[PART 15]

639 48 3
                                    

Yeay! Sehari saya update dua kali. Haha setelah sebulan saya tak muncul yahh?? 😇

*****

Sudah beberapa menit Eun Joo bersimpuh di dekat ranjang kamarnya. Pertahanannya runtuh. Kali ini ia mengizinkan dirinya untuk menangis hingga puas. Hingga rasa sesak yang menghimpit dadanya berkurang. Namun begitu lama ia terlarut dalam sedu sedannya, nyatanya sesak itu tak juga hilang. Maka kepalan tangannya ikut serta memukul-mukul dadanya karena tak tahan dengan sakit dan sesak itu.

Sementara ingatannya seolah tak mau berhenti memutar percakapannya dengan Han Hye Mi beberapa saat sebelumnya.

"Jangan pernah mengambil kesimpulan sendiri. Ayah dan nenekmu sangat menyayangimu. Apa kau tidak bisa merasakannya?" Eun Joo muak pada Hye Mi yang terus meratapi nasib  yang tersisihkan oleh dirinya yang hanya anak tiri.

"Kau tidak merasakannya. Kau tidak tahu bagaimana rasanya saat ayahmu lebih memilih mengorbankan nyawanya demi seorang putri tiri yang bahkan tidak pernah memanggilnya ayah. Kau tidak tahu bagaimana rasanya saat nenekmu tahu kenyataan itu, tapi malah tetap mempercayakan perusahannya pada cucu tirinya. Kau tidak tahu bagaimana rasanya saat orang-orang yang kau sayangi mengabaikanmu dan justru lebih memilih orang lain. Kau tidak tahu rasanya saat berpura-pura menyukai orang lain yang diam-diam menghancurkanmu. Kau tidak tahu semua itu!" tangis Hye Mi semakin kencang.

Sedangkan Eun Joo sekeras mungkin tak terpengaruh pada tangis pilu adik tirinya. "Kau tidak tahu apa-apa. Seharusnya, kau mempercayai orang-orang yang menyayangimu. Apa kau percaya perkataan nenekmu bahwa Hwan Tae Shik hanya mengincar perusahaan?"

Mendengar tuduhan itu, mata Hye Mi berkilat marah. "Jangan pernah menuduh Paman seperti itu. Harusnya kaulah yang mengaca terlebih dahulu."

Eun Joo mendengus pasrah. Dia sudah tahu kalimatnya itu tak akan dipercaya Hye Mi. Neneknya saja tak dipercaya, bagaimana dirinya yang hanya kakak tiri. "Terserah kau saja."

"Seharusnya kau dan ibumu tidak pernah hadir dalam kehidupan kami. Maka, semua ini tidak akan terjadi."

Han Eun Joo memejamkan mata, meresapi rasa perih yang timbul dari ucapan Hye Mi. Sungguh, itulah yang selama ini ia sesalkan. Andaikan ia tidak pernah ada dalam kehidupan mereka. Andaikan ia dulu pergi secepatnya.

Dia hanyalah penghancur keluarga Hye Mi. Senyum tulus ayah tirinya menjadi mimpi buruk untuknya. Karena itu ia selalu menyalahkan diri. Seandainya bukan untuk menyelamatkan dirinya dari kecelakaan itu, pasti sekarang Hye Mi berbahagia bersama sang ayah.

Benar, hal yang sia-sia bagi pria malang itu adalah menyelamatkannya yang bahkan tidak menganggapnya sebagai seorang ayah. Jadi, hingga saat ini setiap kali ia mengingat dosa-dosa itu, Eun Joo selalu merasa menjadi begitu jahat.

"Maafkan aku... Maaf," bibirnya terus mengulang kalimat itu sambil terisak. Air matanya tak berhenti mengalir. Tapi, sesak itu tak juga hilang.

*****

Langkah Kim Jae Joong semakin cepat memasuki apartemennya. Tadi, saat diberitahu bahwa Eun Joo telah pulang terlebih dahulu, ia langsung bergegas menyusul. Baru akan menaiki tangga ke kamarnya, tangis pilu itu terdengar jelas di telinganya.

"Maaf... Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf."

Secepat mungkin Jae Joong berlari ke kamarnya. Begitu mendapati Eun Joo yang duduk bersimpuh di dekat ranjang dengan tangisnya yang mengalun pilu, hatinya ikut merasa sakit. Ini pertama kalinya ia melihat seorang Eun Joo semenderita itu. Kata maaf terus ia ucapkan.

"Eun Joo..." panggilnya dan berhasil membuat wanita itu mendongak menatapnya.

Jae Joong ikut duduk di depan istrinya. Kedua lutut mereka bertemu. Dengan jemarinya, ia menyapu lembut air mata yang membasahi pipi Eun Joo.

Tatapan mata keduanya saling berserobok. Beberapa saat larut dalam diam.

Marrying Cinderella's Stepsister (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang