Dua Puluh

3.3K 175 0
                                    

"Maaf om, jadi gini ibu Naya lagi dirawat di rumah sakit." Melvin berusaha menenangkan Naya dengan cara menepuk pundaknya. "Apa? Rumah sakit?"

"Iya om. Gara-gara kecelakaan, ibu Naya sekarang masih berbaring di rumah sakit." Rudy terlihat terkejut dengan pernyataan yang barusan Melvin ucapkan. "Jadi bagaimana keadaannya sekarang?"

"Koma." Kini Naya yang menjawab. Air matanya sudah hilang, Naya berusaha untuk tersenyum dan tidak terlihat menyedihkan di depan Rudy dan Melvin.

"Ini, kalian minum dulu." Ucap Rudy setelah pelayan rumahnya pergi dari ruang tamu. Naya dan Melvin pun menyesap dengan cepat minumannya. "Maafkan saya Naya sudah membuatmu sedih."

"Oh gapapa om. Saya baik-baik saja." Ucap Naya dengan memberi nada humor sedikit walau terdengar kaku.

Rudy langsung mengambil ponselnya di saku baju saat merasakan ada yang meneleponnya. "Iya ada apa?"

"Oh baiklah, saya akan kesana sekarang."

Rudy mematikan sambungan dan menatap mereka berdua dengan tatapan yang tidak bisa di mengerti. "Maafkan saya, saya tadinya ingin ke rumah sakit menjenguk Mutia tapi saya ada kerjaan yang perlu di urus dan itu sangat penting."

"Oh gak papa pak, ada banyak waktu kok pak. Kalau begitu kami permisi dulu." Naya dan Melvin pun langsung berdiri lalu keluar dari rumah setelah berbincang-bincang sedikit menuju ke pagar depan.

***

"Bagaimana persiapan lo?" Tanya Sandra di seberang telepon. "Belum nih San, pusing mau bawa apa aja." Ucap Naya sambil berjalan mondar-mandir di dekat ranjang.

"Njir, besok kita udah berangkat. Lo masih belum siap?"

Naya menggigit kukunya dengan frustasi. "Mending gue gak ikut aja."

Sandra menghela nafas. "Apa alasan lo kali ini? Tante Mutia? Aelah Naya, kan ada suster Dinda yang jagain. Kalau ada apa-apa kan suster Dinda langsung ngehubungin lo."

"Tt-tapi-"

"Udah, lo harus ikut. Lo mau kak Melvin marah? Gak kan? Lo siap-siap aja dulu, masih banyak yang mau gue urus. Bye."

"San,"

"Halo?" Naya mengkerutkan dahinya saat tak mendengar sahutan dari Sandra. Naya melihat ponselnya dan sudah berada di layar utama. Naya menggerutu kesal, nyaris mengumpat.
"Naya?" Naya mengatupkan bibirnya rapat-rapat, memutar tumit, lalu menemukan Andrew yang berada di ambang pintu. "Iya kak?"

"Kamu udah selesai?" Naya menggeleng pelan. "Loh kok belum? Besok kan acaranya."

Naya menghela nafas. "Nanti aku urus kak. Kakak ikut kan?"

"Tidak."

"Kenapa kak? Aku pikir kakak ikut karena kakak kan termasuk anggota osis."

"Kalau aku ikut, siapa yang bakal jagain mama?"

Naya langsung terdiam. "Yaudah, kamu beresin barang-barang kamu. Kakak keluar dulu ya?" Naya menjawab dengan anggukan.

Beberapa menit kemudian, Naya sudah selesai dengan perlengkapannya yang akan dibawa berkemah. Baru saja Naya ingin keluar dari kamar, kembali lagi saat mendengar ponselnya berdering di atas ranjang.

"Kak Melvin?" Gumamnya.

Naya sempat berdehem pelan sebelum mengangkat panggilan Melvin. "Iya kak?"

"Kamu sudah selesai dengan persiapan kamu?"

Naya menaikkan alisnya sebelah sebelum menjawab. "Alhamdulillah sudah kak."

Annaya Karenina[TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang