Dia mendorong dirinya ke dalam diriku berkali-kali. Aku berseru dan mendesah semampuku. Sial, aku begitu merindukan dirinya.
Kami berdua sama-sama kelelahan setelah mencapai puncak kepuasan untuk kesekian kalinya. Adrian berbaring dan aku ikut berbaring di dadanya. Ia tidak bicara apa-apa dan hanya mengelus rambutku.
"Gimana kalau untuk kali ini aku benar-benar hamil?" tanyaku sambil mengelus dadanya.
"Its okay," jawab Adrian sambil mencium puncak kepalaku.
Aku mendongak kaget. Dia cukup tenang saat mengatakan itu. Maka aku kembali bersandar ke pelukannya.
"Ada sesuatu yang ingin kuceritakan," gumam Adrian.
"Apa?"
"Later,"
Aku menurut. Rasanya aku bisa menduga bahwa dia akan membahas mengenai Susan. Tapi itu bisa menunggu. Adrian is back, right? Dan kami sedang menikmati kedekatan yang kami punya saat ini. Saling memeluk satu sama lain. Merasakan bahwa kami saling memiliki.
"Ting tong!"
"Ada yang dateng! Itu pasti Jane, jam berapa ini?'
Aku melepaskan diri dari pelukan Adrian, mengambil piama yang tadi hampir kukenakan dan sekarang benar-benar mengenakannya. Rambutku kuusahakan rapi walaupun pasti masih berantakan. Baju Jane yang berserakan di lantai aku lempar begitu saja ke koper.
"Jam 2," jawab Adrian menanggapi pertanyaanku. Dia ikut bangkit dari tempat tidur dan dengan ogah-ogahan mengenakan pakaiannya kembali. Aku rasa dia juga malas.
"Aku temui Jane dulu. Dia kayaknya gak sabar banget untuk masuk," Jane berkali-kali membunyikan bel. Membuat kupingku mulai nyut-nyutan.
Aku berlari ke pintu dan membuka pintunya sedikit.
"Udah tidur nona?" kata Jane begitu wajahku nampak di depannya.
"Eh belum," kataku nyengir.
"Gue masuk dong. Ngantuk nih,"
Jane bergerak untuk mendorong pintu tapi kutahan. Aku malah menyelinap ke balik celah dan segera menutup pintu di belakang.
"Kenapa sih? Ada yang lo sembunyiin ya? Adrian ya?" Jane memekik. Wajahnya kaget, tangannya menutup mulut.
"Hehehehe," aku hanya cengar cengir.
Tebakan Jane langsung dijawab oleh yang bersangkutan. Pintu kamar kami terbuka dan Adrian keluar, sudah dengan berpakaian lengkap.
"BENER KAN?" teriak Jane.
"Sssst," kusumpal mulutnya segera sebelum bisa membuat keributan.
"Steve udah balik juga?" tanya Adrian pada Jane. Dijawab dengan anggukan karena mulutnya masih kusumpal.
"Oke," Adrian beralih menatapku. "Sampai ketemu,"
Refleks tanganku melepaskan mulut Jane dan aku senyum seperti anak SD baru dipuji guru.
"Iya,"
Tanpa tedeng aling-aling Adrian mengecup bibirku lalu berjalan meninggalkan aku dan Jane. Kembali menuju kamarnya.
"Iyyuh," kata Jane tanpa perlu merasa memelankan suaranya.
Berbanding terbalik dengan Jane, aku malah tersenyum lega.
"Tidur ah tidur. Ntar kesiangan ditanyain bapak dan ibu bos," kataku lalu masuk lebih dulu.
***
#yangpentingupdate
:p :p :p
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure of Our Secrets - END (GOOGLE PLAY)
RomansaMencintai seorang Adrian bukanlah perkara mudah. Selangkah mendekat, sepuluh langkah dia menjauh. Tapi tak ada kata menyerah dalam kamus Amanda. Apalagi saat ia tahu bahwa Adrian punya rahasia. Rahasia yang membuatnya seperti Pangeran Es. *** Cerit...