34. Yang sebenarnya

200 30 4
                                    

Happy reading:))

"Jangan biarkan dirimu menua tanpa cerita,
Jangan biarkan dirimu sengsara mengharapkanya. Jangan biarkan dirimu terlena dengan wajahnya cukup untuk mengagumi tpi tak perlu memiliki cukup untuk mencintai tpi tak perlu mempunyai."

*****

Empat tahun yang lalu.

Seorang gadis kecil, sedang berada di dalam mobil dan menatap kearah anak-anak yang sedang bermain petak umpet.

"Om yakin perempuan itu anak yang buat ayah aku meninggal?" Tanya gadis itu sambil memperhatikan gerak-gerik seorang gadis cantik disana.

"Saya yakin seratus persen non Dinda, saya ada di tempat saat ayah kamu menghembuskan nafas terakhir." Jawab seorang pria dewasa yang sedang memegang kemudi.

"Jelaskan ke aku semua riwayat anak itu." Ujar Adinda dingin.

"Namanya, Alexandria shafira claretta, dia anak ke tiga dari tiga bersaudara, dia mempunyai kembaran bernama Alexis, tetapi kembarannya itu dititip oleh neneknya karena pada saat itu ekonomi mereka masih lemah, Alexa juga mempunyai kakak yang bernama Alex orlando arsenio. Tetapi sekarang keluarga mereka bercerai, Alexa ikut ayahnya menetap di Bandung, sementara Alex ikut sang mama di Jakarta." Penjelasan pria itu yang di dengar oleh Adinda.

"Kenapa Ivan dan Irvan bisa dekat sama Alexa?." Tanya Adinda. yang masih menatap mereka.

"Mereka sudah dekat sejak masih di taman kanak-kanak, Ivan tetangga Alexa, kamu memang sering ketemu mereka karna mereka sering ke rumah neneknya di Jakarta."

"Kenapa mereka dekat sekali!" Ujar Dinda dengan sorot mata kemarahan melihat Ivan dan Alexa sangat dekat.

"Mereka memang sepasang kekasih." Jawab pria itu, Adinda yang mendengar tidak terima itu.

"Aku pengen, mereka itu musnah bagaimanapun caranya." Ujar Adinda, pria itu mengangguk tersenyum sinis.

Mereka pun pergi dari tempat itu, dan segera berjalan menuju gudang minyak, mereka melihat sekumpulan pria yang sedang nongkrong.

"Sekarang apa yang harus kita lakuin non?" Tanya pria itu.

Adinda terdiam dan melihat sekeliling, ujung matanya menatap seorang gadis yang sangat mirip dengan Alexa, dan melihat Alexa dengan sorot mata kebencian.

Mungkin itu yang namanya Alexis. Batin Adinda dan segera menghampiri gadis tersebut.

"Hai." Sapa Adinda tersenyum manis.

"Iyaa." Gadis itu awalnya terkejut tetapi mencoba menutupinya.

"Kamu kembar yaa sama Alexa?" Tanya Adinda sekedar basa-basi.

"Aku tidak akan pernah menganggap dia kembaran." Jawab Alexis marah.

"Kenapa? Kamu tidak suka yaa padanya?" Tanya Adinda lagi yang mencoba mengorek informasi.

"Aku benci dia, karna dia hidup aku menderita, kenapa harus dia yang dipilih ayah, kenapa enggak aku aja, kenapa malah aku yang di buang dan gak di peduliin, padahal aku ini anak mereka juga." Ujar Alexis dengan sorot mata kebencian.

"Terus kamu benci ayah kamu juga?" Tanya Adinda yang di balas anggukan tegas Alexis.

"Sebenarnya aku kesini untuk membalaskan dendam aku ke Alexa dan ayah kamu, aku ingin mengajakmu kerja sama dan membuat hidupmu lebih sejahtera apa kamu mau?" Tanya Adinda yang sudah tidak berbasa-basi.

"Kenapa kamu bisa dendam sama mereka? Dan berikan aku satu alasan kenapa aku harus menerima ajakanmu." Ujar Alexis menatap Adinda.

"Aku dendam sama ayah kamu karena dia yang sudah membunuh ayahku, dia tidak tau berterima kasih, ayahku sudah memberinya pekerjaan tetapi dengan gampangnya dia menghancurkan bisnis ayahku dan malah membunuhnya." Ujar Adinda menunduk.

Unforeseen DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang