One, The Maid and The Butler

3.1K 199 23
                                    

Seorang pemuda masih bergelung di selimut tebalnya. Di luar memang masih pagi, bahkan bisa dibilang dini hari, suhu masih agak dingin membuat kebanyakan orang memilih tidur lebih lama. Itu hanya berlaku pada orang - orang yang memang memiliki waktu luang di hari tersebut. dan, ia tidak memilikinya.

"Tuan muda, sebaiknya Anda segera bersiap." Perempuan yang berpakaian dress hitam - putih yang biasanya digunakan pelayan pada umumnya saat ini tengah membuka gorden hingga menampakan langit biru tua yang berangsur-angsur akan semakin berwarna pudar.

"Ah, ini masih pagi Alexa," elaknya tak mau bangun.

"Memang, namun apakah Anda lupa? Kakak Anda akan tiba di bandara pada ..." pelayan itu melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul lima lebih dua puluh satu menit, "... setengah jam lagi."

Yang di panggil tuan itu langsung berdiri lalu tanpa membuka mata dengan benar ia berlari menuju kamar mandi yang berada beberapa meter darinya.

"Tuan sebaiknya Anda buka mata Anda sebelum-"

JDAK!

Begitulah, walau pelayannya itu mencoba berbicara cepat agar tuannya sadar, nyatanya telah terjadi juga. Dahi sang Tuan merah merona yang pastti terasa cukup nyeri untuknya.

Tidak memperdulikan dahinya yang memar, ia masuk kamar mandi dan tidak lebih dari lima menit masuk ia selesai.

Pakaian telah tersedia di depannya beserta gadis yang berpenampilan selalu rapi. Pelayannya yang tadi.

Bisa dikatakan hanya dia pelayan di rumah itu.

"Tuan ingin saya siapkan-"

"Menu yang kemarin saja." ucapan tuannya memotong tawaran yang baru saja akan diajukan pelayan.

"Baiklah tuan." Setelah mengatakan itu, pelayannya hilang sekejap mata.

Sang tuan yang bernama lengkap Rei Phatomhive itu menghela napas panjang.

***

Dua puluh menit yang lalu Rei sarapan menu sarapan ala Prancis dan sekarang, ia bersama pelayan perempuannya itu tengah menunggu di tempat dengan tulisan 'Kedatangan' bandara. Berdiri sambal meneliti satu persatu orang yang keluar dari sana menjadi kegiatan Rei sejak sampai. Pelayannya hanya berpangku tangan melihat sang tuan yang tampak sibuk.

Tak lama menunggu, seseorang yang dinanti datang. Ciel Phantomhive beserta pelayan setianya. Sebastian Michaelis. Tinggi mereka kontras satu sama lain membuatnya mudah di lihat dari kejauhan sekalipun oleh pelayan Rei. Ia menunjuk orang yang Rei tunggu agar tuannya juga fokus hanya pada Kakaknya.

"Kakak!" panggilnya berlari menuju kakak kandungnya yang baru ia dirinya temukan setelah beberapa tahun lalu ada tragedi dan keduanya menjadi korban terpisah untuk waktu yang lama. Mereka saling berhadapan, menyapa.

"Hai," balasnya ramah.

Sementara dua pelayan mereka hanya saling menunduk hormat dengan sunggingan tipis. Menyapa dengan cara yang lebih sederhana.

"Bagaimana?" Sebastian membuka suara. Alexa menatapnya bertanya. Sebastian balas menatapnya dan begitu Alexa menangkap maksudnya ia lantas menjawab sambil tetap memperhatikan kedua orang penting yanga akan ia layani.

"Ah, dia sedikit sama seperti tuanmu. Kadang dingin, kadang hangat, berkharisma, namun menyimpan dendam yang cukup berat. Agak cenderung ke suram, lagipula mereka adik kakak."

Sebastian menutup wajah dengan tangan kanannya yang tertutupi sarung tangan putih, menahan tawa. "Benar juga," jawabnya seakan bodoh.

Alexa hanya tersenyum simpul menatap Sebastian sebentar lalu kembali menatap dua manusia yang mulai berjalan sambil berbincang.

Devil: Hatred (Kuroshitsuji FF) ✔️ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang