#15 The Black Cape

145 16 0
                                    

"Hei, berhenti!", teriak Saka begitu ia berdiri di belakang manusia berjubah hitam itu.

Yakin dia manusia?

Si jubah hitam pun berhenti tanpa menoleh sedikit pun. Tangannya mengepal. "Apa yang kau lakukan tadi?!", desis Saka. Ia memang benar-benar curiga pada orang ini.

"Mengawasi.", geram orang itu. Ia pun membalikkan badannya. Mata biru menyalanya itu cukup menusuk penglihatan.

"Siapa yang kau awasi? Hanako? Jack? Atau aku?", ujar Saka lagi. Ia menyiapkan sebuah pisau di belakang badannya, jika diperlukan.

"Untuk apa aku memberitahumu? Supaya mereka waspada dan membuatku gagal membunuh 'nya'? Dasar tolol.", jawab pria itu. Mata birunya menusuk tajam ke arah Saka.

Saka balik menatap si jubah hitam dengan lebih garang. "Apa maumu? Siapa yang menyuruhmu?!", dengus Saka.

Pria jubah hitam itu pun tertawa. Ia mendorong Saka ke tembok dan menodongkan pisau ke leher Saka. "Tenang saja. Aku tidak mengincarmu, pria sok berani! Jadi, menjauhlah atau pisau ini akan mengoyak lehermu!", desisnya.

"Dan aku yang akan mengoyakmu lebih dulu!", seru Saka sambil menggerakkan pisaunya ke arah yang dia bisa.

"Fuck!", jerit si pria jubah hitam. Saka berhasil mengiris lengannya. Darah mengucur dari lengan si mata biru. "Dasar kau! Argh!". Ia pun mengibaskan jubahnya dan berlari menjauh.

Pria itu menjatuhkan sesuatu saat ia berlari. Sebuah kertas kusut yang dilipat menjadi 6 bagian. Saka pun mengambil kertas tersebut dan membukanya. Tertulis 6 nama disana. 3 diantaranya sudah tercoreng bolpoin merah. Itu pasti yang sudah mati.

Danny George Willene ❌
Nathan Nick Willene❌
Kayna Abigail Willene
Hans Frederick Willene ❌
Jack F. Willene
Walter C. Willene

Saka langsung syok begitu melihat nama Jack tertera disana dan juga Kayna. Pacar Saka sendiri. Kayna Abigail. Tunggu, Kayna di New York? Terakhir kali Saka menguhubunginya, Kayna ada di Italia. Siapa pria itu? Kenapa mengincar Jack dan Kayna? Dan keluarga Willene?

"Percuma kau menyembunyikannya, jika kertasmu sendiri terjatuh. Jubah hitam sialan.", tawa Saka. Ia pun begegas kembali ke ruangan Hanako.

Saka sampai di depan ruang Hanako dan melihat Jack berdiri disana. Seperti menunggu sesuatu. "Jack, apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau di dalam?", tanya Saka. Jack pun langsung memutar matanya. "Ian mengusirku. Entah kenapa Nako juga menyetujuinya. Lihat saja sendiri.", jawab Jack sambil menunjuk ke arah jendela pintu.

Saka pun melongok ke dalam untuk mengintip Hanako dan Ian. Dan anjirlah. Ia tepat sekali mengintipnya. Ian sedang mencium Hanako dan lama sekali. Oke bagus. Sekarang hanya dia yang belum pernah berciuman dengan gadis itu. Saka serasa ingin muntah.

"Hoek! Apa-apaan itu!?", Saka memalingkan wajahnya. "Apa yang terjadi di dalam?", tanya Jack yang menatap Saka dengan bingung dan masih bersandar di dinding.

"Kau lihat saja sendiri! Mereka pasti masih melakukannya.", ujar Saka sambil meminum sebotol air putih yang dibawanya. Kali ini giliran Jack yang mengintip ke dalam.

Wajah Jack langsung pucat dan sama-sama tampak ingin muntah. "Shit! Entah kenapa aku merasa jijik jika Ian yang melakukan itu. Mendingan juga kau.", Jack terbatuk-batuk. "Lama sekali.", kata Saka sambil melirik jam tangannya. "Ah, ya, Jack, kebetulan hanya kau. Tadi aku mengejar seorang pria berjubah hitam---"

Jack terkejut. Wajah Jack semakin pucat dibuatnya. "A---apa?!", seru Jack. "Dan aku menemukan catatan 'kematian' nya. Ada namamu, dan juga pacarku.", jelas Saka. Jack semakin kaget. Ia langsung merebut kertas itu dari Saka.

Unexpected Heart [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang