7 years later
"Makan dulu, Ji."
Yejia mengambil setangkap roti gandum tanpa mengolesinya dengan selai ataupun topping lain. Memasukkannya kedalam mulut dengan tergesa. Lalu meneguk segelas susu murni sampai habis.
"Ya Allah, anak gadis Bunda yang satu ini. Keselek tahu rasa."
"Bun... Aku udah terlambat..."
Bunda hanya mengelus dadanya, lalu setelahnya beliau melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap Yejia dihadapannya. Membuat kening anaknya itu berlipat-lipat.
"Yejia, ini Hari Minggu, dan kamu nggak ada ngajar kelas di hari ini."
Yejia mengangakan mulutnya, lalu menepuk jidatnya seraya melempar cengiran, "Ah, iya! Aku lupa, Bun, hehehe."
"Makanya cari pacar deh, sekalian aja calon suami. Umur kamu juga udah 25 loh, masa mau sendiri terus?"
Cewek itu terkekeh, "Aku lebih betah ngajar mahasiswa aja, Bun."
Sekitar dua tahun belakangan ini, Yejia memang aktif sebagai dosen muda di universitas dulunya. Sebetulnya pasca wisuda, ia sempat bekerja di salah satu bank swasta namun kabar baik datang dari salah satu dosen senior yang mana Yejia pernah menjadi asisten dosen tersebut. Beliau berkata, bahwa kalau Yejia berminat mengajar di kampus, maka akan beliau bantu. Mengingat tanpa banyak syarat, tentu Yejia menerimanya dengan mantap. Hitung-hitung sekalian nostalgia. Rasanya terlalu indah kalau sampai nggak melihat kampusnya itu. Saking terlalu banyaknya kenangan yang tercipta disana.
Dan ternyata, menjadi dosen memang semenyenangkan itu. Walaupun terkadang ada saja mahasiswa yang menyebalkan. Namun Yejia tetaplah Yejia, yang akan selalu cuek dan nggak peduli terhadap tipikal orang-orang seperti itu.
"Rajendra gimana kabarnya tuh? Kamu nggak ada kabar-kabaran sama dia? Jangan-jangan dia udah nikah, Ji?"
WAH JANGAN DONG, BUN.
Yejia mengambil posisi duduk di ruang makan, sembari mengunyah rotinya yang jauh lebih santai dari tadi ia mengangkat bahunya.
"Belum kali, Bun. Mungkin aja dia fokus sama karir kayak aku. Kan sahabat sehati dan sejiwa."
Bunda tertawa, "Dasar ya kamu. Eh, emang kamu nggak pernah suka-sukaan sama Rajendra, Ji?" tanya beliau yang kontan membuat Yejia melebarkan kedua bola matanya.
Yejia terdiam.
"Jangan-jangan kamu juga pernah diam-diam pacaran sama Rajendra tanpa sepengetahuan Ayah, Bunda, Mamah sama Papah. Iya kan, Ji?"
"Iya, emang pernah kok."
"KOK NGGAK BILANG?!"
:::
"KAMU BENERAN PERNAH PACARAN SAMA YEJIA, SAYANG?!"
Rajendra yang masih mengumpulkan nyawa akibat kurangnya jam tidur itu lantas menjauhkan ponselnya dari telinga tak kala mendengar suara Mamah yang berteriak dari sebrang sana. Cowok itu pun memencet tombol loudspeaker lalu menaruh ponselnya disamping tempat ia berbaring.