"Naya!!!" Teriak Melvin sambil menjulurkan tangannya ke Naya. "Raih tangan gue Nay."
"Gak kak, tangan lo berdarah." Ucap Naya saat melihat darah yang bercucuran di lengan Melvin. "Gue gak papa Nay, cepet raih tangan gue."
Naya pun mulai meraih tangan Melvin namun akar yang menyelamatkannya mulai terputus. "Gausah kak, kakak ke rumah sakit aja."
"Gak Nay, semua ini terjadi karena gue. Ayo Nay raih tangan gue." Melvin semakin menjulurkan tangannya.
Baru saja Naya ingin meraih tangan Melvin, tiba-tiba akarnya langsung terputus membuat Naya terguling mengenaskan ke dasar jurang. Melvin berteriak histeris dan hampir saja menyusul Naya ke sana untuk menyelamatkannya tetapi teman-temannya sudah tiba dan langsung menahannya.
"Gue harus bantuin Naya. Lepasin!!" Tegas Melvin memberontak. "Gak Melvin, lengan lo berdarah. Lo harus ke rumah sakit sekarang juga."
"Gak, gak, sebelum Naya selamat gue gak bakalan ke rumah sakit."
"Iya, gue bakal nyelamatin dia dan lo ke rumah sakit oke?" Jelas Farhan. "Gue yang bakal nyelamatin dia."
Melvin menepis tangan Farhan dan langsung menyusul Naya ke bawah. Semua teman-temannya langsung berteriak ketakutan. Para guru langsung menghubungi ambulans dan juga polisi.
"Lempar talinya!!" Teriak Melvin dari bawah jurang.
Farhan pun langsung melempar talinya kebawah dan membantu Melvin agar bisa naik ke atas lagi.
Sebelum naik ke atas, Melvin terlebih dahulu melepaskan jaketnya lalu memotong sebagian tali yang dilemparkan Farhan. Melvin mengikat tangan Naya yang melingkari lehernya dengan tali lalu punggung Naya dan perut Melvin diikat dengan jaketnya agar ketika Melvin naik ke atas, Naya tidak terjatuh.
Setelah selesai, Melvin memberi kode dengan menarik talinya dua kali agar teman-temannya di atas bisa langsung membantunya untuk naik.
Beberapa menit kemudian, Melvin dan Naya pun berhasil diselamatkan. Ketika mereka naik, penglihatan Melvin langsung buram dan gelap. Polisi dengan cepat membuka tali di tangan Naya begitupun dengan jaket yang melingkar di punggungnya dan di perut Melvin. Disaat yang sama, Melvin pun tumbang dengan lengannya yang terus-terusan mengeluarkan darah.
***
Naya membuka matanya perlahan lalu mengerjapkannya beberapa kali. Sinar lampu diruangannya memulihkan penglihatannya.
Oh tuhan, aku sangat membenci tempat ini. Gerutunya dalam hati.
Naya tersadar kalau tangannya sedang digenggam seseorang. Sambil menyerngitkan dahi, Naya memutar kepalanya dan mendapatkan Farhan yang sedang tertidur disamping tangannya. "Farhan?"
Naya menarik tangannya perlahan agar Farhan tidak terbangun lalu memperhatikan di sekelilingnya. "Kak Melvin!" Ucapnya tanpa bersuara.
Naya reflek ingin bangun, namun mengangkat kepalanya saja sudah sangat sakit. Sepertinya, Naya kembali merasakan sakit seperti yang tahun lalu dirasakannya.
Samar-samar, Naya melihat kakinya yang kembali di gips. Reflek, Naya langsung meneteskan air matanya.
"Naya? Kamu sudah sadar?" Naya cepat-cepat menghapus air matanya. "Iya."
"Kamu kenapa? Kamu nangis?" Tanyanya lagi. "Gak kok, kayaknya mataku kemasukan debu deh." Aktingnya, membuat Farhan langsung percaya.
Disela-sela pembicaraan antara Naya dan Farhan mengenai kondisi Melvin, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan menampakkan Suster Dinda, Sandra, Andrew, Rudy dan anaknya. Ternyata, Naya baru sadar kalau dia dirawat di rumah sakit yang sama dengan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annaya Karenina[TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaAnnaya Karenina adalah nama gadis itu. Gadis yang kehilangan semangat hidupnya akibat sebuah kecelakaan yang menimpa dirinya dan juga ibunya. Sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya dialah penyebab ibunya terbaring koma di rumah sakit selama berb...