Amanda melemparkan clutch bag miliknya begitu saja ke atas meja. Maminya memandang dengan heran. Putri tunggal yang baru menikah sepuluh hari, dan belum sempat berbulan madu itu muncul dengan wajah kesal. Serta merta sang mami menghampiri putrinya.
"Ada apa? Kok datang datang muka kamu kusut gitu. Ada masalah?"
Amanda diam tidak menjawab apapun. Dalam hati dia masih kesal pada maminya yang telah menyetujui perjodohannya dengan kevin.
"Ayo cerita sama mami, kamu ribut sama kevin?"
Setelah lama terdiam amanda mengangguk.
"Aku kesel sama kevin mi"
"Lho memang kenapa?"
"Dia gak bolehin aku kerja juga gak bolehin aku minta uang sama papi"
"Lho kok bisa gitu, kalaupun kamu kerja ya kan hak kamu. Itu perusahaan papimu dan kamu pewaris tunggalnya. Nantinya perusahaan itu juga kan jatuh ke tangan kamu amanda? Kalau soal uang kan wajar, lagian papi kamu cari uang buat siapa coba. Kan buat kamu juga"
Mami amanda ikut ikutan kesal dengan sikap menantunya, yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. Padahal dulu dia adalah salah satu orang yang sangat mendukung perjodohan ini. Karena dia melihat kevin adalah pribadi yang baik. Tidak suka macam macam. Selalu bersikap santun kepada orang yang lebih tua. Selain itu kevin juga pekerja keras. Sehingga papanya mempercayakan perusahaan sebesar itu untuk dipimpin oleh kevin. Orang tua amanda pun berharap jika kelak amanda tidak bersedia mengelola perusahaan mereka maka kevin akan bersedia meneruskannya.
"Mami pernah gak sih nyelidikin sifat aslinya kevin sebelum mutusin perjodohan kami?" Terdengar suara amanda merajuk.
"Ya mami selidikin dong. Tapi kan mami gak tahu kalau jadi begini. Lagian keterlaluan sekali kevin, masak sih kamu dilarang bekerja di perusahaan kamu sendiri."
Mami amanda terlihat sangat kesal.
"Gini aja deh kita ke kantor papa kamu yuk. Biar kita bicarakan bersama"
Lama amanda memandang sang mami. Sembari berfikir apakah memberitahu papi adalah jalan keluar yang terbaik. Jujur amanda takut kalau papi malah membela kevin. Karena selama ini papa sangat membangga banggakan memantunya tersebut.
Akhirnya ia menyetujui usul maminya. Karena masalah ini tidak mungkin diselesaikannya sendiri. Dia tidak akan pernah menang jika beradu argumentasi dengan kevin. Amanda berharap papinya akan menjadi penengah dalam masalahnya kali ini.
******
Kevin menatap layar ponselnya yang berdering. Tertera nama mertuanya disana. Langsung kevin menjawab panggilan tersebut.
"Selamat siang pi. Ada yang bisa saya bantu?"
"Siang vin, papi mau bicara sebentar. Kamu sibuk?"
"Kebetulan saya tidak sibuk pi. Ada apa ya?" Tanya kevin penasaran.
"Begini vin, amanda menemui papi barusan, dia cerita sama papi mengenai keinginannya untuk bekerja. Kenapa kamu larang. Padahal itulah yang papi tunggu dari dulu. Karena jujur papi ingin supaya dia bersedia meneruskan perusahaan ini. Mumpung dia mau jadi dia bisa belajar secepatnya. Kalau kamu tidak mendukung bagaimana ini?"
Kevin terdiam, dia tidak menyangka kalau amanda akan mengadukan masalah ini kepada orang tuanya. Kevin tidak tahu apa yang ada dalam pikiran amanda. Akhirnya ia memutuskan menyampaikan pendapatnya kepada ayah mertuanya tersebut.
"Ya sudah, apa yang papi anggap terbaik lakukan saja. Saya tidak masalah pi. Saya cuma berharap amanda bisa membagi waktunya."
Setelah berbasa basi sebentar akhirnya sang mertua menutup panggilan panggilan tersebut. Kevin langsung merebahkan kepalanya di kursi. Dia memejamkan mata. Kepalanya langsung terasa pusing. Emosinya naik ke ubun ubun. Sama sekali dia tidak menyangka kalau masalah ini harus berakhir seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREY WEDDING (END)
RomanceAmanda dan Kevin dipertemukan dalam sebuah pernikahan, yang telah diatur oleh keluarga mereka. Dari awal mereka menyadari bahwa tidak mudah menjalani pernikahan tanpa saling mengenal terlebih dahulu. Namun mereka tidak kuasa membantah kedua orang tu...