"Nako, kita sudah sampai.", kata Jack sambil menggoyangkan badan Hanako. Mata Hanako perlahan terbuka dan ia pun mengucek matanya.
Jack membayar taksinya dan menggaet tangan Hanako,gadis itu masih pusing karena baru bangun. Jack terus memegang tangan Hanako dan sesekali menahan tubuh Hanako agar tidak jatuh. Sesampainya di apartemen, Hanako langsung merebahkan diri di tempat tidurnya. Jack duduk di sampingnya dan mengelus tangannya.
"Jack..."
"Nako..."
Mereka berbicara bebarengan dan segera mengatupkan mulut masing-masing. Saling berpandangan dan gugup.
"Kau duluan.", kata Hanako sambil menatap wajah Jack.
"Oh tidak... ladies first, you know?", jawab Jack. Sebuah senyum tersungging di wajahnya.
Hanako tertawa pelan dan segera melanjutkan perkataannya. "Baiklah. Bisakah acara ke mall nya ditunda dulu? Aku merasa . . . Lelah."
Jack tertawa dan mengangguk. "Aku juga baru ingin mengatakan itu. Aku juga lelah. Kita bisa menonton film di TV nanti malam, jika kau mau.", ujar Jack sambil menunjukkan flashdisk berisi filmnya.
Televisi di apartemen mereka bisa menggunakan flashdisk jika ingin menonton film, tidak harus menggunakan DVD.
Hanako tertawa. "Bagaimana kalau sekarang? Aku merasa sepi.", pintanya. Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan meraih tangan Jack.
"Dasar tidak sabaran!", gurau Jack. Ia berjalan mengikuti Hanako yang dalam sekejap sudah duduk di sofa ruang tengah.
Jack melihat banyak sekali camilan yang sudah tersedia disana. Hanako nyengir kepada Jack dan menepuk bagian sofa yang kosong agar Jack bisa duduk disana. Jack hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya. Ia segera menancapkan flashdisknya ke salah satu USB tersebut.
"Film apa yang akan kita tonton?", tanya Jack. Ia terus menekan remote TV untuk memperlihatkan pilihan filmnya. Hanako berpikir sejenak. Dan akhirnya ia teringat film apa yang cocok untuk hari Sabtu sore menjelang malam ini. Romeo and Juliet.
"Romeo + Juliet? Kurasa akan cocok jika kita menghabiskan malam minggu untuk meneteskan air mata dan membuang banyak tisu ke lantai.", ujar Hanako sambil tergelak. Jack hanya menggerutu dan akhirnya menurut permintaan 'gadis-nya' itu.
"Kau penyuka film lama,ya? Cerita karya William Shakespeare yang paling berkesan menurutku. Keluaran '68 yang terbaik.", ujar Jack. Ia menekan tombol play dan membuka sebungkus kripik kentang yang ada.
Hanako ikut mencomotnya dan tampak memikirkan jawaban untuk pertanyaan Jack. "Tidak juga. Ya, karyanya yang ini sangat menakjubkan. Soal Romeo dan Juliet, aku suka yang keluaran 1996, karena Leonardo DiCaprio kurasa. Ia mengesankan, tampan dan berbakat. Tapi versinya, sih, memang bagus yang 1968."
Tawa Hanako menggema di ruang tengah begitu filmnya dimulai. Jack ikut tertawa dan mengedikkan bahunya. Tak lama kemudian, sosok idola Hanako itu pun muncul. Ia mengamati sosok DiCaprio muda yang menjadi idola kaum hawa saat itu. Mungkin sampai sekarang.
Tampan dan berbakat? Aku akan menjadi yang seperti itu Nako, untukmu, gumam Jack. Mereka asyik pada jalan pikiran masing-masing dan menghayati filmnya.
"Claire Danes, sangat cantik. Ia masih 17 tahun, tetapi aktingnya sungguh baik.", ujar Jack tiba-tiba. Ia tersenyum memperhatikan sosok Claire Danes itu.
Mendengar kata-kata Jack tadi membuat Hanako mulai menggerutu dalam hati. Aku akan menjadi lebih dari itu untukmu, Jack, gumamnya dalam hati.
Jack tertawa kemudian merentangkan tangannya di belakang Hanako. "Chemistry mereka luar biasa. Kudengar mereka 'bermusuhan' di dunia nyata.", bisik Jack. Hanako menatap Jack tajam. Tidak mungkin mereka 'bermusuhan', secara chemistry yang mereka bangun tampak nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Heart [✔]
Romance[ ㅡstat: completed✅ ] [ ㅡhasn't revised yet ] Mencintai seorang gay? Yang benar saja! Namun itulah kenyataannya, sesuatu yang tak pernah diduga oleh Hanako Greeve sebelumnya. Ia jatuh hati pada seseorang yang sama sekali tidak tertarik pada perempu...