Canggung.
Rasanya jadi canggung. Sedari pagi bahkan Yejia sama sekali nggak berniat untuk keluar kamar. Rasanya nggak sanggup bertatap muka sama Rajendra. Kayaknya kalau lihat cowok itu bawaannya langsung teringat kejadian tadi malam.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 10 dan Yejia sibuk menghapuskan bayang-bayang semalam. Bayangan dimana Rajendra menciumnya lembut lalu lama kelamaan semakin dalam dan membara. Bagaimana dirinya yang terasa terbang ke awan yang dengan senang hati menerima bahkan membalas ciuman itu. Sampai akhirnya, Rajendra melepaskan tautannya dan berucap, "Tidur gih udah malem nanti takut kelepasan."
Setelah mendengar lontaran kalimat yang diucapkan Rajendra, Yejia langsung melesat ke kamar tamu dan nggak bisa tidur dengan tenang. Bahkan dirinya baru bisa memejamkan mata selepas shalat subuh dan bangun pukul tujuh.
Sejujurnya kepala Yejia agak berdenyut karena mungkin kurang tidur ditambah ia lapar. Tapi tentu ia salah tingkah sendiri dan nggak mau bertatap muka langsung dengan cowok itu.
Ponselnya bergetar, menampilkan nama seseorang yang ia hindari yang kini tengah menelfonnya. Yejia nggak ada niatan untuk angkat telfon itu.
Sampai akhirnya suara ketukan pintu membuatnya kembali pada dunia nyata. Jantungnya berdetak cepat. Panik. Sungguh Yejia panik.
Ia berdiri lalu berlari ke arah cermin untuk merapihkan rambutnya atau sekedar mengecek kalau kondisinya pantas untuk dilihat orang lain.
Tok tok
Ketukan itu membuat ia makin panik. Yejia berjalan ke arah pintu seraya mengatur nafasnya.
"Y-ya sebentar." ucapnya.
Pintu pun terbuka, menyuguhkan Rajendra yang terlihat baru beres olahraga. Dengan menggunakan sleeve shirt hitam dipadukan dengan training berwarna merah. Membuat Yejia malah salah fokus dan melihat bisep Rajendra dengan mata melotot.
"Kamu belum makan, kan? Ayo aku beli bubur tuh."
Yejia mengerjap-ngerjapkan matanya sedangkan Rajendra tertawa renyah.
"Jangan diliatin terus otot akunya, nanti mata kamu copot."
Tuhkan! Yejia makin salah tingkah.
"Apa sih, Al?!"
"Kok ngegas?" Rajendra tertawa.
Yejia mendelik, "Bawa motor juga nggak gimana mau ngegas!"
Lagi-lagi Rajendra malah melemparkan tawanya yang membuat matanya kini terlihat seperti bulan sabit. Sementara Yejia mencibir kecil dari bibirnya.
Jangan ketawa! Terlalu ganteng ahsgdghsjsjsk.
Batin Yejia berteriak. Lain dimulut, lain dihati. Dimulut mencibir, dihati memuji. Dasar cewek.
"Ayo ah, makan." Rajendra menarik tangan Yejia.
Cewek itu melepaskan tangannya dari tangan Rajendra, "Jangan pegang!"
Rajendra tersenyum miring seraya menatap Yejia dengan tatapan jahil.
"Ohhh, masih mikir kotor ya kamu?"
Yejia melotot.
Rajendra menepuk puncak kepala cewek itu, "Kamu keramas mending, biar pikiran mesum kamu luntur."
Cowok itu langsung berlari menuju ruang makan meninggalkan Yejia yang wajahnya memerah.
"ALDEEEE!" teriaknya.
Tawa Rajendra pecah. Suara tawanya bahkan terdengar jelas walaupun cowok itu nggak disamping Yejia.
Dasar nyebelin!
:::
"Tidurnya nyenyak ya?" tanya Rajendra seraya menyuapkan sesendok bubur ke dalam mulutnya.
Yejia yang sedang sibuk mengaduk bubur yang dipadukan kecap manis dan sambal itu, menoleh sekilas ke arah Rajendra yang duduk didepannya.
"Nyenyak."
Tapi bohong.
Rajendra manggut-manggut, "Syukur deh jadi kamu nggak kurang tidur."
"Hmm." timpal Yejia seraya menyuapkan sesendok bubur dengan racikan andalannya.
"Kalau aku nggak nyenyak, kepikiran kamu terus. Makanya aku tadi lari keliling komplek biar nggak kepikiran. Tapi kayaknya nggak ngaruh."
UHUK
Cewek itu tersedak. Rajendra yang panik langsung bangkit dari duduknya lalu mendekati Yejia dan menyorkan segelas air putih seraya mengusap pelan punggung cewek itu.
"Makanya berdoa." ucap Rajendra.
Lo yang bikin kaget, kampret! Rasanya Yejia mau memaki. Tapi masih pagi, nggak bagus aja pagi-pagi udah melontarkan makian. Hahaha.
"Udah, udah. Gue nggak apa-apa."
Rajendra menatap Yejia lamat-lamat tanpa mengeluarkan suara. Yejia menautkan kedua alisnya.
"Kenapa? Ada yang aneh? Iya tau, tau. Gue emang belum mandi."
Rajendra menggeleng pelan namun masih menatap cewek itu.
Yejia makin salah tingkah.
"Apa? Jangan liatin kayak gitu!"
"Kok kamu ngomongnya gue-elo sih? Kan udah janji pakai aku-kamu."
Ah, Yejia lupa.
Cewek itu nyengir, "Oh iya, lupa."
Rajendra tertawa pelan, lalu mengusak sebentar rambut cewek itu dan kembali duduk ke bangku nya seraya menikmati semangkuk bubur tanpa kecap atau sambal.
"Tau nggak kita kayak apa?" tanya Rajendra tiba-tiba.
Yejia yang tadinya tengah asik menikmati bubur lantas mendongakkan kepalanya ke arah Rajendra yang ternyata buburnya sudah habis.
"Apaan?"
"Kayak pasutri, anjir."
PARAH.
Wajah Yejia memerah tanpa aba-aba. Makin-makin deh salah tingkahnya.
Boleh nggak sih Yejia berharap ucapan Rajendra itu jadi kenyataan? Membayangkannya saja udah buat Yejia hampir melebur, gimana kalau kejadian.
Rajendra bersuara lagi, yang membuat Yejia semakin ketara baper.
"Nanti ya beberapa tahun lagi."
Aduh! Beneran melebur.
to be continue