Delapan

4.4K 276 1
                                    

"Thanks kak," Ucap Sandra ketika turun dari mobil Melvin.

"Santai aja,"

"Kalau gitu, gue duluan yah." Tambah Melvin dan segera berlalu dari rumah Sandra.

Kini tinggal Naya dan Melvin dalam mobil. Hening. Tidak ada satupun yang membuka pembicaraan. Hanya bunyi klakson, pedagang kaki lima dan angin bertiup yang terdengar. Naya menatap keluar jendela mobil, sesekali melihat ke depan agar tidak bosan.

Naya yang melihat jalanan yang di lalui Melvin bukan ke arah rumahnya, Naya langsung membuka pembicaraan.

"Kak, ini bukan ke arah rumah Nay--" Belum selesai Naya berbicara, Melvin langsung memotongnya, "Kita jalan jalan sebentar. Gue bosan di rumah."

Naya masih memperhatikan wajah Melvin terkejut karena apa yang barusan Melvin katakan.

"Ada apa?" Tanya Melvin menatap Naya lalu kembali fokus menyetir.

"Eng--gak ada papa kak." Jawab Naya cepat dan langsung mengalihkan penglihatannya.

"Monas?" Tanya Naya saat Melvin memarkirkan mobilnya di lapangan parkir di dalam gerbang monas. Monas malam ini ramai luar biasa. Banyak anak anak dan remaja berlalu lalang disini.

"Iya," Melvin langsung turun dari mobil dan mengeluarkan kursi roda milik Naya. Setelah Melvin mengaitkan kursi rodanya, barulah Melvin membuka pintu mobilnya dan menggendong Naya untuk duduk di kursi rodanya.

Monas terlihat bersih, tidak jauh berbeda dengan yang di televisi. "Wah tinggi banget, cantik." Ucap Naya penuh kagum melihat monas sudah di depan mata.

Monas malam ini sangat cantik, tugunya nyala dengan warna ungu yang sangat terang.

"Lo gak pernah ke monas?" Tanya Melvin dan Naya pun mengangguk angguk.

"Ini pertama kalinya kak, gue sering liat monas hanya di FTV gitu. Ternyata kalau di lihat langsung keren ternyata." Ucap Naya kagum sambil memperhatikan secara seksama sekeliling monas.

"Dasar kudet,"

"Ish, apaan sih kak. Pulang aja deh, malas temenin lo kalau gini, nyebelin." Cerocos Naya. Melvin menahan tawanya.

Hari ini Melvin benar-benar berubah menjadi sosok yang lembut. Tidak seperti saat berada di sekolah. Ketus, cuek, dingin. Melvin benar-benar hangat malam ini.

"Kalau gitu pulang sana, gue mau keliling dulu. Kalau preman yang tadi kembali gangguin lo, jangan harap gue bantu lagi. Sana, husssst, sana." Raut wajah Naya tiba-tiba berubah takut. Naya mengingat kembali preman itu saat mengancamnya dan perlahan dia melirik lengannya yang terkena goresan pisau akibat preman itu. Naya berdehem lalu berbalik arah ke Melvin. Mengurungkan niatnya untuk pulang sendirian.

"Kak, tungguin gue ih." Melvin tersenyum lalu berbalik dan berjalan ke arah Naya. Tentu saja dengan wajah datarnya. Yakali sambil senyum-senyum, entar Naya ke-geer-an lagi.

Melvin membawa Naya berkeliling monas. Baru pertama kalinya Naya melihat wajah Melvin seceria dan semanis ini yang jika kalian melihat pasti tidak ada dipikiran kalian kalau sebenarnya Melvin orangnya cuek dan dingin.

Melvin dan Naya berkeliling monas sambil menghirup udara yang sangat sejuk sekali. Malam ini adalah malam minggu, monas kali ini sangat ramai. Banyak pasangan yang berlalu lalang disini sambil berpegangan tangan, ada juga pasangan yang berkeliling sambil makan ice cream dan masih banyak lainnya.

"Lo mau Gulali gak?" Naya mengangguk pelan. Sudah lama Naya tidak makan gulali sejak duduk di bangku sekolah dasar.

"Oke, kalau gitu gue beli dulu ya. Jangan kemana mana, bahaya." Ucap Melvin dengan wajah khawatirnya lalu berlalu menuju penjual gulali. Beberapa menit kemudian, Melvin kembali dengan membawa dua gulali di masing masing tangannya.

Annaya Karenina[TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang