"Rokok?" tawar Naufal begitu melihat Rajendra memasuki halaman rumahnya dengan wajah ditekuk.
Rajendra menggeleng lalu mengambil posisi duduk dibangku teras yang ada di rumah Naufal. Sedangkan teman-teman yang lainnya yang juga ada disini lebih memilih melanjutkan kegiatan mereka, ada yang bermain gitar, merokok, bercanda dan saling bully mem-bully. Namun Rajendra tampak nggak minat untuk bergabung.
Hisyam mengeluarkan kepulan asap rokok dari mulutnya, lalu membuang puntungnya ke asbak, kaki nya melangkah ke arah Rajendra yang hanya menatap teman-temannya yang sedang asik.
"Ribut lu sama cewek lu?" tanya Hisyam begitu mendudukkan diri disamping Rajendra.
Rajendra mengangkat kedua bahunya, lalu mengeluarkan vape dari saku jaket parasutnya. Cowok itu lebih memilih terdiam enggan buka suara lalu mulai larut dalam pikirannya sendiri ditemani dengan kepulan asap vape yang keluar dari mulutnya.
Hisyam tampaknya nggak berniat untuk tahu lebih dalam tentang ada apa sama temannya itu. Cowok berbibir tebal itu kini memilih untuk bermain game diponselnya.
"Hubungan lo udah jalan hampir 10 bulan, Jen. Dan lo selama sebulan gini-gini aja sama Yejia? Gue kok aneh, lo tuh sama dia sebelumnya sahabatan dan nggak pernah tuh kalian begini. Ada apa sih?"
Rajendra menoleh ke arah Raffi yang kini melipat tangan dihadapannya dengan tatapan sulit diartikan.
"Sebulan ini lo juga kayak orang asing di circle ini. Sebulan ini bukan cuman Yejia yang nggak ngerti sama lo, tapi kita pun sama nggak ngertinya kayak dia."
"Lu pada nggak akan ngerti." ucap Rajendra.
Naufal berdecak, "Nggak ngerti gimana? Lu udah temenan sama kita dari zaman SD, Jen. Gimana kita nggak apal gelagat satu sama lain?"
Rajendra terdiam. Tangannya kian mengepal pada vape yang digenggamnya. Berusaha untuk nggak emosi berlebihan terlebih sekarang mereka tengah kumpul-kumpul, mengingat beberapa waktu belakangan mereka semua jarang kumpul. Rajendra meredam emosinya yang hendak memuncak, supaya nggak merusak suasana malam ini.
"Lo bosen sama Yejia?" tanya Hilman.
Rajendra menatap tajam ke arah Hilman, sedangkan yang ditatap malah melempar cengiran.
"Jen, bedain mana yang namanya menjalin hubungan sebagai pacar sama menjalin hubungan sebagai sahabat. Lo harus terima resiko, kalau memilih untuk jadi pacar setelah lo sahabatan lama sama dia. Jangan jadi pengecut, lo pikir lo doang yang bosen? Gue jamin, Yejia juga bosen sama lo yang sebulanan ini bukan lo banget."
Rajendra menoleh ke arah Gaffar.
Felix angkat suara, "Timing yang tepat untuk berkeluh kesah sama sikap lo sebulanan ini. Lo boleh bosen sama hubungan lo, tapi bisa nggak lo jangan korbanin ke-nggak-tahuan Yejia perihal ini? Lo gila anjing. Hampir tiap hari balap nggak jelas, ke club sama temen baru lo itu. Lo anggap kita semua apaan?!"
Davian menipiskan bibirnya, rasanya atmosfer disini mendadak nggak enak. Cowok itu lebih memilih nggak ngucapin sepatah kata pun. Netranya lebih tertarik untuk natap temannya satu persatu. Merasa asing... merasa kalau kondisi kayak gini nggak seharusnya terjadi. Berteman sejak SD membuat mereka paham satu sama lain. Tapi situasi seperti ini pertama kalinya mengukung mereka.