41. Adinda malaikat kecil Ayah

66 22 0
                                    

Happy reading:))

*****

"Saat waktu terus berjalan maju. Hatiku semakin tak tentu. Memikirkan apa yang telah terjadi padamu. Namun, apapun itu aku harap kita tetap bersama sampai waktu yang tidak tentu."

*****

Di suatu tempat seorang anak perempuan berumur tiga belas tahun sedang berlari-lari dengan ekspresi yang sangat bahagia, ia berlari tertawa kasana-kemari dengan riang gembira.

"Dinda hati-hati nak nanti kamu jatuh loh." Tegur seorang pria paruh baya.

"Ihh, papa Dinda kan lagi senang." Ujarnya manyun dan bergantung manja di lengan Dika.

"Memangnya anak kesayangan papa lagi senang kenapa hmm?" Tanya Dika yang kini menatap wajah anak kesayangannya dan mengelus pipinya lembut.

"Papa Dinda udah besar kan?" Tanya Adinda yang menghiraukan pertanyaan Dika.

"Loh, Dinda mau besar bagaimana pun dimata papa kamu tetap anak kecil kesayangan papa tau!" Ujar tegas Dika kemudian mencubit manja hidung Adinda.

"Ihhh papa! Dinda itu udah besar bukan anak kecil lagi." Ujar Adinda merajuk lalu melipat tangannya di depan dada.

Dika yang melihat tingkah anak kesayangannya tertawa, "iya sayang Dinda udah besar." Ujar Dika di sela tertawanya.

"Jadi Dinda udah boleh pacaran dong pah?" Tanya Adinda dengan senyuman polosnya.

"Ohh anak kesayangan papa lagi suka sama orang yah." Goda Dika yang membuat pipi Adinda merah merona.

"Papa ahhh, jangan gitu Dinda kan jadi maluuu!" Teriak Adinda sembari menutup pipinya yang merona.

"Memangnya siapa orangnya? Beraninya saingin papa." Ujar Dika.

"Kok saingin sih pah?" Tanya Adinda yang tidak mengerti perkataan Dika.

"Yang Dinda boleh suka itu cuma papa, gaboleh ada orang lain lagi sayang." Ujar Dika lembut.

"Kalau papa mah tetap nomor satu yang Dinda paling suka dan paling sayang sedunia." Ujar Adinda lalu memeluk Dika.

"Permisi pak, maaf mengganggu bapak panggil saya?" Celah seorang pria seumuran dengan Dika.

Adinda melepas pelukannya dan menatap pria yang seumuran dengan Dika yang tepat berdiri di depan Adinda.

"Iya Aldo, saya menganggil kamu, kita bahas di tempat lain saja." Ujar Dika yang melirik keberadaan Adinda.

Aldo mengangguk dan segera permisi dari hadapan Dika dan Adinda.

"Dinda sayang, kamu masuk kamar yah papa ada urusan sebentar sama teman papa dulu, nanti papa temanin lagi." Ujar Dika lalu mencium kening Adinda.

*****

Dika memasuki ruangan kerjanya, yang sudah ditunggu oleh Aldo, Aldo yang melihat kedatangan Dika pun segera berdiri dari duduknya dan menyambut Dika.

"Sudah-sudah tidak udah terlalu formal." Kekeh Dika yang sudah duduk di sofa.

"Bagaimana perkembangan bisnis yang di singapura?" Tanya Dika.

Unforeseen DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang