***
“Apa sih salah gue, Tuhan? Kenapa cobaan buat gue gini banget sih?” keluhnya menjatuhkan kepala di atas meja bar yang dingin. “Kenapa sih, cobaan gue aneh-aneh aja? Pertama mantan, sekarang kedudukan, besok apalagi? Mertua galak yang ogah nerima gue jadi menantu? Halah, kayaknya gue benaran harus ganti nama.” Abra meracau seorang diri di tengah hiruk pikuk pesta malam.
Abra sengaja tak menyewa private lounge, karena ia ke sini tak untuk menikmati musik sialan yang entah bagaimana bisa disukai oleh manusia-manusia pemuja musik setan seperti ini.
Sebenarnya kalau boleh jujur, Abra menyukai musik pop bergenre romantis seperti yang dinyanyikan Anji lewat Dia, atau seperti Virgaun dengan Surat Cinta Untuk Starla. Dan sebenarnya, lagu terbaru Armada cukup enak di dengarnya kala kemacetan melanda. Daripada bermacet-macet ria dengan sentuhan musik DJ yang tak ia mengerti apa maksudnya, Abra lebih menyukai suara Raisa dalam Mantan Terindah.
“Aduh, kenapa harus inget Raisa sih?” gerutunya setengah berdecak. Abra mungkin tak terlalu mengikuti berita selebriti tanah air, tetapi meme kocak di Instagram serentak membuat wajah Raisa sebagai modelnya. “Lo baru tunangan, Sa. Gue mau nikah, tapi masalahnya gue nggak selevelan sama cewek gue.” Desah Abra mengangkat kepala, kemudian meneguk setengah minumannya.
Menurut Abra, mabuk di malam Senin bukanlah sesuatu yang membanggakan. Hal itu sama memalukannya dengan terangsang hanya karena menonton video telanjang murahan. Itu sama sekali tidak elegan. Sangat tidak berkelas baginya yang menjunjung estetika dalam bercinta.
Well, benar sekali. Mungkin bagi kumpulan bocah ingusan yang baru saja merasakan mimpi basah, cara jitu untuk mengumpulkan hasrat adalah beramai-ramai menonton film porno, lalu akan mengerut dada sekaligus selangkangan saat desahan wanita mulai terdengar di sana. Namun untuk Abra yang sudah kakap dalam hal mengendalikan libido, hal itu sangat kampungan.
Dan ia sedang merasa kampungan sekarang. Walau ia sedang tak benar-benar menonton orang lain bercinta. Tetapi tetap saja terasa sama. Karena kini, ia sedang berencana mabuk di malam Senin. Sementara besok ia harus membuka kantor dengan pekerjaan-pekerjaan baru yang bertumpuk. Mau bagaimana lagi, Abra sedang tak berada dalam kondisi baik untuk pulang ke rukonya dan mempersiapkan diri untuk esok. Otaknya sedang kusut.
Ada kenyataan busuk yang baru saja ia ketahui. Dan hal itu tak hanya mencoreng wajahnya, namun melukai hatinya. Katakanlah ia terlalu berlebihan menyikapi ini, Abra tak masalah. Sungguh. Namun kepercayaan dirinya yang selalu ia patok tinggi, mendadak runtuh hanya karena fakta bahwa wanita yang berniat ia nikahi adalah sosok yang telah berhasil menafkahi ribuan orang secara harfiah.
Lalu Abra merasa mati kutu. Mati gaya. Dan mati semati-matinya.
Bayangkan saja sekasar ini, ia adalah model celana dalam sekelas David Gandy, lalu memutuskan menikah dengan seorang teman kencannya dengan alasan absurd yang hanya Tuhan yang dapat mengerti maksudnya. Lalu saat ia bermaksud mengenalkan calon istrinya, dirinya dibuat terkejut ketika keluarganya histeris memanggil wanita yang ia bawa sebagai Puteri dari kerajaan Yordania.
Sial!
Benar-benar mengesalkan bukan?
Analoginya, bagaimana mungkin model celana dalam dapat bersanding dengan ningrat berdarah berwarna-warni? Catat, bukan ningrat berwarna biru, karena hal itu sudah terlalu mainstream.
Sangat-sangat mustahil bukan?
Selain itu, dunia pasti akan mengecamnya. Mengatakan bahwa ia hanyalah lelaki berpenghasilan minim yang gajinya bahkan hanya mampu membeli satu pack Charm body-fit untuk sang princess disetiap bulannya. Lalu, untuk memberi Kiranti, Abra akan kelabakan. Hah, sial! Pemikiran apa ini, Abra?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Your Heart
ChickLitSebagian BAB berada dalam Mode Private *** Yang satu tengah mencari calon suami, sementara lainnya masih berlari mengejar yang tak pasti. Lalu mereka bertemu karena sebuah konspirasi. Jangan tanyakan bagaimana mereka jatuh cinta. Karena pernikahan...