Rupanya Mama, Ibu, dan Kak Friska sedang keranjingan jalan-jalan di taman-taman yang dibangun di seantero Kota Bandung. Dari mulai Taman Musik, Taman Skateboard, Taman Film, Taman vanda, Taman Balaikota. Sekedar berfoto dan duduk-duduk. Bahkan ternyata Ibu dan Kak Friska sudah memasak nasi dan lauk pauk sehingga kami makan siang di Taman Balaikota Bandung.
"Ini lucu banget sih," kataku geli. Memandangi para pengunjung, keluargaku, keluarga Adrian, dan makanan di depan kami.
"Seru ya piknik begini," kata Kak Friska sambil berseri-seri.
"Iya. Lumayan buat dedek bayi jadi jalan-jalan ke tempat terbuka ya. Gak di kantor mulu," Sambil nyengir, aku bicara pada perut Kak Friska yang sudah berusia 8 minggu.
"Berarti harus sering jalan-jalan nih," Kak Friska menyenggol Kak Nanda. Kami semua tertawa.
"Berapa bulan?" Adrian yang bertanya pada Kak Friska. Dia dan Kak Nanda seumur. Jadi tidak perlu memanggil Kak Friska ataupun Kak Nanda dengan embel-embel.
"Baru 8 minggu Dri. Doain sehat terus ya," jawab Kak Nanda sambil mengelus perut istrinya.
"Belum ketauan cewe atau cowo?" tanya Adrian lagi. Tumben nih dia banyak bertanya.
"Belum. Nanti kalau udah kandungan 4 bulan baru bisa ketahuan jenis kelamin," kali ini Kak Friska yang menjawab.
"Mulai belajar tentang kehamilan nih?" Mama Adrian menimpali. Menggoda putranya.
"Dikit," jawab Adrian cuek. Lalu dia mengambil tempe goreng dan mulai makan.
Obrolan tentang keluarga rupanya berlanjut terus. Sebagai yang masih single dan belum resmi menikah, aku dan Adrian lebih banyak diam dan memperhatikan. Menerima begitu saja kalau para tetua menyindir atau menggoda soal pernikahan.
"Jalan-jalan yuk," bisik Adrian. Sepertinya dia juga mulai gerah dengan pembahasan.
Aku mengangguk cepat. Langsung berdiri dan memakai sepatu.
"Mau kemana, Amanda?" tanya Ibu.
"Keliling-keliling aja Bu," Aku menunjuk Adrian yang sudah mengenakan sendalnya. Kami berdua menunduk pamit lalu mulai berjalan mengelilingi balaikota. Memperhatikan orang yang ada di sekitar kami. Membeli minum dan berjalan lagi. Tidak banyak kata tapi hanya tangan kami bertautan.
"Biasanya ke Bandung banyakan ke mall," gumamku.
"Sekarang nggak," pria di sebelahku ini menimpali.
"Iya. Bagus sih. We need more open space," seruku sambil merentangkan tangan dan memejamkan mata.
"Kena orang," Adrian malah mengurangi kesenangan dengan menurunkan tangan yang kurentangkan.
"Kamu inget gak di Bandung juga ada kejadian seru apa?" Mata berbinarku memandang Adrian yang tiba-tiba kaku.
Dia berdeham.
"Iya,"
"Apa?" aku memancing.
"Itu lah," Adrian berjalan lebih cepat meninggalkan aku yang tertawa di belakangnya. Dia nampak malu-malu mengingat ciuman pertama kami di samping kolam renang.
"Biasa aja dong mukanya," Aku menggoda Adrian ketika kami sudah berjalan bersisian kembali.
"Iya biasa,"
"Gak usah ganteng banget gitu," kataku lagi. Kemudian terkikik. Adrian mendengus lalu merangkulkan lengannya di pundakku. Gantian aku yang terpana.
iPhone milikku berbunyi di saku. Untuk menghilangkan kegrogian, segera kukeluarkan benda putih tipis itu.
"Wah, Susan sudah melahirkan!" aku reflex berseru saat melihat Susan mengirimkan foto bayi perempuannya via WhatsApp. Aku segera berlari menghampiri Mama dan Ibu, mengabarkan berita ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/99604373-288-k118611.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure of Our Secrets - END (GOOGLE PLAY)
RomanceMencintai seorang Adrian bukanlah perkara mudah. Selangkah mendekat, sepuluh langkah dia menjauh. Tapi tak ada kata menyerah dalam kamus Amanda. Apalagi saat ia tahu bahwa Adrian punya rahasia. Rahasia yang membuatnya seperti Pangeran Es. *** Cerit...