4. Alexa, Kenzo, Alvaro dihukum

578 77 0
                                    

Happy reading:))

Aku membuka kedua mataku ketika cahaya matahari memasuki kamarku, aku melihat ke arah jarum jam, huu untung masih jam enam.

Aku bangun, dan mengumpulkan nyawa sebentar, aku mendengar ketukan pintu kamarku, pasti bang Alex.

"Hmm masuk aja." Ujarku.

Bang Alex membuka pintu dan menghampiriku, "gimana perut lo dah ga sakit kan?" Tanya bang Alex, aku kembali teringat semalam yang perut ku sangat melilit gegara lagi datang bulan, untung sekarang udah nggak.

"Udah gak kok bang." Ujar ku, bang Alex tersenyum dan mengacak rambutku terus menarikku kedalam pelukannya.

"Maaf, gue emang bolot dan gatau soal cewek yang lagi kedatangan tamu, liat kemarin lo nangis gue ngerasa gagal jadi kakak." Aww sosweet, aku tersenyum dan mengangguk.

"Lo gosah ke skolah yah?" Aku menggeleng.

"Gamau gue harus skolah kali, lagian kan udah gasakit ini, masa cuma masalah sepele gue gak ke skolah." Ujarku.

"Itu bukan masalah sepele dek." Ujarnya.

"Lo percaya gue kan? Gue dah baik-baik kok bang." Bang Alex menatapku untuk memastikan, aku tersenyum.

"Yasudah, gue tunggu diluar." Bang Alex langsung keluar, dan aku mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.

*****

Aku sudah siap dengan balutan seragam putih abu-abuku, sebentar lagi aku meninggalkan seragam ini, aku tersenyum menatap tubuhku di cermin.

Aku melihat jam putih di tangan kiriku, 6.30 aku langsung mengambil tas ku, dan turun ke bawah aku tau bang Alex sedang menungguku.

Aku tersenyum melihat bang Alex yang tengah sarapan sendiri, aku jadi teringat ayah dan bunda, andai saja mereka berada disisi kami, pasti hidupku lebih bahagia.

"Morning bang!" Sapaku ke bang Alex dan dia hanya mengguman tidak jelas dan makan dengan lahap. Dasar rakus!

"Bang makan pelan-pelan aja kalee, ga lari kok tuh makanan." Dia menatapku sejenak, dan melanjutkan makannya, sialan! Kayaknya makanan itu lebih berharga dibanding aku.

Aku cemberut, lalu mengambil kesal roti dan menaruhnya dengan selai, aku menatapnya geram dan masih mengolesi rotiku.

Bang Alex menatapku datar, dan langsung tersenyum geli sambil mencubit pipiku.

"Lo tau gak, muka lo itu jelek di kasih gitu, eh tapi udah jelek memang sih." Tai!

"Idih daripada lo ganteng sih tapi gak pernah ngehargain cewek taunya cuma buat nangis cewek." Sindirku, bang Alex memang begitu, dia benci kalau ada yang menyukainnya, entah kenapa.

"Serah gue dong." Jawabnya dan melanjutkan makan, aku pun makan roti, sebenarnya aku ingin makan nasi tapi takut gabisa ngabisin mending sarapan di kantin saja.

Jam sudah menunjukan tujuh pas, kami sudah daritadi selesai, bang Alex berjalan ke garasi untuk mengambil mobil sedangkan aku menunggu di depan pagar.

Kami sudah berada di jalan raya, tumben tidak macet biasanya jam segini sudah macet, aku langsung teringat keadaan mobilku.

"Astaga bang, mobil gue gimana nih?" Ujarku padanya.

"Tenang aja, mobil lo ada di rumah teman gue." Jawabnya masih fokus ke depan.

Unforeseen DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang