#4 [Jisoo POV]

1.4K 227 26
                                    

Peringatan pengawal Yoo tentang istana, membuatku ragu melangkahkan kakiku ke dalam istana. Entah siapapun itu, salah satu Hyung-ku pasti sudah mulai bergerak. Tidak ada satupun di antara mereka yang akan rela melihatku menjadi penerus raja.

"Orabeoni."

"Ne?"

"Apa kau takut?"

Aku menggeleng pelan. "Ani." Aku tidak takut. Tidak takut untuk diriku sendiri, melainkan aku begitu takut mereka akan menyakiti orang yang berharga untukku. Mereka sangat tahu aku adalah orang yang sensitif.

"Syukurlah. Aku tidak mau kau merasa seperti itu. Karena semuanya pasti akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja selama itu Jisoo orabeoni."

"Kau juga jaga dirimu."

"Tidak ada yang berniat menyakitiku, Orabeoni. Aku tidak sepenting itu. Percayalah!"

Mendengar Y/n tertawa akan ucapannya sendiri, aku menjadi semakin cemas. Kau sangat penting. Karena hanya melalui kau, mereka bisa menyakitiku.

"Silahkan masuk. Pyeha sudah menunggu."ucap penasihat Hyunbin yang muncul dari balik pintu ruang singgasana raja.

Y/n, dengan langkahnya yang selalu terlihat seperti orang yang begitu bersemangat, berjalan masuk mendahuluiku ke dalam. Sebelum aku masuk, ku mampu melihat tatapan penasihat Hyunbin yang terlihat prihatin. Apapun makna yang ada di balik tatapannya, pasti berhubungan dengan apa yang akan Aboji sampaikan padaku ataupun Y/n.

"Joheun bamimnida, Pyeha."salam Y/n yang ku ikuti dengan gerakan membungkukkan badan sejenak.

"Kemana kalian sampai semalam ini?"

"Kami—" "Mianhamnida, Pyeha. Aku yang meminta ditemani Jisoo orabeoni untuk mencari songhwa dasik." Mwo? Apa yang Y/n katakan? "Aku terlalu asyik di luar hingga lupa waktu." Mwoya? Apa dia sedang menyelamatkanku?

Kalau aku jujur mengatakan bahwa hampir setengah hariku habis dengan makan bersama anak kelurga Yoon, Aboji pasti akan marah besar, meskipun dia sendiripun juga pasti sudah tahu dari para penjaga yang mengintai. Untuk apa Y/n melakukan ini?

Aboji terdengar menghela napas keras. Matanya tampak memandang Y/n lelah. "Y/n-ah..."

"Pyeha—" "Ku mohon berikan ampunmu padaku, Pyeha."

Aku menoleh pada Y/n. Kenapa? Kenapa kau tidak membiarkanku mengeluarkan satu katapun pada Aboji? Apa yang sedang kau coba lakukan? Namun Y/n tak sedikitpun menoleh padaku, melirikpun tidak. Meski aku tahu betul dia tahu mataku tak lepas darinya.

"Kau harusnya mengerti Jisoo bukan lagi hanya sekedar wangja biasa. Dia akan menempati tempatku tak lama lagi. Untuk itu dia tidak bisa sembarang pergi. Apalagi hanya untuk memuaskan keinginanmu akan songhwa dasik. Apa kau mau Jisoo terluka oleh entah siapapun itu hanya karena menemanimu mencari makanan jalanan?"

Berlebihan. Aboji berlebihan.

"Ne. Jeosonghamnida, Pyeha. Maaf karena aku tidak berpikir sejauh itu."

Kenapa Y/n terus meminta maaf? Ini semua bukan sepenuhnya salah miliknya. Aku yang membiarkannya membawaku menyelinap keluar istana.

Ancient Heart [SEVENTEEN IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang