P.15

3.7K 153 0
                                    

Mobil juke putih membelah jalan raya di pagi hari. Memacu satu persatu pengemudi.

Alunan musik melakonis terdengar indah di tape mobil ku. Hentahlah, aku sangat menyukai musik melow ketimbang beat lainnya.

Tak terasa kini juke putih terparkir di halaman parkir. Ku raih tas sekolah dan bergegas keluar.

Bugh!.

Lagi lagi. Untuk kedua kalinya tubuhku menabrak remaja yang sama. Dan kali ini bukan buku ku yang jatuh. Hanya saja, tubuhku yang HAMPIR jatuh.

Tangan kekar remaja Itu memeluk pinggang rampingku. Siapapun yang melihatnya, tolong abadikan momen ini plis. Batinku.

1...
2..
3..
4..

BRUK!!.

"aw!". Dengan refleks 1 kata itu kaluar dari mulutku. Rasa panas kini bergemuru di bokongku. Oh tidak!. Siapapun tenggelamkan aku.

Tampa sepatah kata, remaja itu melenggang pergi. Meninggalkan tubuhku yang baru saja terdampar indah. Katakan jika ku gila. Karna pada kenyataannya ini sakiit banget.

Buru buru ku tegakkan tubuhku. Mengibas seragam yang terkena debu. Jika saja ia bukan zio. Sudah pasti akan ku jambak rambutnya. Batinku.

Ku langkahkan kaki ku menuju ruang kelas. Dengan wajah yang berkombinasi. Bagai mana tidak?. Jika tangan kekarnya baru saja memeluk pinggangku?.

📎

"lo kenapa si senyam senyum gitu?". Tanya nanda yang asik memasukan cemilan ke dalam mulutnya.

"habis di terbangi cogan". Ujarku. "walaupun di jatuhin lagi". Lanjutku.

PLETAK!

Yes, jitakan cantik mendarat di kepala kiriku. Terimakasi untuk ica yang hobbynya menjitak kepala cantik incess.

"ni anak bodoh atau apa si?". Tanya ica.

Aku hanya diam dan tak mengubris ucapan mereka. Karna fikiranku hanya pada 1 orang. Zio, si ganteng dari  parkiran.

Kembali ku ingat, bagaimana wajah yang hanya berjarak beberapa centi, tangan yang melingar di pinggangku. Dan mata hitam yang menatap manik mataku. Zia bawa pulang boleh?. Batinku.

Lagi dan lagi. Wajah tampan yang ada di fikiranku. Berputar putar membentuk suatu pusaran. Yang membuat semua imajinasiku berteriak HORE .

"ziaa". Ujar seseorang yang berada di hadapanku.

"eh ya?". Balasku sambil memejamkan mataku.

"ngelamunin apasih?. Sampai sampai kami datang ga diketahui?". Ujar kiky mengambil alih.

"ngelamunin cogan dingin yang sifatnya kaya setan". Jawabku datar.

PLETAK!.

Lagi dan lagi. Kali ini dua jitakan. Oh tidak, sepertinya kepalaku menjadi objek jitakan mereka.

"ngomong di jaga sayang". Ujar nanda dengan begitu feminim.

"hentah!. Frontal kali jadi cewek". Lanjut ica dengan khas bahasa pekan baru nya.

"sadiss julukannya". Ujar kiki.

"emang siapa sih zi?. Cowok yang lo taksir sampai segitunya?. Beruntung banget tu cowok". Timpal giel.

"tapi dia ga tau di untung". Balasku memajukan bibir bawahku.

"loh kenapa?". Sontak kedua cogan memberikan pertanyaan yang sama.

"karna dia selalu ngehindar. Tapi gue gabakal nyerah kok".

"wow, cewek strong". Balas giel.

Aku tersenyum. Dan melirik zio yang berada di hadapan ica. Wajah datar dan pandangan ke layar ponselnya.

Apa aku sah jika cemburu dengan ponsel pintarnya?.

"eh zio, lo ga makan?. Kok ga pesan  makanan?". Ujarku mencoba berbicara padanya. Namun hanya mendapatkan gelengan singkat. "trus? Lo begini terus?". Kali ini bukan kepala..namun alisnya bergerak bertanda betul. "yaudah ntar sore mau dimana?". Lagi lagi hanya aku yang berbicara.

" rumah lo". Singkat , padat dan tepat. Seperti belajar bahasa indonesia, yang menjawab isian singkat setelah soal objektif.

"ga bisa, tempat lain aja". Timpalku meminum jus jerukku.

Apa kalian bertanya mengapa aku menolak?. Alasannya, aku tidak ingin jika mereka mengetahui bahwa aku ini kembar. Kecuali 2 curut di sampingku.

"ga nerima penolakan".

SKAK!. Jalan satu satunya harus mengikutinya. Baiklah baiklah, sepertinya ia mengklaimkan nya hari ini.

Aku mengangguk dan memutar bola mataku. "gue tunggu di rumah gue yang bakal jadi besan bonyok lo". Kekehku.

Sontak 4 pasang mata lainnya memandang ku. 2 memandang dengan arti "bodoh banget sih zi?". Dan 2 lagi dengan maksud butuh penjelasan. "santai bro santai, cuma bercanda". Lanjutku. Terdengar helaan nafas dari giel dan kiki. Sedangkan nanda dan ica memilih diam. Dan jangan tanya bagaimana zio, kalian sendiri pasti tau. "tapi semoga aja candaan gue di aminin malaikat". Lanjutku dengan tampang tak berdosa.

Aku tak menghiraukan tatapan tatapan mata mereka. Mataku lebih memilih untuk melihat wajah datar dan tenang. Yang tampa memberikan ekspresi apapun, walaupun aku memberikan kode kode yang sangat frontal.

Mungkin tidak sekarang zio, tapi nanti~.

📎

Author tau ini gaje banget yakan?😂..karna ini tantang buat author. Buat karakter yang bener bener agresif. Karna di yang sebelumnya author membawa karakter yang super pd, bukan super agresif. Hampir sama, namun kenyataannya berbeda.

Aiilafyuu readers😘

Zia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang