P.37

3.2K 151 8
                                    

Jika bisa ku minta. Maafkan aku. Jika tidak, maafkan aku. Karna maafku akan membuat saksi bisu menjadi kelabu.

📝

"lo kok tiba tiba care. Dahal kemaren aja ogahan". Ujarku saat memandang danau yang tak jauh dari rumah pohon ini.

"ga tau juga si. Intinya ya gue care aja".

"ga asik jawabanlu ah". Cerca ku memajukan bibirku.

Telapak tangan zio mengacak puncak kepalaku.  Memberikan kesan nyaman yg berbeda. "Gue cuma minta sama tuhan. Buat kaya gini terus. Selamanya kalau dapat".

Aku menatap zio yang menatapku dengan tatapan harap. "dan lo tau?. Gue juga sering doa ke tuhan. Biar cuma elo aja yang tau sama tempat ini". Lagi lagi aku menatap zio. Dengan senyum yang sedikit ku paksakan. "gue janji ke elo. Janji di rumah ini. Janji di hutan ini. Gue gabakal ninggalin lo. Sekalipun lo yg ninggalin gue. Gue bakalan kejar lo sampai gue dapetin hak gue lagi".

"tapi ini bulshiit zio". Batinku.

"mungkin lo berharap kita kaya novel novel yg sellau romantis. Yg kisah cintanya ga ada hambatan. Tapi salah. Novel cinta kita. Cuma kita yg ngukirnya"  sambung zio.

"jelas ga romantis. Karna pada akhirnya gua tau kebusukan lo yo". Batinku.

"dulu gue orang sangat benci sama namanya cinta. Benci banget. Karma menurut gue cinta itu ngga ada".

"a goblokkkk. Demi apapun gue benci elo ziooo".batin zia.

"karna apa?. Karna saat itu nyokap yg katanya cinta ke bokap. Malah pergi dengan cowok lain. Hah!". Mataku spontan menatap zio yg menatap langit dengan getir. "cuma karna uang nyokap tinggalin bokap. Di saat bokap lagi kritis. Tapi lo tau?. Bokap bangkit dengan sendirinya. Dengan cinta yg di berinya untuk gue".

Hening.

"tapi semenjak ada lo. Gue sadar. Kalau cinta itu ada. Itupun di dorong dengan penyesalan. Ngeliat lo nangis di guyuran hujan. Rasanya hati gue juga ikut berkeping keping". Aku memeggang tangan zio. Memberikam ketenangan yang mengusik dengan cerita masa lalunya. "maka dari itu. Bokap bilang. Kalau gue udh cinta sama lo. Setelah gue ceritain semua ke bokap". Zio masi betah menatap langit biru."gue mohon. Jangan tinggalin gue. Cukup nyokap gue yg ninggalin gue dan bokap. Lo jangan. Karna lo obat di antara virus nyokap gue". Kini tangan zio membalas genggamanku. Semakin erat. Hingga mata kami beradu. Mendalami manik mata yg sangat hangat. "gue janji. Gu gabakal ninggalin elo". Sambung zio mengecup puncak kepalaku.

"bohong. Lo bohong zio. Lo bulshit. Bahkan lo terlalu pintar bermain drama". Tak terasa air mataku jatuh menyusuri pipi gembul ku

"ssst. Jangan nangiss. Ayolah zi. Gue ga suka liat lo nangis gini".

"lo keparat bangsat. Lo ga mau liat gue nangis?. Kenapa lo sejahat itu anjing?".

"gue ngerasa gue bajingan kalau liat lo nangis".

"lo emang bajingan bangsat!".

Ps: tulisan miring itu dalam hati ya.

Zio memeluk tubuhku. Berusaha memberikan ketenangan untukku. Hangat, nyaman dan pastinya tempat fav ku.

Aku senang, zio mengakui semuanya. Namun ada sedih di saat aku tau dia hanya berpura pura.

Biarlah sekarang. Karna esok, aku mungkin takkan mendapatkannya lagi. Ini dia, drama yang ku tunggu. Walaupun sedikit nyeri untukku. Terimakasi-

📝

Zia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang