannya membuat wajah Yejia kontan ke kanan dan ke kiri.
"Gua jajanin sepuasnya. Gimana?"
Yejia tampak berfikir sejenak, lalu mengangguk, "Sampe bangkrut?"
"Waw, jangan dong. Nanti buat biaya pernikahan kita gimana?"
Rajendra menatap Yejia penuh protes seraya mengerucutkan bibirnya.
Yejia agak berteriak, kemudian berlalu dari hadapan Rajendra dengan kedua pipi yang memerah, "GILA!"
"EH GUA JUGA GILA KARENA ELU YA!"
Yejia mengangkat bahu acuh membelakangi Rajendra yang mengekor. Menyisakan beberapa pengunjung yang tampak menonton tingkah keduanya.
:::
"Ternyata kita baikannya segampang itu ya, Al?" tanya Yejia seraya menikmati es krimnya. Netranya memandang lurus ke arah lapangan dimana banyak anak SMP yang tengah bermain bola lengkap dengan pakaian putih-biru nya.
Rajendra mengangguk, "Hmm, kenapa nggak baikan dari lama sih?"
"Yeu, elo! Lo nggak ada inisiatif anjir ya emang?!!"
"Hahaha, gua kan kasih lu waktu dulu. Kali aja mau sendirian atau cari pacar lagi. Eh?"
"Idih, nggak kali. Gue nggak ada niatan gitu. Suudzon banget."
Rajendra menatap Yejia jahil, "Oh ya? Berarti masih mengharapkan gua dong?"
"AH ELAH. Nggak gitu." seru cewek itu seraya mencibir Rajendra. Cowok itu mencolek dagu Yejia seraya tersenyum jahil ke arah cewek itu. Membuat Yejia semakin salah tingkah.
"APA SIH LO?!"
"Marah-marah aja."
"Suka-suka gue dong!"
"Yaudah jadi pacar gua lagi."
"..."
Rajendra tampak menahan tawa tak kala Yejia nggak memberikan respon apapun. Cewek itu tampak cuek—entah pura-pura cuek, fokus pada anak-anak yang bermain bola.
"YES GOAL!" seru Yejia tiba-tiba seraya bangkit dari duduknya. Baru hendak melangkah menjauh dari Rajendra, cowok itu langsung menahan tangan Yejia.
"Mau kemana?" tanya Rajendra.
Yejia mendengus, "Buang sampah tuh kesana. Terus beli batagor. Kenapa? Mau ikut?!"
Rajendra mengangguk, lalu menyematkan jarinya disela-sela jari Yejia tanpa permisi, "Yuk. Yang disayang harus dipegang erat, biar nanti nggak hilang. Hehe."
YEJIA MAU PINGSAN AJA.
"Cih, apa sih."
"Ettt baper ettt."
"Nggak!"
Rajendra hanya melempar tawa. Membuat cewek itu lagi-lagi mendengus.
"Jadi kita ini apa?" tanya cowok itu tiba-tiba. Nggak ada nada bercanda yang tersirat dari pertanyaannya, Yejia kontan mendongak guna menatap wajah Rajendra.
Mang batagor jauh banget, padahal tinggal lima langkah lagi. Batin Yejia.
"Jia, jawab aku dong."
AL AHSJSJSKSKGHJK
"Kita... sahabat kan?"
Rajendra tampak tersenyum, "Ah, iya, ngapain gua nanya kayak gitu. Kita kan emang sahabat."
Yejia merasa nggak enak. Cewek itu masih menatap Rajendra yang tampak tersenyum seraya menatap lurus.
"...mulai dari nol lagi, ya, Al? Lo nggak keberatan kan?"
"Sure. Asalkan bisa bikin lo seneng, kenapa nggak?"
"Uhm, sorry?"
"Nggak usah minta maaf. Yang perlu lu ketahui, gua sesayang itu sama lu. Jangan pergi-pergi lagi ya, Ji?"
...iya. Gue juga sesayang itu sama lo.
to be continue