Semilir angin sejuk musim semi yang menenangkan pada pertengahan bulan mei itu membelai lembut wajah ketujuh orang pemuda dengan pakaian serba hitam yang kini tampak berjalan menyusuri jalan setapak pada pemakaman pada pagi hari yang cerah nan hangat itu.
Indahnya warna pepohonan beserta bunga yang tengah bermekaran di sekililing mereka dan sinar matahari pagi yang hangat, tampaknya tak membuat ketujuh perasaan pemuda ini menghangat juga. Musim semi. Musim yang biasanya membawa kebahagiaan bagi semua orang, nyatanya memiliki arti berbeda bagi ketujuh pemuda tampan ini.
Sebuah masker hitam, topi, jaket, kacamata dan syal, terlihat melengkapi penampilan ketujuh pemuda ini. Sangatlah kentara bahwa mereka berusaha agar wajah mereka tidak dikenali oleh siapapun.
Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya, ketujuh pemuda itu sampai di sebuah makam yang terletak tepat di sebuah pohon tinggi yang terlihat seperti payung pelindung makam itu. Mereka berdiri secara teratur mengelilingi makam yang berada di depan mereka itu.
Ketujuh orang pemuda itu menekuk lutut mereka secara perlahan dan mulai duduk mengelilingi makam yang merupakan milik seseorang yang sangat berarti bagi masing-masing dari mereka itu. Mereka menurunkan masker ataupun kacamata yang tadinya terpasang di wajah mereka dengan cepat. Dan kini, terlihat jelas sudah ekspresi wajah muram penuh kesedihan ketujuh pemuda itu.
Salah satu pemuda di sana, yang berambut dicat pirang dan merupakan yang tertua di antara ketujuh pemuda itu, memajukan sedikit tubuhnya, dan meletakkan sebuket bunga mawar putih segar pada makam di depannya. Tepat di sebelah pigura foto seorang gadis manis berusia sekitar 15 tahun yang tampak tersenyum bahagia itu.
Pemuda itu, dan keenam pemuda di belakangnya, menunduk dalam. Merasa tak sanggup menahan rasa sedih mereka ketika menatap pigura foto gadis yang pernah berada di antara mereka itu.
Suasana begitu hening, sampai akhirnya salah satu pemuda yang berada di sebelah pemuda berambut pirang tadi membuka suaranya.
" Dul!, set!- "
" Bang! Tan!, Anyeonghaseyo Bangtan Seonyeondan imnida! " Serempak ketujuh pemuda itu sambil menundukkan kepala mereka perlahan. Nada mereka yang biasanya berseru semangat, kini terdengar hampir seperti lirihan.
Ya, mereka adalah Bangtan Seonyeondan atau lebih dikenal sebagai BTS. Boyband asal Korea Selatan yang kini sedang naik daun itu.
Siapa yang menyangka bahwa ketujuh pemuda yang merupakan seorang idol yang memiliki jutaaan fans ini kini berada di pemakaman dengan perasaan sedih menggeluti masing-masing perasaan mereka?.
Siapa sangka bahwa mereka sering datang ke tempat ini untuk mengunjungi seseorang yang merupakan seseorang yang sangat berarti di masa lalu mereka itu?.
Jin, pemuda yang menaruh bunga tadi, berusaha mengembangkan senyumannya dengan paksa.
" Alys-ah... anyeong!... " Jin mengelus pigura foto gadis itu sambil berusaha tersenyum. Matanya berkaca-kaca.
" Ini oppa... Seokjin oppa... " Nada pemuda itu terdengar sedikit bergetar. Ia mengulum bibirnya sendiri. Sementara keenam temannya masih setia menunduk di sampingnya.
" Aku tidak sendirian tentu saja. Ada yang lainnya juga. Namjoonie, Hobi, Suga, Chimchim, Taetae, dan Kookie di sini.... "
" Dan seperti biasa... kami masih sangat-sangat merindukanmu "
Keenam pemuda yang tadinya hanya menunduk, mengangguk pelan. Menyutujui perkataan Hyung tertua mereka itu.
" Sudah 3 tahun semenjak kau pergi Alys-ah... Dan kami masih selalu merindukanmu... " Ucap Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day
FanfictionAlyssa Manoban atau Alys, nama seorang gadis yang memiliki peran dan arti sangat penting bagi ketujuh member boyband ternama bernama BTS ini. Sosoknya telah hilang selama 3 tahun ini dalam kehidupan mereka. Meninggalkan ketujuh sahabatnya dalam ken...