"Lo emang nggak tau diuntung ya anjing!"
Satu pukulan dari Hilman menghantam tepat dipipi Rajendra. Naufal yang ada disitu lantas mencoba menenangkan Hilman. Nggak bisa dong, kalau Naufal malah ada di pihak Rajendra. Karena sudah jelas kalau Rajendra salah. Salah total!
Gimana bisa Rajendra nggak bilang kalau malam itu dia bakalan pergi sama Laura, itu yang ada dipikiran Naufal begitu dapat telfon dari Clea kalau Yejia menginap di rumah pacarnya.
Rajendra memang bilang, kalau dia mau cabut ke teman-temannya dan juga bilang kalau Yejia tanya kemana, jawab aja nggak tahu. Rajendra nggak ngasih tau dengan siapa, tapi Felix tahu, makanya dia bilang ke Yejia pada saat malam itu. Felix nggak sengaja lihat Rajendra sama Laura ada di McD dan kebetulan Felix sama adiknya lagi disana. Tapi kedua orang itu nggak sadar.
Felix nggak mau kalau harus bohong, karena menurutnya Yejia harus tahu. Makanya Felix dengan gamblang tanpa mikir apa-apa, dia bilang kalau Rajendra pergi sama Laura.
"Kenapa harus mukul gue anjing?!"
Hilman langsung nyolot nggak terima begitu dia diteriakin balik sama Rajendra, "Lo brengsek nggak pantes dapetin Yejia!"
"Apa-apaan bawa-bawa cewek gue?!"
"Bisaan ya anjing, masih sebut Yejia cewek lo disaat lo tidur sama cewek dibelakang dia. Dan Yejia lihat dengan mata nya sendiri! Hebat emang lo."
Rajendra terdiam sejenak.
"Gue emang tidur sama Laura, tapi gue cuman numpang tidur doang. Kepala gue pening parah. Nggak usah mikir macem-macem."
"TERUS?! LU NGGAK MIKIRIN YEJIA MALAM ITU GIMANA?! LU NGGAK MIKIRIN PERASAAN DIA GIMANA?"
Naufal teriak. Cowok itu sedari tadi berusaha untuk nggak terpancing sama tingkah laku Rajendra. Tapi begitu mendengar jawaban enteng Rajendra, Naufal emosi bukan main.
"Lu nggak mikir posisi Yejia yang sekarang pacar lu, Jen? Gua pikir lu udah berhenti jadi brengsek. Ternyata salah. Lepasin Yejia, dia pantes dapet yang lebih baik."
Rajendra melotot, emosinya jadi nggak menentu, "Nggak! Sampai kapan pun gue nggak akan lepasin dia. Meskipun cuman sejengkal. Nggak akan pernah."
"Lo egois bangsat." ucap Hilman seraya menatap tajam Rajendra.
Naufal menarik nafas, "Jen, lu udah dewasa. Coba lu pikirin, kalau lu di posisi Yejia. Lu cowoknya, dan Yejia pergi sama mantannya terus katanya ketiduran di kamar yang sama. Lu bakal apa?"
"Gue bakal marah dan mungkin putusin dia. Gila aja masa bisa-bisanya dia begitu?"
Hilman tertawa, meledek Rajendra dengan tatapan menyebalkan, "Nah, sekarang Yejia lagi proses buat jauh dari lo. Tinggal lo tunggu aja."
"Gue kan begini nggak berkali-kali. Baru juga sekali. Kenapa harus dibikin ribet sama lu pada?"
Bug!
Naufal memukul pipi Rajendra dengan keras. Cowok itu tersenyum remeh, "Brengsek. Lu bukan temen gua, Jen."
Naufal berlalu dari kamar Rajendra, menyisakan Hilman yang tersenyum sinis, "Udah gue bilang kan, Laura itu pembawa sial buat lo."
Kemudian Hilman menyusul Naufal berlalu dari kamar Rajendra. Meninggalkan Rajendra yang termenung kaku tanpa berniat mengubah posisi sedikit pun.
Yejia marah? Masa sih?
:::
"Gue lihat sama mata gue sendiri, Cle. Rajendra tidur di kasur itu..."
Clea mengusap-usap punggung Yejia, sedari malam setelah pulang dari lokasi itu Yejia langsung menghubungi Clea dan bilang bahwa cewek itu akan bermalam di rumah Clea. Untungnya pukul sebelas, Clea belum tidur. Yejia turun dari mobil dan langsung berhambur ke pelukan Clea.
Clea menyodorkan tisu, "Aku takut ini cuman akal-akalan Laura aja, Ji."
"Gue mikir gitu juga, apalagi pas lihat Rajendra baju nya masih lengkap. Dan kayak udah tepar nyenyak banget. Tapi hati gue mengelak, kenapa harus jalan sama Laura? Kenapa harus bohong sama gue? Harusnya dia jujur aja. Lo taukan gue nggak pernah larang atau pun nuntut dia ini itu. Tapi... kenapa dia gini?"
Clea terdiam. Rasanya hari ini ia cukup jadi pendengar yang baik untuk Yejia. Mengingat suasana hati Yejia yang masih memburuk.
"Gue sayang sama dia, Cle. Rasa gue udah berubah, bukan lagi rasa gue sebagai sahabatnya dia, Cle."
Yejia menangis lagi, "K-kenapa harus sesakit ini, Cle...hiks."
"Please. Hari ini kamu boleh nangis sepuasnya, tapi besok dan seterusnya kamu harus tetep jadi Yejia."
Yejia menggeleng lemah, "Gue galau, Cle. Rasanya air mata gue nggak abis-abis buat nangisin si buaya."
"Jia... Kalau Rajendra ngejelasin ke kamu, bakalan di denger nggak?"
Yejia diam. Seharusnya memang itu yang butuhkan Yejia saat ini yaitu penjelasan langsung dari Rajendra. Tapi mengingat semuanya, hatinya remuk. Yejia bahkan nggak sanggup untuk ngingat nama Rajendra, apalagi harus melihat wajah dan mendengar suara cowok itu.
"Iya, gue bakal dengerin tapi nggak tahu kapan."
Clea tersenyum mendengar jawaban itu, rasanya lega. Ia tahu persis, Yejia bukan tipikal perempuan yang akan membuat masalah makin ribet. Clea hanya bisa berharap, supaya Rajendra ke depannya lebih memahami gimana perasaana Yejia dan begitu juga Yejia supaya dia lebih leluasa menunjukkan perasaannya ke Rajendra.
"Cle, apa gue putus aja, Cle?"
"Kamu harus ambil dua resiko kalau emang mantap pilih putus. Pertama, putus hubungan sebagai pacar. Kedua, putus hubungan juga sebagai sahabat. Semuanya nggak akan sama lagi, Ji."
Yejia memejamkan matanya sejenak, lalu kembali menangis dalam diam.
Kenapa harus sesakit ini sih sayang sama lo?
to be continue
A
/N
Double update nih yaaa eheheh. Cerita tanpa konflik kan nggak seru yaa😭Masa baru jadian udah berantem terus putus yeeekan. Semua akan indah pada waktunya, eak.
Happy reading! Terimakasih yang sudah bacaaa❤