#22 Buku itu.

131 10 1
                                    

Hanako tercengang begitu mendapati apa yang ada di dalam kotak pink itu. Buku. Novel legenda yang sangat ia inginkan dan hanya ada 10 di dunia, itu salah satunya. Hanako jadi merasa bersalah dengan Ian tadi. Tapi, ah sudahlah, lagipula Ian pasti meminta hal yang aneh-aneh sebagai PU (pajak Ultah) jika Jack tidak memakaikan cardigan itu padanya.

"Hei, kalian! Kami pergi dulu ya! Sampai jumpa!", seru Devy seraya berjalan berdampingan dengan Tuan Gerry ke pintu depan. Mereka benar-benar pergi. Jack dan Hanako hanya bisa melongo.

"Wow, buku itu menakjubkan.", komentar Saka. Jack menyetujui perkataan sahabat Hanako itu.

"Hanya ada 10 di seluruh dunia. Aku tak habis pikir mengapa Ian mau membuang uang karena ini.", ujar Hanako sembari mengacungkan novel itu ke udara.

Hanako mengamati setiap detail cover novel legenda itu. Ia membolak-baliknya. Tiba-tiba, Kayna berseru,"Wait! Stop!". Hanako pun langsung menoleh ke arah pacar Saka itu dan berhenti membolak-balikkan novel.

"Boleh kulihat sebentar?", pinta Kayna. Hanako mengangguk dan menyodorkan novel itu pada Kayna.

Kayna tampak mencari-cari sesuatu. Sampai akhirnya, ia berseru lagi, "Got it!".
Saka yang penasaran, langsung mendekatkan wajahnya ke arah novel. Begitu pula Hanako dan Jack.

Hanako menyipitkan matanya dan melihat ke arah sesuatu yang dimaksud Kayna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanako menyipitkan matanya dan melihat ke arah sesuatu yang dimaksud Kayna. "Logo itu . . ."

"Benar, logo keluarga kami.", jawab Kayna.

"Pertanda apa? Keluargamu memproduksi buku?", tanya Saka. Jack tertawa kencang.

"Tentu bukan, bodoh! Tandanya ada sejarah keluarga Willene yang tersembu---ASTAGA KAYNA! BUKA BUKU ITU SEKARANG! AKU INGIN MEMBACANYA!", teriak Jack tiba-tiba. Ia mengedipkan matanya kepada Kayna. Gadis itu langsung mengerti dan menepuk jidatnya.

"Boleh kubuka?", tanya Kayna. Hanako langsung mengangguk walaupun dengan wajah bingung. Kayna pun segera merobek plastik buku tersebut.

"Izinkan aku membacanya, Nako. Please...", mohon Jack dengan wajah memelasnya.

Hanako terbahak. "Sejak kapan kau rajin membaca buku? Baiklah, silahkan. Kalau kau mau, ambil saja juga tak apa.", jawab Hanako. Jack akhirnya bersorak gembira.

"Syarat tetap berlaku, Jack.", lanjut Hanako tiba-tiba. Jack langsung terkejut dan merengut menatap gadis itu. "Katakan apa syaratnya.", ucap Jack, dengan nada dingin.

"A kiss?", tanya Hanako. Saka yang sedang menenggak air putih langsung tersedak mendengar syarat Hanako untuk Jack. Sepertinya, gadis itu memang hanya manja pada Jack.

Jack langsung memutar matanya. "Saka, aku tahu isi pikiranmu. Fine, babe. Cheek or lip?", sahut Jack dengan sedikit terpaksa pada Hanako.

"Up to you. I'll follow.", jawab Hanako. Ia mengangkat kakinya ke atas sofa.

Jack berpikir sejenak, kemudian mengambil tindakan tanpa mengatakan pada Hanako. Ia langsung duduk di sofa, tepat di sebelah Hanako, lalu merengkuh wajah gadis itu dan langsung mencium bibirnya. Hanako terkejut, namun sedetik kemudian langsung pulih kembali. Tangan Hanako melingkar di leher Jack dan malah semakin menariknya.

Unexpected Heart [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang