#1 Hanako X Ian

854 39 4
                                    

"Kau tidak berhak mengaturku, Ian!", teriak Hanako. Kafe yang tadinya ramai mendadak sepi. Semua orang menoleh ke arah Hanako dan Ian yang berada di sudut kafe.

"Hana! Aku pacarmu! Gimanapun juga, aku berjanji pada ibumu untuk selalu menjagamu!". Ian memegang tangan Hanako, namun Hanako langsung menariknya. Dia tidak suka Ian memegang tangannya di saat seperti ini.

"Sialan! Kau itu HANYA pacarku! Bukan SUAMI-ku, bodoh!". Hanako langsung pergi meninggalkan Ian yang masih terpaku di tempatnya.
Hanako sangat kesal. Bukan sangat lagi, tetapi sangat-sangat-sangat kesal sekali!

"Persetan denganmu Ian Fransisco!"
Hanako mengumpat di tengah keramaian. Sudah jelas, itu bukan yang seharusnya dilakukan oleh seorang model kelas atas di tempat umum.

"Hana!". Terdengar suara laki-laki itu. Lagi.
Hanako mengacuhkan panggilan Ian. Tetapi, Ian masih terus memanggilnya. Ian mengejarnya.

"Ian! Kau mau apalagi?! Belum puaskah kau merusak persahabatanku dengan Saka?!", kata Hanako. Ian terdiam. Kaliamt Hanako itu berhasil membuatnya diam seribu bahasa. Bukan ini yang Ian mau, bukan!

"Tapi dia hampir menciummu, Hana! Sadarkah kau?!". Amarah Ian begitu terasa saat dia memberi penekanan pada kata-kata 'mencium'.
Hanako memalingkan muka. Dia sudah muak dengan laki-laki yang satu ini. Bahkan, dia lebih memilih Saka daripada Ian.

Saka Grand, sahabat Hanako sejak kecil yang sudah dianggap Hanako seperti saudaranya sendiri. Persahabatan yang sudah terjalin lebih dari 15 tahun itu, kini harus hancur. Gara-gara cowok yang dulunya dicintai Hanako, namun sekarang bisa dipastikan menjadi musuh bebuyutannya.

Ian Fransisco.

Melihat wajahnya saja sudah membuat Hanako enek setengah mati! Dia hanya bisa berdoa agar Ian menjauh darinya untuk saat ini.

"Hanako Greeve! Kau mendengarku tidak, sih?! Kau dengar?! AKU CEMBURU, HANA! CEMBURU!", geraman Ian membuyarkan lamunan Hanako. Apa dia tak salah bicara?! Cemburu?! Hah, yang benar saja! Kenapa dia baru cemburu pada Saka sekarang?!

Hanako menghela nafas dan menatap Ian lekat-lekat. Mata coklat gelapnya memandang lurus ke mata Hanako. Mata biru Hanako menyiratkan kesedihan yang tak bisa dibaca oleh Ian. Perempuan yang dicintai Ian selalu memberi kode yang tak jelas, bahkan unreadable.

"Kau begitu saja cemburu! Aku pernah melihatmu bersama seorang perempuan cantik di depan apartemenmu. Kau sedang merangkulnya! Puas kau?! Aku tahu semuanya."

Ian berpikir sejenak. Dia mencoba mengingat kejadian itu. Tapi, nihil. Dia tak mengingatnya. Dia mengusap wajahnya dan mengerang.
"Hanakooo... perempuan yang mana?!". Sudah kuduga, Ian pasti lupa!, gumam Hanako. Wajahnya semakin cemberut ketika mengingat kejadian itu. Mengingat, bagaimana Ian meremukkan hatinya.

"Cantik, seksi, menggunakan dress ketat warna merah yang pendek dan menjijikkan! Dia bahkan terlihat seperti pelacur!". Hanako menggeram kesal. Tidak ada gunanya berdebat dengan Ian sekarang. Ian terlihat gugup dan berpikir sejenak. Seperinya, dia mengingat sesuatu.

"Ehm... Itu... hanya temanku, Hana."
Nada yang diucapkan Ian terdengar tak meyakinkan dan terkesan berbohong. Hanako menatap Ian curiga. Ia mulai gila menghadapi Ian yang sangat-sangat-sangat mengesalkan ini. Hanako mengerang dan memilih untuk pergi. Bukan hanya kali ini Ian mengekangnya. Sudah berkali-kali Ian melarangnya melakukan hal yang disukainya. Salah satunya, olahraga panahan.

Sebenarnya, ian melarangnya karena ada seseorang yang selalu dicemburui Ian. Siapa lagi kalo bukan Saka. Hanako bahkan tak menyangka jika Ian setega itu dengannya. Saat panahan juga, Saka berusaha mencium Hanako. Hal ini membuat Ian gusar dan langsung menarik Hanako ke dekapannya. Dia juga memaki Saka. Di hadapan Hanako.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Saka sama sekali enggan berbicara dengan Hanako. Telepon Hanako juga di-reject-nya. Sepertinya, Saka sangat marah kepada Hanako.

Hanako menitikkan air mata mengingat kejadian itu. Dia merasa amat bersalah pada Saka, dan Ian. Dia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Ms. Greeve, 5 menit lagi anda harus take photo. Bersiap-siaplah, nona!", kata Devy, manager sekaligus asisten pribadi Hanako.
Hanako hanya menyerukan 'ya!' yang terdengar tidak ikhlas dan sangat terpaksa.

Photoshoot yang melelahkan akhirnya selesai. Hanako belum pernah merasa selelah ini. Dan semua ini gara-gara Ian. Hanako kembali merebahkan tubuhnya di sofa yang setengah jam lalu dijatuhinya. Dia menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Andai saja Ian tidak membentaknya, aku pasti tidak akan uring-uringan seperti ini, gumam Hanako. Dia menggenggam erat kalung yang dulu diberikan Saka. Kalung silver berhiaskan liontin hati berwarna putih dan bertuliskan 'Sakanako'. Saka-Hanako. Dia mendesah dan terlelap seketika.

***
"Ian, kau masih berhubungan dengan model itu?", dengus Rachell. Dia memijit pundak Ian yang tampak kelelahan dan frustrasi di apartemennya. Peluh mengucur deras dari kening Ian. Sedangkan Ian, hanya memandangnya dengan tatapan memangnya-apa-urusanmu. Ian hanya melirik tajam ke arahnya. Ian pun melepaskan bahunya dari sentuhan Rachell

Rachell Rosemary. Dia adalah aktris cantik dari Inggris. Ayahnya orang Indonesia. Jadi, sedikit banyak, dia tampak seperi orang indo. Rachell juga menjadi 'selingkuhan' Ian selama ini. Sebenarnya tidak bisa disebut selingkuhan, karena Ian tidak mencintainya. Wanita inilah yang selalu mengejarnya.

Sejujurnya, Ian sama sekali TIDAK PERNAH mengundangnya ke apartemennya. Dia selalu datang dengan pakaian yang terbilang 'terbuka' dengan harapan menarik perhatiannya. Justru Ian malah sebaliknya.

"Bukan urusanmu!", bentak Ian. Dia benar-benar muak dengan perempuan ini. Sungguh-sungguh muak. Dia tambah frutrasi jika terus begini.

"Kalau kau terus tersakiti, untuk apa mempertahankannya?!"

Ian tertegun dengan kata-kata Rachell. Baginya, kata-kata itu sangat menohok di hatinya. Bahkan, menusuknya hingga hati yang terdalam. Hal ini membuat Ian semakin marah.

"DENGAR, YA! SEMUA INI GARA-GARA KAMU! JANGAN PERNAH GANGGU AKU LAGI! Dan berhentilah mengejarku!". Ian mengacungkan jari tengahnya. Kalian tau, jangan menirunya, itu sangat tidak sopan. Ian meninggalkan Rachell yang masih terpaku di sofa apartemennya.

"Bukan salahku kalau kau tampan!", teriak Rachell. Di saat seperti ini, dia masih berani menggodanya. Ian semakin marah dan menyuruh Rachell keluar dari apartemennya. Rachell merengut kesal dan menutup pintu apartemen Ian dengan super-duper-mega-kasar, sampai beberapa figura di sekitarnya hampir jatuh.

Ian hanya mengacuhkannya. Dia tidak peduli sama sekali dengan wanita kasar dan pemaksa itu. Sabodo sama Rachell!, gumamnya.

"Argghhh! Ms. Greeve, kau cukup membuat gila! Untung sayang!", umpatnya.

Ian melangkah ke dapur dan membuat segelas susu full cream hangat untuk menenangkan dirinya. Biasanya di saat seperti ini, Hanako lah yang membuatkannya, spesial untuknya.

Unexpected Heart [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang