Warning!
This story-part contains many inappropriate words.
Please be wise in reading.
Thanks a lot.❤
-----------------------------------------------------------------
"Apa maksudnya 'seharusnya itu aku'?!"Ternyata, suara menggelegar itu datangnya dari pintu masuk, menyita semua perhatian pelayan cafe dan beberapa pengunjung. Berdirilah Ian disana dengan raut wajah penuh amarah. Ia melangkah masuk dengan langkah kaki yang berdentum keras di lantai.
"Ian? Sejak kapan kau disini?", tanya Saka. Ia tidak tahu bahwa Ian juga pergi ke New York untuk menemui Hanako.
Saka langsung bangkit dari kursinya
Jack memandang kedua cowok itu dengan heran, sedangkan Hanako memandang mereka dengan takut dan frustrasi. Saka berdiri berhadapan dengan Ian. Mereka saling menatap sinis."Justru aku yang seharusnya bertanya! Mau apa kau kesini?!", desis Ian. Ia memandang tajam ke arah Saka.
"Aku hanya ingin menemuinya, bodoh!", jawab Saka sembari menunjuk Hanako. Ia terlihat gusar.
"Hey, slow, dude!", ujar Jack. Namun, Hanako menempelkan jari telunjuknya ke bibir, mengisyaratkan untuk diam. Jack hanya melotot pada Hanako dan meliriknya, mengisyaratkan 'apa-yang-sedang-terjadi?'. Hanako menggeleng dan menutup wajahnya.
Ian memandang Saka dengan tatapan mengejek."Kau tidak usah berbohong padaku, Saka!"
Saka mendelik dan menatap Ian dengan tajam. "Apa?! Aku berkata jujur!"
"Tak usah pura-pura! Kau kesini karena aku kesini, kan?!", tukas Ian. Ia menyuggingkan senyum miring liciknya.
Jack berbisik pada Hanako. "What happen to them, ha?". Hanako menoleh dan balas berbisik, "Mereka selalu bertengkar jika bertemu. Dan kau tahu? Aku ingin muntah pelangi melihat mereka."
Jack mengangguk dan memperhatikan Ian dan Saka yang tak henti-hentinya berdebat dan mendesis.
Sampai akhirnya, umpatan-umpatan itu mulai keluar dari mulut Ian."Dasar, bajingan!". Ian bersiap untuk meninju Saka. Jack yang sedaritadi diam, akhirnya bertindak. Ia sudah tidak tahan melihat Ian yang terus berlaku kasar.
"Hey, hey, hey, hold on, hold on!", seru Jack sembari menahan kepalan tangan Ian yang siap mengayun.
"Keep your hand off me!", tukas Ian. Ia pun menarik lengannya dari genggaman Jack yang sudah mulai murka.
"If you want to fight, just go away! Cafe is not a suitable place for fighting.", ujar Jack. Tatapannya berubah garang dan menusuk tajam. Jack menggertakkan giginya dan alisnya berkerut.
"Don't interfere my business, Jackass!", desis Ian yang mulai mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Jack.
"You're totally more asshole from me!", balas Jack. Tangannya mulai mengepal.
"Shit! You're really motherfucker!". Ian mulai melayangkan tinjunya ke arah Jack. Namun, dengan mudahnya Jack menghindar dan menangkis tangan Ian. Atlet karate, ya, itulah Jack. Petinju vs Atlet karate.
"Stop it, Ian!", teriak Saka. Ia menggenggam tongkat bisbol yang entah ia dapat darimana.
"It's fine, Saka! I'm alright.", sahut Jack. Saka menurunkan tongkat bisbol yang tadinya sudah siap ia pukulkan ke Ian.
"Kau mau apa, Saka?! Memukulku dengan tongkat bisbol? Yang benar saja!". Ian terus mengoceh sampai akhirnya kesabaran Saka mulai habis dan ia benar-benar melayangkan pukulan bisbolnya itu ke kepala Ian.
Asal kalian semua tahu, Saka selalu memenangkan pertandingan bisbol bersama tim sekolahnya dulu. Ia juga terkenal dengan pukulan bisbol yang super mantap dan tak pernah meleset. Oke, kali ini berubah menjadi Petinju vs Atlet Bisbol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Heart [✔]
Romance[ ㅡstat: completed✅ ] [ ㅡhasn't revised yet ] Mencintai seorang gay? Yang benar saja! Namun itulah kenyataannya, sesuatu yang tak pernah diduga oleh Hanako Greeve sebelumnya. Ia jatuh hati pada seseorang yang sama sekali tidak tertarik pada perempu...