#20 The rules

151 14 0
                                    

"APA?!", teriak Mr. Willene dan Rosie bersamaan.

"Bagaimana dia bisa pergi?!", tanya Mr. Willene kepada para pengawalnya.

Wiki melangkah memasuki calon ruang kematiannya dengan mantap dan tegap. "Saya yang membebaskannya. Saya siap mati, Tuan.", sahut Wiki. Ia hormat kepada Mr. Willene dan tersenyum.

"Kau?!"

"Kenapa kau membebaskannya!?", desis Rosie sambil menghampiri Wiki. Wiki hanya menelan ludah dan mencoba menenangkan dirinya.

"Jack tidak pernah bersalah. Saya yang bertanggung jawab atas kematian pacarnya kala itu. Saya yang akan menggantikan Jack.", jawab Wiki.

Mr. Willene jadi tidak tega ingin membunuh Wiki. Namun, seperti apa yang berlaku, hukum tetaplah hukum.

"Sungguh, mengharukan. Tapi, Jack tetap memanfaatkan bantuanmu,kan?", tanya Mr. Willene lagi.

Wiki menunduk, kemudian mengangguk. Matanya menerawang ke arah lantai. Mr. Willene menyeringai.

"Kalau begitu, sama saja, Jack lari dari hukumannya.",tukas Mr. Willene. Wiki mendongak dan membelalak kaget.

Barangsiapa yang melarikan diri dari hukuman yang seharusnya ia terima, maka orang tersebut akan mati dengan cara dan waktu yang tak terduga.

Ah, benar, kenapa aku melupakan hal itu?! Bodohnya aku, gumam Wiki. Ia mengutuk dirinya sendiri atas kecerobohan yang ia lakukan. Sama artinya dia mempercepat kematian Jack.

"Kalau begitu, bantuanmu justru menjadi malapetaka, Tuan Wiki Andersew.", ejek Rosie.

"Rosie!", tegur Mrs. Willene.

Rosie memutar matanya. Ia segera memerintahkan pengawal untuk mengeksekusi Wiki.

"Last word?", tanya Mr. Willene.

"Maafkan aku, Jack.", ujar Wiki penuh penyesalan.

"Akan kusampaikan padanya. Bawalah dia pergi, shoo, shoo!", tukas Mr. Willene sambil mengibaskan tangannya.

Wiki berteriak ketika para pengawal membawanya ke ruang bawah tanah. Kematiannya bukan di Room of Pain. Ternyata, bawah tanah sudah menunggunya. Dan disinilah dia, di ruang bawah tanah untuk selamanya. Tak butuh lama, tubuhnya serasa mati rasa dan melayang begitu saja.

Aku tidak pernah tahu kebanggaan setelah menolong orang sebelumnya, karena aku hanya pembunuh bayaran yang tak pernah bertaubat

-Wiki Andersew (1992-2017)

                                      ***
"Jack, aku yakin mereka paparazzi. Mereka melirik kesini terus.", bisik Hanako.

Jack hanya tertawa. Gadisnya itu anti sekali dengan paparazzi di New York, padahal itu hal biasa untuk seorang model. Hanako mengenakan masker untuk menutupi wajahnya, karena ia benci foto aibnya disebar di internet.

"Jack!..."

"Hanako!..."

"They're back!"

Segerombolan paparazzi lengkap dengan blitz kamera yang menjepret bergantian pun mulai berlari menghampiri Hanako dan Jack. Tidak hanya paparazzi, para fans fanatik---mayoritas fans Jack---pun turut serta mengepung mereka.

"Kau tahu seberapa rindu aku pada hal ini. Ayo kita lakukan lagi! Three, two, one, go!", seru Jack.

Hanako kebingungan. "Apa? What do you---Jack!", omongan Hanako terputus karena Jack sudah menarik tangannya dan berlari menghindari paparazzi dan para fans.

Unexpected Heart [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang