"Apa?"
"Apa yang apa?"
Yejia mendengus sebal. Kemudian cewek itu menangkup kedua pipi Rajendra sedangkan cowok itu menahan untuk nggak natap mata Yejia.
Sekarang keduanya tengah berada di kamar Rajendra. Karena sejak kejadian di kios bakso tadi, cowok itu merajuk. Yejia langsung ia ajak ke motornya lalu membawa cewek itu ke rumahnya tanpa ada pembicaraan sepanjang jalan. Begitu sampai di rumah Rajendra, Yejia pun langsung disambut orang tua Rajendra dengan sumringah. Mamah Rajendra bersyukur karena Yejia datang disaat yang tepat, karena kedua orang tua Rajendra harus ke luar kota dan nggak akan pulang malam ini. Besar kemungkinan menginap antara satu sampai dua hari, dan disinilah Yejia terjebak karena Mamah Rajendra menitipkan Rajendra pada dirinya.
Bahkan Mamah Rajendra sudah menghubungin Bundanya, dan langsung diiyakan dengan antusias oleh Bunda Yejia. Katanya mau menghabiskan waktu sama Ayah karena nggak ada Yejia.
Yejia sebal! Kenapa orang tuanya kelihatan cuek-cuek aja disaat anaknya harus menginap hanya berdua di rumah Rajendra? Huh, mau sedekat apapun keluarga mereka, Yejia dan Rajendra itu tetap berbeda jenis kelamin. Kalau sampai ada sesuatu hal yang nggak diinginkan gimana? Ah, pasti Bunda Yejia dan Mamah Rajendra senang bukan main. Yejia jamin 1000%, karena kedua wanita itu mendukung Rajendra dan Yejia untuk menjadi pasangan.
Dari dulu, baik Bundanya ataupun Mamahnya Rajendra, memang selalu menjodoh-jodohkan keduanya.
Oke lupakan perihal itu. Kini Yejia memfokuskan pandangannya ke wajah Rajendra—yang melihat ke sembarang arah.
"Kamu cemburu?" tanya Yejia.
Rajendra diam.
Yejia menjauhkan tangannya dari kedua pipi Rajendra. Lalu menghela nafas pelan, "Nggak usah gengsi. Cemburu ya bilang. Nggak ya bilang."
Rajendra masih diam. Cowok itu bahkan memilih untuk menatap ke arah jendela kamar yang belum ditutupi gorden menyajikan rintikan air deras yang turun ke bumi.
Hujan. Yejia hanya berharap satu hal, yaitu nggak mati lampu. Mengingat hujan nya amat deras, biasanya akan disusul dengan mati lampu.
"Jangan deket-deket lagi sama Mark, aku nggak suka." ucap Rajendra.
Yejia tersenyum lebar, "Nah, gitu dong! Susah bener bilang gitu doang."
Cowok menatap Yejia yang tengah tersenyum lebar, membuat kedua ujung bibirnya pun ikut tertarik hingga membentuk sebuah lengkungan.
"Ada minuman anget apa di rumah?" tanya Yejia.
"Mau yang anget-anget?"
"Iya lah. Hujan gini enak yang anget-anget, Al. Mana aku nggak ngantuk."
Rajendra merentangkan kedua tangannya seraya menatap Yejia lembut dengan senyuman yang nggak luntur dari bibirnya.
"Peluk aku aja."
"Nggak. Anterin ke dapur, tunjukin dimana rencengan minuman anget."
Rajendra mengerucutkan bibirnya, memandang sebal ke arah Yejia. Sedangkan Yejia tengah menatapnya dengan alis terangkat seraya melipat kedua tangannya didepan dada.