Part ini yang paling panjang, hampir 2600 kata.
Semoga tidak terlalu membosankan 😊😊-----------
Tiba di apartemen, Kim Jae Joong tak menemukan keberadaan istrinya. Handphone Eun Joo juga masih belum bisa dihubungi. Ia semakin kalut sampai-sampai menelepon sekretarisnya dan mengancam akan ia pecat jika tak segera memukan Eun Joo.
Park Jun Su yang meski bersungut-sungut karena ulah otoriter bosnya, terpaksa bangkit dari tempat tidur. Menelepon asisten Eun Joo atau siapapun yang kemungkinan mengetahui keberadaan perempuan itu. Biasanya, istri presdirnya itu tidak jauh-jauh dari urusan pekerjaan. Setelah ini, Jun Su harus mengusulkan pada Jae Joong supaya memasang alat pelacak di handphone istrinya. Demi ketenangan hidupnya sendiri. Karena belakangan kecemasan pria itu pada istrinya semakin berlebihan. Dan itu pertanda buruk untuknya yang pasti akan terkena imbas sebagai bawahan.
Hampir setengah jam, mereka tak juga menemukan titik cerah. Jun Su hanya tahu kalau Eun Joo sudah pulang dari kantornya sore tadi. Mau tak mau, Jae Joong turun tangan. Dia harus mencari Eun Joo sendiri. Saat ia sudah berada di dalam mobil dan akan melajukannya, handphone-nya berdering. Baru dering pertama, ia langsung mengangkatnya.
"Kau di mana? Apa kau baik-baik saja? Kenapa belum pulang juga?" tanyanya cepat, hanya dalam satu tarikan nafas.
Sebaliknya, suara di ujung sana terdengar lemah. Hanya sebuah gumaman lirih tak bertenaga. "Hm."
"Eun Joo, katakan! Di mana kamu sekarang?"
"Bisakah kamu ke sini? Aku di tepi Sungai Han."
Helaan nafas lega terhembus dari mulut Jae Joong. "Tentu. Aku ke sana sekarang."
Dengan kecepatan di atas rata-rata, Jae Joong mengemudikan mobilnya. Tak lebih dari lima belas menit, ia sampai di bawah jembatan Sungai Han, memarkir mobilnya di sebelah mobil Eun Joo.
Begitu turun dari mobil, Jae Joong langsung berlari mendekati wanita yang sedang berdiri menghadap Sungai Han. Angin malam menarik-narik rambut sebahunya.
"Di sini dingin. Masuklah ke mobil," ucap Jae Joong dengan tangannya bergerak memakaikan jaketnya pada Eun Joo.
Eun Joo menoleh, memberikan satu senyum tipis. "Aku ingin di sini sebentar."
Jae Joong diam, semakin merapat ke sisi istrinya. Ikut melihat sungai Han yang tenang. Lama mereka membisu, hanya menatap lurus ke depan. Eun Joo yang sibuk memikirkan apa yang akan ia lakukan esok hari, saat pemilihan CEO HY Pharmaceutical. Jae Joong juga diam, menunggu perempuan itu untuk bicara lebih dulu.
"Besok, bisakah kamu membantuku?" Eun Joo menghadapkan tubuhnya ke arah Jae Joong, yang diikuti pria itu sehingga kini pandangan mereka saling berserobok.
"Pasti. Aku akan selalu mendukungmu."
Hingga saat ini Jae Joong tak tahu alasan Eun Joo yang dulunya menghabiskan masa muda demi penelitian obat, kini berambisi meraih posisi tertinggi di perusahaan. Tapi, satu yang ia yakini. Ambisi itu bukan karena keinginannya sendiri.
"Kamu tidak perlu khawatir," ujar Jae Joong berusaha menenangkan. "Masalah Fluory-5, itu hanya rekayasa. Obat yang kamu temukan itu tidak memiliki efek samping berbahaya. Aku berhasil mengumpulkan semua buktinya. Jadi, besok--"
"Aku tahu," Eun Joo memotong ucapan Jae Joong. "Aku sudah tahu semuanya."
"Bagaimana kamu bisa tahu?" Jae Joong cukup terkejut. Padahal kemarin, Eun Joo tidak memiliki perkembangan apapun atas kasus itu.
"Tadi, dokter yang merekayasa kondisi pasien itu, datang menemuiku. Dia mengakui semuanya."
Jae Joong mengernyitkan kening. Tidak akan semudah itu, pikirnya. Dokter yang bisa terkena sanksi berat atas perbuatannya mana mungkin mengakui semuanya secepat itu. Tapi, bagaimanapun juga, itu malah menguntungkan. "Baguslah, kita bisa mengungkapkan semuanya besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Cinderella's Stepsister (COMPLETED)
General FictionJika dalam bingkai dongeng, Eun Joo adalah saudara tiri Cinderella. Serakah, ambisius, licik, dan sombong. Demi mendapatkan kursi presdir di perusahaan ayah tirinya, ia membuat kesepakatan dengan Kim Jae Joong melalui pernikahan. Bagi Jae Joong, Eu...