P.18

3.5K 154 1
                                    

Keindahan yang membuat ku bertahan, meskipun dentuman beton telah siaga untuk menabrakku~

📎

Tatapan bertanya tanya kini menghiasi manik mata ayah. Setelah pertanyaan yang mungkin membuatku mendapatkan petunjuk.

"untuk apa menayakan hal seperti itu ya?". Ujar ayah setelah menyesap teh nya.

"yaya kan cuma nanya". Balasku.

"yaya lagi naksir cowo yah". Izinin aku tenggelemin kembaran aku kali ini tuhaan.

Tak lama dari ucapan ziu. Ruang keluarga ini di penuhi dengan gelak tawa. Apa ada yang lucu?. Ku rasa tidak.

"bunda ga nyangka kalau yaya naksir cowok. Bunda kira yaya kelainan".

Demi apapun, ini bunda gehol pengen aku kurung di kamar .

"bunda kok gitu sih". Lanjutku dengan bibir yang sedikit di manyunkan.

"soalnya yaya kan cuek sama cowok yang sering nganterin bunga dan lainnya. Hahah. Demi apapun tawa ayah lepas malam ini". Ku kira ayah akan berada di pihakku. Namun tidak. Aaa ayah.

Lagi lagi ku manyunkan bibir ku mengerutkan alis dan menatap dengan tatapan kesal. Siapa yang tidaj kesal?. Jika orang tuanya menganggap anaknya kelainan, hanya karna tidak menanggapi cowok cowok yg menggodanya?.

Tawa ayah, bunda dan zizi masi samar samar. Biarkan saja mereka tertawa lepas, ntar juga bakalam capek.

Ku tatap malas layar tv yang menampilkam siaran The Comment. Siapapun pencinta Net-tv. Pasti tau.

Hingga suara samar membuatku kembali menatao wajah tampan berahang tegas di sampingku.

"kamu tau?. Bunda kamu itu jutek nya nauzubillah?. 11-12 sama kamu. Cuekin semua cowok yg udah ngeggoda. Dan di fikirannya marah terus kalau udah liat ayah". Aku menatap nanar wajah ayah. Dimana ternyata sifatku sebagian keturunan bunda. Dan pastinya tidak kelainan bukan?. Loh kok jadi mikir kalau aku beneran kelainan?. "bunda marah karna ayah selalu ngerecokin bunda. Bikin bunda kesal. Nungkai kaki bunda sampai terjatuh di depan temannya. Masukin cicak di dalam tas bunda, ngelempar permen karet di rambut bunda, dan intinya ayah selalu ganggu bunda".

"sadisss". Ucapku sambil menirukan cogan yang menjadi iklan mie sedap.

Ayah menatap bunda malu. Dan bunda malah menatao ayah dengan tatapan tidur di sofa. "karna keisengan ayah, ayah jadi kebiasaan. Kalau ngga ngeganggu bunda rasanya daftar pelajaran ayah hilang". Lanjut ayah. "dan sampai akhirnya bunda kamu nangis gara gara ayah ngasi kado kodok dan cicak saat ia ulang tahun ke 17". Tawa ayah menggelegar di saat mereka kembali bernostalgia.

"gue ga nyangka kalau ayah lo sekejam itu ya". Seru ziu di samping bunda.

"dan gue lebih ngga nyangka kalau bunda lo sejutek dan secengeng itu ". Balasku tak mau kalah.

"dan di saat bunda nangis, ayah kamu malah minta maaf dan ajak bunda ke taman belakang rumah nenek". Saut bunda tak mau kalah.

"teruss". Berbarengan dengan ziu.

"terus nabraak". Gurau ayah.

Namun mendapat tatapan tajam dari ketiga putri di rumah ini.

"terus ayah nenangin bunda , dan dia bilang kalau ayah ngga bakal ngulangin lagi. Trus meluk bunda tampa aba aba". Lanjut bunda merasa menang.

"dan gue ga nyangka kalau ayah gue seagresif dan seluluh ituu". Timpalku.

"tapi gue gak pernag bayangin. Gimana bunda gehol gue nangis di pelukan ayah". Kali ini ziu .

Melihat dua insan yang bernostalgia, membuat ku mengerti. Jika mungkin inilah yang cinta sejati.

Ziu meraih ponsel nya. Dan menatap panjang ke arah ponsel yang menjadi bulan bulan kecuekan nya.

Apa aku bisa?. Apa kisahku seperti mereka?. Apa cinta sejati ku itu zio?.

Ayah mengelus puncak kepalaku . "intinya, kebersamaan yang membuat kami aaling bergantungan. Dan berakhir disini". Ujar ayah.

"dan jangan pernah menyesal dengan masa lalu, karna masa depan masi menjadi rahasia nya tuhan". Timpal bunda memeluk ziu.

Semoga, dan semua harapan menjadi kenyataan~


Zia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang