"Sudah lengkap pak." Lapor Melvin seusainya mengabsen semua anggota. "Baiklah, sekarang kita berangkat?"
"Silahkan pak."
Di sela-sela perjalanan, Pak Said selaku pembina osis tengah menjelaskan unsur-unsur yang ada di alam sekitar mulai dari pohon pinus, sungai, bukit semuanya dijelaskan.
Cekrek.
Naya memotret semua yang dianggapnya menarik. Farhan tersenyum lalu mengacak lembut rambut Naya. Melvin yang melihat kejadian tersebut langsung menatap tajam Farhan dan juga langsung dibalas tatapan yang tak kalah tajamnya oleh Farhan. "Apa lo!" Ucap Melvin tanpa bersuara. "Lo yang apa!"
Naya mengalihkan pandangannya dari kamera lalu menatap Farhan dan Melvin bergantian. "Ada apa sih? Ganggu tau gak."
Melvin berdehem pelan sambil membuang muka sedangkan Farhan langsung menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.
Setelah sampai disebuah tempat, Naya masih tak henti-hentinya memotret. Tempat ini bisa dibilang sangat keren, kalau dilihat dari kejauhan, banyak pengunjung yang bermain Flying Fox membuat Naya kepengen untuk menaikinya.
"Lo mau?" Tanya Melvin tiba-tiba membuat Naya sedikit tersentak. "Bikin kaget aja. Em--mau sih tapi gapunya waktu untuk kesana kak."
Melvin yang mendengar jawaban Naya langsung tersenyum. "Nanti aku bawa lo main kesana." Naya langsung membulatkan matanya. "Apa? Lo mau kita dihukum karena ulah lo kak? Ah gue gak mau, mending gue gak usah pergi." Ucapnya yang masih setia menggenggam kamera Farhan.
"Gue janji kita gabakalan di tangkap basah atau dihukum. Tapi lo harus ikut ya?" Naya mengatupkan bibirnya rapat sembari berpikir apakah ia harus menerimanya atau menolaknya. "Hm, gue sih mau--tapi gue--eh gue gak mau deh--gue mau--em--" Melvin menahan tawanya saat melihat Naya dengan wajahnya yang imut saat dia sedang kebingungan.
"Bahkan disaat lo sedang kebingungan, lo semakin cantik." Ucap Melvin membuat wajah Naya langsung merona. Naya cepat-cepat menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu memanyunkan bibirnya. "Apaansih lo kak."
"Jadi lo mau kan?" Tanya Melvin dan langsung dijawab anggukan pelan oleh Naya. "Uuuuuuuhh, cantik." Ucap Melvin sambil menyubit kedua pipi Naya setelah Naya menurunkan kedua tangannya dari pipinya.
***
"Naya--" Panggil Melvin diluar tenda regu. "Nay--" Panggilnya lagi.
"Apa lo ada didalam?" Tanya Melvin mengetuk-ngetuk tenda Naya sambil memeriksa situasi agar dirinya tidak ketahuan saat pergi bersama Naya.
Beberapa menit kemudian, Naya pun keluar setelah membuka pintu tenda dengan sangat perlahan. Naya memakai tudung mantelnya yang berwarna biru tosca lalu menarik tangan Melvin berlari menjauh dari semua orang.
Melvin berdehem keras membuat Naya berhenti melangkah. "Sebenernya, lo yang mau ajak gue ke sana atau gue?" Naya menatap ke udara lalu menepuk jidatnya sendiri. "Oiya lupa, cepat tukeran tempat."
Naya melepaskan genggamannya dari tangan Melvin lalu bertukar tempat. Setelah bertukar tempat, Naya menarik tangan Melvin agar posisinya seperti pada saat Naya menarik tangannya.
Melvin menggeleng sambil tersenyum lalu membawa Naya berlari dari perkemahan.
Tanpa disadari, ada dua orang yang sedari tadi mengikutinya. Dua orang yang sudah menyusun rencananya dengan baik dan sangat nekat. Perlahan, dia juga mengikuti mereka berdua dengan sangat cepat dan penuh hati-hati.
"Lo yakin kak kita gabakalan ketahuan?" Melvin menoleh sejenak lalu mengangguk. "Perasaan gue gak enak."
"Tenang aja, gue disinikan berkuasa jadi lo santai, ok?" Naya langsung tertawa meremehkan. "Yaelah, mentang-mentang anak ketua osis."
Melvin tiba-tiba berhenti membuat Naya langsung tertabrak di punggung cowok itu. "Ada apa sih tiba-tiba berhenti, sakit tauk!" Cerocos Naya sambil mengelus jidatnya yang perih.
Merasa pertanyaannya tak kunjung dijawab, Naya langsung melepaskan genggamannya lalu mengikuti arah pandangan Melvin. "Jurang--"
"Kita lewat jalan lain saja." Ucap Melvin setelah melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Naya pun mengangguk.
Langkah Melvin langsung terhenti saat melihat Naura dan Syakirah berdiri beberapa meter dari tempatnya sambil memegang sebuah pistol dan diarahkan pada Annaya. Sontak Naya langsung menegang sambil membulatkan matanya penuh.
"Nnn-aura? Kamu ken-kenapa?" Tanya Melvin sambil membawa Naya ke belakang punggungnya. "Lo minggir, gausah ikut campur!" Bentak Naura sambil menginstrupsikan Melvin untuk menjauh dengan pistol.
"Ra, lo yakin ini rencana lo?" Bisik Syakirah dari belakang Naura. "Iya. Apa lo suka dengan ide gue?"
Nafas Syakirah langsung memburu. "Lo udah kehilangan akal Ra, apa lo gila? Kalau salah satu dari mereka ada yang terluka, lo mau tanggung jawab?"
Naura langsung menggeram. "Lo bisa diem gak sih? Kalau lo mau pergi, pergi aja. Gue bisa urus urusan gue sendiri." Bisiknya dengan penuh penekanan membuat Syakirah tidak bisa berpikir jernih dan memilih untuk meninggalkan sepupunya itu.
"Naura mau lo apa? Jatuhin pistolnya. " Suara Melvin melembut agar Naura bisa menuruti permintaannya. "Gak, gabakalan."
"Mau lo sebenarnya apa sih?" Melvin mulai membentak. "Gue mau lo."
Melvin menyerngit bingung dan perlahan maju mendekati Naura. "Berhenti atau gue bakalan tembak kalian berdua!" Naura berjalan mundur sambil mengeratkan pegangannya pada pistol.
Melvin tidak menggubris dan semakin mendekati Naura. "Lo pasti salah paham Ra."
Naura tertawa meremehkan. "Ha! Apanya yang salah paham, jelas-jelas lo sukakan sama gue?"
"Gue gak suka sama sekali sama lo Ra. Mending jatuhin pistol lo dulu terus kita lanjutin bicaranya." Naura mendengus sambil tersenyum sinis. "Gak bakalan Melvin."
"Ok, dengerin gue baik-baik, gue sama sekali gak suka sama lo, ga pernah. Lo cuman salah paham Ra. Gue--"
Naura langsung memotong. "Terus, apa ini semua? Lo kasih perhatian lebih ke gue, lo selalu bantuin gue dan lo bilang gue salah paham, gitu?"
"Gue kayak gini karena lo adalah teman gue sejak SD Ra, gak lebih. Salah kalau gue kasih perhatian ke temen gue sendiri?"
"Ya salah, kenapa lo kasih harapan ke gue kalau lo emang ga suka? Gue udah terlanjur suka sama lo Vin, gue cinta." Naura tertunduk sambil menghela nafas sebelum melanjutkan. "Apa kurangnya aku? Aku lebih cantik daripada dia, aku lebih kaya daripada dia, aku lebih dekat dan tau semua tentang kamu dibanding dia. Terus kamu memilih dia? Ha! Ga bisa dipercaya!" Ucap Naura sambil tertawa meremehkan.
Aku cemburu. Cemburu dengan orang yang lebih tau tentangmu dibanding aku. Orang yang lebih dekat denganmu dibanding aku. Ucap Naya dalam hati.
"Gue memilih Naya karena semua yang dia punya jarang dimiliki oleh orang lain. Dia sangat berharga bagi gue, gue gak mau dia terluka bahkan sedikit pun. Kalau lo bilang gue terlalu melebih-lebihkan terserah lo karena ini adalah kebenarannya. Dan mungkin saatnya semua orang harus tau. Gue suka sama Naya, gue cinta dan gue gak mau dia dimiliki oleh orang lain selain gue." Ucapan Melvin barusan sangat menohok hati Naura. Disisi lain ada Naya yang sangat terkejut mendengar ucapan Melvin. Naya berpikir mungkin itu cuman akal-akalannya saja supaya dia bisa menjauh dan membuat Naura mengerti.
"Lo--" Naura meneteskan air matanya. "Kenapa? Kenapa? Lo gak bohong kan? Ini pasti cuman alasan lo supaya gue mengerti dan menjauh dari lo, iyakan?" Naura menghapus air matanya dengan kasar.
"Gak, gue gak bohong. Inilah kebenarannya, dan lo harus terima kenyataannya." Nafas Naura memburu. Naura mengarahkan pistolnya ke Naya dan mulai menekan pelatuknya membuat Melvin berlari menyelamatkan Naya. Melvin tanpa sengaja mendorong Naya saat mendengar suara tembakan. Naya terjatuh dan terguling ke dasar jurang sedangkan lengan Melvin terkena tembakan.
Semua orang di perkemahan terkejut mendengar suara tembakan dan suara Naya yang berteriak secara bersamaan. Sontak, semua siswa dan para guru langsung menuju ke sumber suara.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Annaya Karenina[TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaAnnaya Karenina adalah nama gadis itu. Gadis yang kehilangan semangat hidupnya akibat sebuah kecelakaan yang menimpa dirinya dan juga ibunya. Sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya dialah penyebab ibunya terbaring koma di rumah sakit selama berb...