2. The Game

88K 7K 311
                                    

"Kamu yakin ini nggak apa-apa?" Amar meringis saat istrinya mengangguk penuh keyakinan. "Ken, ini Eve lho yang lagi kita bahas." Amar perlu meyakinkan sekali lagi, sebelum ia menyetujui rencana gila Kenya. "Sesat lho kita, kalau ngejerumusin Eve gini."

Amar hanya tak habis pikir, bagaimana mungkin istrinya harus repot-repot membuat rencana sinting hanya agar sepupunya tersebut dapat melepaskan keperawanan.

"Aku nggak mau lho kalau ending-nya, kita yang bakal kena damprat Eve habis-habisan." Amar terus menggerutu. Sebenarnya ia sudah uring-uringan sejak kemarin, ketika ide gila di kepala istrinya muncul.

"Takut banget sih," Kenya berujar santai. "Ini justru demi kebaikan Eve, Mas." Tambahnya tanpa beban. "Eve tuh terlalu tegang, pembawaannya yang serius begitu bikin cowok-cowok mlipir kalau deketin dia. Belum lagi sikap sinisnya itu. Kalau kita nggak bertindak, dia bakal lajang terus seumur hidup." Kenya menjabarkan sifat jelek sepupunya itu dengan sangat baik.

"Tapi nggak mesti pakai orgasme 'kan, Ken?" Amar kembali bersuara. Raut ngeri sudah membayang di wajahnya. "Bisa di gorok Om Ken aku kalau ketahuan ngejerumusin anaknya ke lembah nista kayak gitu," tutur Amar merinding.

Kenya berdecak dengan mata memutar. Sejak menikah dengan Amat beberapa bulan lalu, ia mulai mengerti bagaimana kecenderungan Amar dalam berpikir hingga seribu kali. Namun anehnya, Amar tak pernah bersikap berlebihan begitu jika sudah menyangkut pasien yang harus di operasinya. Amar begitu cekatan. "Om Ken nggak akan marah, percaya deh." Kenya berujar yakin. "Tante Alif tuh udah pengen nimang cucu, cuma kalau buat Eve hamil lebih dulu, Om Ken pasti bakal terluka. Makanya, dia kita perkenalkan dulu sama nikmatnya orgasme. Biar dia nagih dan akhirnya minta sendiri."

Andai saja saat ini Kenya tak sedang mengandung, Amar tak akan berpikir dua kali untuk menoyor kepala istrinya itu. Sumpah, isi kepala perempuan itu benar-benar sampah semua.

"Paling nggak, kita kenalkan dulu deh si Eve sama ena-ena. Biar dia tuh paham, kalau kesenangan itu bukan cuma sebatas menang proyek doang. Dia perlu tau, kalau sex jauh lebih menyenangkan." Lalu Kenya menyerigai geli pada Amar. Sambil membelai perutnya yang buncit dengan gerakan memutar, Kenya kembali melanjutkan khutbahnya. "Ayolah, Mas, mumpung Eve belum resmi 40 tahun. Kita harus bantu dia keluar dari zona 'kekeringan' yang membuatnya nyaris memdapatkan predikat sebagai perawan tua."

Amar hanya mendengus, tapi sepertinya laki-laki itu sudah termakan oleh ocehan Kenya mentah-mentah. "Jadi udah final ini?" ia pasrah pada akhirnya. Sebab berdebat dengan Kenya hanya akan membuatnya semakin pening dengan banyaknya kalimat sanggahan dari wanita itu. "Pokoknya, aku nggak mau terlibat jauh ya, Ken? Ini semua idenya kamu."

Kenya tertawa renyah. Lalu melingkarkan kedua lengannya pada leher sang suami. "Iiiihh... lucu banget sih suamiku kalau ngambek. Cium sini cium ..." kekehnya puas.

"Kalau ada maunya aja sok manis." Keluh Amar kesal. "Besok deh aku ajak anak-anak kumpul. Dan masalah Eve, itu urusan kamu ya? Aku cuma handle cowok buat dia."

"Setuju!" pekik Kenya girang.

***

Berkat sebuah permainan setan, Abra dan empat rekannya harus di buat jantungan saat menunggu giliran memutar botol bir yang isinya sudah tertuang sempurna di dalam lambung masing-masing dari mereka.

Adalah Amar, yang mengusulkan permainan konyol begini pada mereka. Sebab alih-alih mencari mangsa untuk memuaskan nafsu setan yang sudah membakar badan, calon Ayah tersebut meminta teman-temannya untuk melakukan kegiatan kekanak-kanakan begini hanya karena dalih bahwa malam ini, Amar yang akan membayar semua minuman mereka.

Tanpa curiga sama sekali kalau ternyata, ada udang yang bersembunyi apik di balik batu.

Ck, dasar para testoteron dungu!

Knock Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang