Dua Puluh Dua

3.3K 194 0
                                    

"Lo liat Melvin tadi kan? Kita harus buat rencana Sya, udah dari dulu gue nahan diri buat gak nyakitin si gadis cacat itu." Ucap Naura ke Syakirah yang sedang berbenah-benah. "Iya, lo benar Ra. Kita harus buat rencana. Masuk akal ga sih kalau Melvin suka sama si Naya. Ewww, jijik."

Naura melipat kedua tangannya sambil memperhatikan gerak-gerik Naya yang sedang membantu anggota osis mendirikan kemah. "Gue udah punya rencana." Syakirah langsung menyerngitkan alisnya. "Apa?"

Naura mendekat ke telinga Syakirah dan tengah membisikkan sesuatu. Syakirah pun langsung terkekeh saat mendengar Naura selesai membisikkan rencananya. Entah apa rencana busuk si Naura.

***

"Apaan sih galucu tau." Ucap Naya kesal setelah mendengar lelucon Melvin. "Galucu apanya sih Nay? Lo gak liat perut Rian kek ibu-ibu yang berbadan dua."

Naya mengkerutkan sebelah alisnya lalu menggeleng sebentar sebelum membalik ikan yang dibakarnya bersama Melvin. "Nay?"

"Hm."

"Lo tau gak perempuan yang paling gue suka sekarang ada disini?"

Naya menatap Melvin, berharap-harap cemas bahwa dirinya lah yang ia maksud. Naya mendengus pelan sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya lagi ke ikan yang tengah dibakar. Iya, kak Lolyta.

"Lo tau, sejak gue pertama ketemu dengan dia, entah kenapa gue langsung tertarik. Perlahan-lahan, gue semakin dekat dengannya, dan tanpa gue sadari selama ini, gue suka sama dia. Emang bener, kalau cinta itu datang entah darimana dan berlabuh di hati siapa. Sekarang gue juga paham, mencintai dan memperjuangkan seseorang itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dan itu terjadi sama gue, kayaknya dia gak ada rasa sama gue." Melvin mendengus pelan lalu tersenyum miring. Naya melihat semuanya, semuanya.

"Kalau dia gak ada rasa, kenapa masih lo perjuangin? Kan masih banyak cewek disana yang mungkin lebih dari si cinta pertama lo itu." Wajah Naya sempat berubah saat mengucapkan kalimat terakhirnya. Melvin menatap Naya sambil tersenyum. "Gue ga bisa Nay, gue cinta sama dia. Gue harus perjuangin dia apapun caranya."

Naya tersenyum terpaksa mendengar ucapan Melvin. "Oiyaa, lo bisa balik ikan yang satu ini ga? Gue gak bisa soalnya gue urus ikan yang ini juga."

"Bisa kok." Setelah Melvin membalik ikannya dan baru ingin mengipasnya, tiba-tiba gagang kipasnya lepas, membuat Naya dan Melvin tersentak kaget karena kipasnya terlempar sedikit jauh dan mengenai kepala Rian. "Sorry bos, gak sengaja."

Wajah Rian langsung berubah kesal. "Ati-ati makanya."

Melvin mengatupkan bibirnya rapat-rapat, dan Naya masih diam mematung memperhatikan gagang kipasnya jatuh di dekat Rian. Melvin memutar tunitnya, lalu berdehem pelan. Hening beberapa detik, lalu mereka berdua langsung tertawa lepas dan itu sangatlah keras, membuat anggota osis yang sedang lewat di sekitarnya langsung tersentak kaget dan bahkan ada yang sempat beristighfar di tempat saking terkejutnya mendengar mereka berdua tertawa sangat keras. Bisa dibilang, mereka tertawa histeris.

Farhan yang menyaksikan kejadian itu langsung saja memotret mereka berdua dengan kameranya yang sengaja ia bawa. Mereka yang sedang tertawa, mereka yang sedang berbincang-bincang, mereka yang saling membantu, itu semua diabadikan oleh Farhan. Walaupun melihat mereka Farhan sempat cemburu, tapi perasaan itu langsung di kesampingkan olehnya. Farhan tak berniat untuk mengganggu mereka, apalagi mengganggu kesenangan Naya.

Setelah selesai memotret mereka, Farhan langsung melihat-lihat hasilnya dan sesekali memperbesar wajah Naya. Farhan mendengus sambil tersenyum saat melihat wajah Naya yang begitu sangat bahagia, jikalau kalian yang melihat pasti kalian mengira kalau Naya tidak memiliki masalah sama sekali, padahal tidak. Itulah yang dipikirkan Farhan.

Annaya Karenina[TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang