P.34

3.7K 176 0
                                    

Rintikan hujan mulai menyentuh tanah. Memberikan kesan dan bau khas tanah basah. Aku menyukainya. Aku ingin berlari di tengah sana. Aku ingin berputar, ingin berlonjak ria dan tentunya ingin menikmati rintikan rintikannya di wajahku. Namun sayang, tubuh ku sensitif dengan air hujan. Hal minim pastinya Flu.

Namun tekadku kuat untuk bermain hujan. Aku ingin. Ya, aku ingin.

Segera ku langkahkan kakiku keluar cafe, menuju pintu utama dari cafe itu. Namum sebuah tanggan mengganjal pergelangan tanganku. Pergelangan tangan yang di tahan membuat ku mau tak mau memandang ke arah belakang.

"mau kemana?"  tanya remaja yang mengganjal tanganku.

"mandi hujan. Mau ikut?". Tanyaku dengan pupy eyes ku.

"Ga ada cerita. Ntar lu sakit. Gua ga mau lu sakit lagi". Sergah zio menggeleng kepala.

"tapi yo, gue pengen mandi hujaann". Rengekku.

"gue lebih tega ngeliat lu kaya gini dari pada terbaring dengan penyakit di kasur lu".

Dengan posesif zio membawa ku kembali duduk ke bangku tadi. Menggenggam tanganku, seakan tak ada ruang untukku lari.

Ku terima tatapan datar zio setelah aku memberikan tatapan sinisku. " mau marah?. Sok silahkan". Ujar zio.

Hei. Apa dia mengancamku?. "oke". Balasku.

"oke siapa takut!". Tantangnya dengan alis di naik turunkan. "gue kasi waktu 5 menit buat lu ngambek". Lanjutnya dengan senyuman sumringainya.

"ihh resee"  maki ku. Namun zio masi melakukan hal yang sama.

Hening.

Sengaja diriku mendiamkannya. Yang sibuk dengan ponselnya nya. What?. Rese bangsat!.

"Tinggal 4 menit lagi". Ujarnya masi melihat layar ponselnya.

Aku mendengus sebal melihat tingkahnya. Andai saja dia bukan orang yang ku suka sudah ku pastikan, akan ku kirim ia ke segitiga bermuda.

"tiga menit" 

Apa ia hanya akan menghitung detik yang habis?. Oh tidak. Aku takkan pulih jika telah 5 menit, kita liat saja.

"dua menit".

Aaaaah reseee. Ingin ku sumpal mulut nya dengan lilin di antara kami. Hah, tidak. Dengan sepatu lebih keren kali ya. Andai saja keluar di surat kabar. "seorang wanita menyumpalkan sepatu ke mulut teman prianya". Perutku terasa geli membayangkan judul surat kabar yang akan ku terima nantinya.

"satu menit".

Gapenting, ga peduli, intinya gua gabakal baikkan. Aku harus bisa harus. Demi apapun aku harus bisa melawan pria di hadapan ku ini

"habis. Ga ada waktu buat ngambekan lagi"  ujarnya. Namun tak sedikitpun ucapannya ku indahkan. "eh gue ngomong sama elo nih ". Upatnya. Namun sama seperti awal. Diam

Kulihat rahangnya mulai mengeras memperlihatkan urat nya menahan geram. Ingin rasanya ku terkekeh geli. Namun aku sadar , jika kini aku dalam kondisi ngambek.

Kulihat tubuhnya mulai berdiri  dan berjalan ke arah kasir cafe ini. Ku lihat senyum manis dari kasir itu tak pernah lepas. Huek! Apa iya ingin menggoda zio ku ?. Zio ku? Apa pantas untukku mengklaimkan dirinya?. Haha. Namun aku seakan kesal melihat zio dengan santainya mengikuti kasir itu . Agggh!. Bolehkan aku menguliti wanita itu??. Itu milikku hei!.

Kulipat kedua tanganku di depan dada. Menatap kesal ke arah dinding kaca cafe ini. Memperlihatkan dengan jelas rintikan hujan yang jatuh. Demi apapun aku ingin merasakan air itu.

"lo mau mandi hujan kan?. Gua bakal ngizinin ". Ujar seseorang yang berdiri di sampingku.

Seketika mataku melebar mendengar ucapan zio. Mandi hujan?. Yayaya, aku menginginkannya.

"tapi ada syaratanya"  lanjutnya berhasil membuat lipatan di keningku. "harus pakai ini!". Sambung dengan menunjukan 2 buah mantel di kedua tangannya.

"itu sama saja tid-".

"pakai atau tidak sama sekali ?".  Potongnya penuh penekanan.

Aku mengehentakkan kaki kanan ku. Menerima mantel yang siap di kenakan di tubuhku. . Zio benar menutup seluruh tubuhku dengan mantel. Kecuali telapak tanganku.

Tak hanya aku, zio pun menggunakan mantel satunya lagi. Beberapa pengunjung menatap kami heran. Namun zio tak mengubris tatapan mereka.

Setelah zio selesai. Aku langsung berlari ketengah lapangan parkir. Butiran air langsung menyambut telapak tangaku. Pada saat ku berputar, dengan tangan di rentangkan dan kepala mengadah langit.

Ide yang baik. Batinku.

Zio mengikuti langkahku. Namun dengan cepat ku beri tanda untuk bedhenti di tempat. Tampak jelas kerutan halus bertengger di dahinya. "kenapa?". Tanyanya.

"ga usah deket deket. Deket aja sana sama tukang kasir ntu". Ujarku sambil  melipat kedua tanganku.

Seketika tawa zio terdengar di telingaku. Zio teertawa terpingkal pingkal. Seperti kerasukan saja!.

Setelah puas tertawa, zio melangkah mendekatiku. Menyisakan jarak yang sangat minim untuk kami berpisah. " lo cemburu heh?"

JLEB!

Bagaikan di sambar petir. Pertanyaan itu sukses meraung indah di telingaku. "tidak". Jawab ku kabut.

"mata lo ga ngeliatin kebenaran. Lo cemburu?"  tanya nya untuk kedua kalinya. Lengkap dengan senyuman kemenangannya.

"fine!. Gue cemburu". Ujarku pasrah.

Lagi lagi kekehan kecil terdengar dari bibir zio. Tak lama untuk tertawa. Zio menangkup kedua pipi gembulku. Mengatur nafas yang telah terbuang untuk tertawa. Matanya seakan menembus mataku. Menatap tampa  berkedip di bawah hujan.

"ga usah cemburu. Lo tau mantel yang kita gunakan?. Itu mantel dari kasir itu dan pegawai satunya lagi".

"tapi dia tersenyum tampa berkedip. Eergh!".

"intinya lo yang dapetin bermain hujan bareng gue. Lo ngak bayangin sebanyak apa kekasih di sana bertatap iri?.".lagi lagi sorot matanya membuat ku tenang. Demi apapun tolong hentikan waktu. Dengan jarak sedekat ini. Seakan deru nafas hangatnya menyambar keseluruh wajahku. "Gue sayang elo. Don't leave me okey?".

Hentah apa membuat air mataku jatuh bersama air hujan. Haru, kata itulah yang berlalu di fikiranmu.

Dengan cepat ibu jarinya menghapus air mata ku. Dan kembali menangkup wajahku. "ssst, jangan nangia. Lo jelek kalau nangis".

Aku ternyum, aku senang, aku bahagia, akgirnya. Aku mendapatkannya. Pria yang ku tunggu selama sebulan ini. "Gue boleh Minta satu hal?". Tanyaku lirih. Tampak sorot matanya nempertanyakan apa itu. "bangunin gue kalau ini hanya mimpi". Sambungku.

"ini nyata  ini ga mimpi ini ga drama . Dan ini kisah nyata di dunia . Sekali lagi gue bilang. Gue harap lo bisa nepatin ini. Don't leave me Fauzia Ramagvera".

💢


Tolong, Author baper😂.
Tinggalin vomentnya. Yg voment author doain dapet momen kaya mereka amin..

Zia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang