#28 The Real One

239 9 0
                                    

"Agen Chosen?! Seriously?!", pekik Hanako tak percaya.

Jack mengangkat alisnya. Bagaimana Hanako bisa mengenal pria ini?

"Kau mengenalnya?", tanya Jack

Hanako langsung mengangguk. "Ia adalah salah satu agen FBI yang menyelidiki kasus kita. Kau harus menemuinya besok! Dia baik sekali!", seru Hanako girang.

Jack pun mengangguk. Ia meletakkan foto itu itu di meja ruang tamunya. Kemudian mengajak Hanako untuk tidur. Mereka pun melangkah ke kamar dan tidur di ranjang masing-masing. Saat ini sedang musim semi, jadi Jack tidak perlu repot-repot menghangatkan Hanako.

                                    ***
Keesokan paginya, Hanako mengajak Jack ke kantor FBI. Tentunya, untuk menemui Agen Chosen. Kini Hanako mengerti mengapa Agen Chosen terkejut begitu melihat Jack terbaring di ranjang 5 bulan yang lalu. Hanako masih ingat itu. Ternyata, ia mengenali Jack. Sebagai anak kandungnya.

"Excuse me, Agent Chosen.", ujar Hanako hati-hati saat membuka pintu ruangan Agen Chosen.

Sedang ada rapat di dalam sana. Semua orang lantas memandang Hanako dengan serentak. Hanako menjadi sedikit malu dan tidak enak karena mengganggu ketenangan. Agen Chosen pun mengangguk dan menyerahkan pimpinan rapat kepada asistennya.

"Call the Major. I'll be back in twenty minutes. Thanks."

Agen Chosen pun melangkah ke luar ruangan untuk menemui Hanako---dan Jack. Hanako tersenyum begitu Agen Chosen menyapanya. Mereka berjabat tangan kemudian Hanako memanggil Jack.

"Jack, come over here!", seru Hanako.

Jack pun muncul dari koridor 3. Badan tegapnya berjalan menghampiri Hanako dan Agen Chosen. Jack tersenyum, sedangkan Chosen hanya memandangnya tak percaya. Itu benar-benar anaknya.

"Hi, Dad. Yesterday, Willene told me about you.", ujar Jack sembari memeluk Chosen.

Chosen tidak dapat berkata apapun. Ia benar-benar tidak percaya. Anaknya sudah besar dan ternyata seorang aktor terkenal. Wajahnya menampakkan senyum yang sumringah. Pantas saja, Willene memintanya untuk tes DNA.

Chosen manggut-manggut. "Hello, Jack. Glad to see you again!", balas Chosen seraya menepuk-nepuk pundak Jack.

"Wow, kalian memang mirip. Akhirnya ada yang mirip dengan kau, Jack!", seru Hanako yang turut bahagia.

Chosen dan Jack pun tertawa. Hanako ingin bertanya satu hal pada Agen Chosen.

"Agen Chosen, bisa kau ceritakan bagaimana Jack bisa berada di tangan Mr. Willene tidak?",pinta Hanako.

Agen Chosen memandang Jack yang juga penasaran itu. Kemudian kembali melihat ke arah Hanako. "Tentu, setelah rapat ini selesai. Aku akan menemui kalian di cafetaria 1 jam lagi.", ucap Agen Chosen.

Hanako dan Jack mengangguk. Mereka berjabat tangan dengan Agen Chosen sebelum akhirnya pergi keluar gedung FBI. Suasana hati Chosen yang mendadak cerah membuat asisten dan yang lainnya bingung. Namun, ini menjadi keuntungan tersendiri bagi mereka karena Chosen tidak akan marah-marah saat rapat.

Ya, kira-kira begitulah.

                                      ***
"Aku kehilanganmu tepat 3 tahun setelah kelahiranmu. Dan kau tidak pernah kembali. Aku bahkan tidak tahu jika kau ini masih hidup, Jack, sampai akhirnya aku melihatmu terbaring di ranjang rumah sakit 5 bulan yang lalu. Aku tidak pernah mencarimu karena aku berpikir semua itu sia-sia, maafkan aku, Jack.", ucap Chosen penuh penyesalan.

Jack mengangguk mendengarkan cerita dari ayahnya itu. "Lalu, dimana ibu?", tanya Jack.

Chosen menunduk. "Ia meninggal saat mencoba merebutmu dari penculik itu. Aku tidak tahu pasti siapa penculik yang membawamu lari.", lanjutnya.

Unexpected Heart [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang