Dua Puluh Tiga

3.3K 172 9
                                    

Cause if you like the way you look that much
Ohhhh baby you should go and love yourself
And if you think that I'm still holding on to something
You should go and love yourself

Semua orang pun bertepuk tangan setelah Melvin menyelesaikan lagunya. Naya butuh beberapa detik untuk ikut juga bertepuk tangan.

Melvin tersenyum ke semua orang, lalu melihat ke arah Naya yang langsung salting saat matanya saling bertemu.

"Udah semua, sekarang kita main TOD yuk." Ujar salah seorang anggota osis bernama Doni, membuat semua yang lainnya setuju dengan ucapannya. "Yuk."

"Aku duluan yah?" Doni melihat ke arah Naya, lebih tepatnya di samping Naya. "Rani, jujur atau tantangan?"

Naya memutar kepalanya, melihat ke arah Rani yang tepat duduk di sampingnya. "Aku? Kok aku sih."

"Iya kamu."

Rani menggeliat tidak nyaman dalam duduknya dan Naya sangat merasakan hal itu. "Kejujuran."

"Whoa." Teriak semua orang membuat Rani langsung tersipu malu walau di wajahnya ada sedikit kekesalan terhadap Doni. "Lo masih sayang kan sama aku?"

Rani menegang, seperti baru saja tertangkap basah. Naya berusaha menenangkannya dan langsung menggenggam tangannya. "Lo jawab aja Ran yang sebenarnya, lo sendiri kan yang milih untuk jujur. Jadi inilah konsekuensinya." Ucap Naya berusaha mengecilkan suaranya.

Rani menatap Naya sambil menggelengkan kepalanya, lalu Naya tersenyum dan langsung menganggukkan kepalanya pelan agar Rani mengikuti sarannya.

Rani menarik nafas panjang sebelum menjawab, "Ya, aku masih sayang sama lo."

"Whoaaa."

"Makasih Ran udah mau jujur, gue sangat menghargainya." Ucap Doni membuat semua orang langsung bersorak-sorai dan ada juga yang langsung baper.

Naura mengangkat tangannya di tengah kehebohan, "Sekarang giliran gue."

Setelah semua orang diam, Naura langsung menurunkan tangannya dan melirik ke Melvin tentunya. "Truth or Dare, Melvin?"

Naya menaikkan sebelah alisnya lalu menatap ke arah Naura yang sedang tersenyum bersama sepupunya, Syakirah. "Gue? Truth deh."

"Apa lo punya seseorang yang begitu spesial di hatimu sekarang?" Melvin mendengus sambil tersenyum miring lalu menatap ke Naura. "Ada."

"Siapa dia?"

"Seseorang, dan sekarang dia duduk bersama kita." Naya memutar kepalanya ke kanan, melihat ke Lolyta yang sedang tersipu malu membuat Naya mengeraskan rahangnya. "Udah? Sekarang, gue." Ucap Melvin.

Melvin berhenti sejenak, membasahi bibirnya sambil melihat ke api unggun yang apinya perlahan mengecil. "Nay, lo mau jujur ke gue atau lo mau gue kasih tantangan?"

Ucap Melvin tanpa menatap ke Naya sedikit pun. "Kenapa aku? Nanti aja deh kak."

Lolyta menolak. "Kok gitu sih Nay, namanya juga game. Oh, ayolah." Naya mengatupkan bibirnya rapat-rapat, jantungnya berdetak hebat, nafasnya tidak beraturan dan hingga akhirnya setelah memikirkannya matang-matang dalam semenit, Naya memilih Dare. "Aku--tantangan."

"Yakin lo Nay?" Bisik Sandra. Semua orang kini menatap Naya dengan heran dan ada juga yang cukup takjub atas keberaniannya.

"Tarik cepat pernyataan lo Nay." Tambahnya lagi. "Gue udah pikirin San dan inilah yang seharusnya." Sandra menggelengkan kepalanya cepat. "No Nay, No."

Melvin berdehem pelan. "Lo yakin Nay?" Ucap Melvin dengan nada suaranya yang melembut. Naya menghela nafas sebelum mengangguk.

"Naya, lo pilih gue apa Farhan."

Naya mengerutkan dahinya, menatap Farhan lalu menatap Melvin lagi. Kenapa harus memilih? Ketika aku sama-sama menyayanginya? Batin Naya.

"Ak--"

"Tunggu Nay, karena lo memilih tantangan maka lo harus menjawabnya dengan cara yang berbeda." Semua orang langsung keheranan mendengar ucapan Melvin. Begitupun Naya, sama herannya dengan yang lain. "Maksud lo apa sih Mel, aneh banget." Gerutu Farhan.

"Slow aje."

Melvin berdiri dari duduknya, memutar badannya lalu berjalan menuju tenda regunya. Beberapa menit kemudian, Melvin kembali lagi dengan membawa sebuah kain, entah itu untuk apa.

"Nay," Panggil Melvin membuat Naya langsung menahan nafasnya beberapa detik lalu mengikuti perintahnya. Perlahan Naya berjalan ke arah Melvin dengan perasaan yang bercampur aduk. Naya berharap-harap cemas semoga tantangannya tidak aneh dan masuk di akal.

Setelah Naya sampai dihadapannya, Melvin langsung memutar badan Naya kedepan dan mengikat kain yang dibawanya tadi di kepalanya, atau lebih tepatnya di mata Naya. Setelah selesai mengikat, Melvin memanggil Farhan untuk maju kedepan. Semua orang masih bingung dengan situasi ini. Entah apa yang mereka pikirkan semua.

"Nay, sekarang lo pilih, gue atau Farhan." Melvin dan Farhan langsung mundur tiga langkah dari hadapan Naya. Farhan dengan wajahnya yang masa bodoh masih menaruh harapan kepada Naya dan berharap kalau dialah yang bakalan dipilih. Entah apa yang akan terjadi. Waktulah yang akan menjawab semuanya.

Naya masih diam ditempatnya, memikirkan siapa yang harus dipilihnya. Kalaupun dia memilih si A belum tentu yang disentuhnya nanti adalah si A. Begitupun sebaliknya, kalau dia memilih B, belum tentu juga yang bakal disentuhnya nanti adalah B.

Naya menarik nafas pelan, lalu membuangnya lewat mulut. Naya menelan salivanya kasar sebelum maju perlahan untuk memilih.

Farhan melipat kedua tangannya ke depan dada, memperlihatkan wajahnya yang ceritanya lagi tidak peduli padahal tau-taunya dia peduli.

Setelah melangkahkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba Naya merasakan kakinya lemas dan kram. Naya langsung tumbang dan menjerit kesakitan. Semua orang langsung meneriaki nama Naya dan juga tentunya langsung panik, terlebih Melvin dan Farhan.

"Naya!!" Teriak Melvin dan Farhan. "Naya lo baik-baik aja?" Tanya Melvin setelah Naya membuka kain yang melekat dimatanya. "Ahhh."

"Ini semua gara-gara lo, andai saja lo ga buat dia melakukan tantangan seperti ini, Naya gak mungkin kesakitan." Melvin geram lalu berdiri dengan rahang yang mengeras. "Maksud lo apa nyalahin gue? Emang gue mau kalau Naya seperti ini? Makanya kalau--"

"Stop! Stop! Stop! Kalian berdua emang bener-bener ya. Lo gak liat apa Naya sedang kesakitan? Lo berdua kek anak kecil sumpah, seharusnya sekarang lo bantuin dia, ngapain bengong disitu!" Bentak Sandra membuat mereka berdua langsung terdiam beberapa saat lalu mereka segera membantu Naya. "Hati-hati."

"Awww."

Naya meringis saat dirinya diturunkan di sebuah hammock yang sejak tadi sudah bergelantungan di antara pohon pinus. "Mana yang sakit?" Tanya Melvin lalu Naya menunjuk kakinya ragu-ragu.

"San, lo ada minyak-minyak gitu yang bisa dipakai buat ngobatin Naya?" Tanya Melvin ke Sandra dengan wajahnya yang begitu khawatir. Naya merasa tersentuh dan langsung tersenyum kecil saat menatap wajah Melvin.

"Gue bawain air Nay." Ucap Farhan setibanya di tempat.

"Thanks."

"Oke."

Beberapa menit kemudian, Sandra pun tiba dengan membawa minyak gosok di tangannya. "Nih kak, punya anak osis." Ucapnya dengan nada kecapean. "Makasih ya."

"Yah." Nafas Sandra memburu, membuat Melvin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Tbc

Annaya Karenina[TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang