Suasana makan malam itu berlangsung hening. Hanya terdengar suara sumpit dan sendok yang beradu dengan piring atau mangkuk. Baik Eun Joo maupun Jae Joong tak berbicara sama sekali. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Eun Joo. Wanita itu tak bisa berhenti mencegah pikirannya yang terus tertuju pada Jo Sung Hyun. Memang, selama ini hatinya terus mengingat pria itu. Meskipun kepergian Sung Hyun dari negara ini karena permintaannya, Eun Joo tak bisa berbohong kalau perasaannya masih sama. Dia membutuhkan pria itu. Cinta? Dia sendiri masih tidak memahami perasaan yang satu itu.
Terus merindu dan menunggu pria itu. Apakah itu cinta? Oh, Eun Joo akui, dirinya terlalu bodoh untuk urusan perasaan. Terlebih tentang cinta. Karena seumur hidupnya ia tak merasa pernah menerima perasaan itu. Dari siapa pun. Termasuk ibunya. Buku harian itu, sempat ia kira sebagai bukti rasa cinta seorang ibu pada dirinya. Meski cepat pupus karena sikap ibunya kembali seperti semula. Tak peduli.
Tapi, bukankah setiap manusia diciptakan memiliki hati untuk bisa merasakan cinta? Jika memang Eun Joo mencintai Sung Hyun, lantas apa yang akan dilakukannya?
Beberapa jam lalu, dia baru saja mengusir pria itu dari hidupnya. Dan itu adalah kali kedua. Tapi dia juga sadar, ia tak bisa bersama pria itu. Dua alasan yang membuatnya berhenti mengharapkan Sung Hyun. Pertama, pernikahannya dengan Jae Joong, meskipun tak lebih dari kesepakatan bisnis. Kedua, Han Hye Mi masih mencintai pria itu. Adik tirinya masih menunggu pria itu.
Dulu saat akan lulus SMA, Eun Joo berani menyuruh Sung Hyun meninggalkan dia dan Hye Mi. Karena keyakinannya akan bisa menemui pria itu setelah ia bisa terlepas dari keluarga Han. Ia yakin, setelah ia bisa bertahan hidup sendiri tanpa ibunya dan meninggalkan keluarga Han, ia akan menyusul Sung Hyun. Memulai hidup bersama pria itu. Begitu rencananya. Rencana yang ia susun sendiri. Tanpa diketahui Sung Hyun.
Namun semuanya berubah karena kematian ayah tirinya. Eun Joo tak mungkin bisa dengan egois memutuskan bersama pria yang dicintai adik tirinya, sementara karena untuk menyelamatkan nyawanya, ayah Hye Mi meninggal. Sekalipun Eun Joo bukanlah seseorang yang berhati mulia. Namun ia takkan seegois itu. Lagipula, ia juga dibayang-bayangi rasa bersalah yang seperti tak berkesudahan. Jadi ia lupakan rencana itu.
Ditambah statusnya kini sebagai istri Kim Jae Joong, tembok penghalang itu kian menjulang tinggi. Tak mungkin rasanya ia berharap hidup bersama pria yang terus tersimpan dalam hatinya. Mungkin memang begini takdirnya. Selamanya menyimpan rasa untuk Sung Hyun, tanpa asa untuk bersanding secara nyata.
"Eun Joo!" suara yang ternyata memanggilnya beberapa kali, menyadarkanEun Joo dari lamunan.
"Ada apa?" tanya Eun Joo. Diliriknya mangkuk nasi milik Jae Joong yang kosong. Rupanya pria itu sudah selesai makan.
"Besok pagi aku akan ke China. Ada urusan pekerjaan. Mungkin empat hari."
Meskipun tak mengerti kenapa Jae Joong memberitahukan rencana perjalanan bisnisnya—hal yang belum pernah dilakukannya, Eun Joo mengangguk.
Sebenarnya lima hari urusannya untuk akuisisi salah satu perusahaan di China. Tapi mendadak Jae Joong memotongnya satu hari. Mungkin karena pikirannya kacau dari tadi. Ia jadi tak suka berjauhan dari Eun Joo lama-lama.
Permintaannya pada Eun Joo untuk dibuatkan makan malam pun hanya karena kebingungannya. Ingin bicara, tapi tak tahu bagaimana mengawalinya. Dengan kalimat apa ia harus berujar pun, ia tak tahu. Baru kali ini Jae Joong merasa seperti seorang dungu.
Sialan, kenapa aku jadi begini? Rutuknya dalam hati. Membayangkan lima hari tanpa kejelasan akan masalah itu. Dan sialnya lagi harus jauh dari Eun Joo membuatnya tak bisa pikir panjang. Seketika, kalimat itu terucap begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Cinderella's Stepsister (COMPLETED)
General FictionJika dalam bingkai dongeng, Eun Joo adalah saudara tiri Cinderella. Serakah, ambisius, licik, dan sombong. Demi mendapatkan kursi presdir di perusahaan ayah tirinya, ia membuat kesepakatan dengan Kim Jae Joong melalui pernikahan. Bagi Jae Joong, Eu...