P.28

4.1K 183 1
                                    

Zio pov

Selepas bel berbunyi. Aku langsung mengalihkan langkahku ke mobil. Meninggalkan teriakan teriakan 2 curut itu.

Dengan cepat ku putar stir mobil mengarah jalanan luar. Menekan pedal gas dengan kecepatan sedikit tinggi.

Aku berfikir untuk membeli sesuatu di supermarket. Tak butuh waktu lama untukku sampai di perkarangan supermarket.

Aku memilih buah pear dan apel. Banyak pasang mata yang memandang ku heran. Hei ayolah!. Apa cowo ga boleh ke sini apa?.

Sesegera mungkin ku letakan buah tersebut di keranjangku. Dan tak lupa untuk mengambil coklat si bagian kasir.

Kenapa coklat?. Karna aku ingat, zia salah satu maniak coklat.

Kasir yang melayaniku cukup cepat. Hingga tak butuh waktu lama untukku keluar dari tempat itu.

💢

Kini tubuhku telah berdiri di pintu utama rumah zia. Tampa ragu ragu ku ketuk pintu itu  menunggu sang tuan rumah membukakkan pintu  untukku .

CEKLEK!.

Aku melihat zia berdiri di ambang pintu, memandang heran ke arah ku. Oke, jika ia masi marah terhadap ku.  "gue ke-".

BUGH!!.

sebuah kepalan mendarat di pipiku. Tidak terlalu sakit, namun cukup membuatku meringis. Dan anehnya, zia memukul ku?. Semarah itukah dia?.

"ngapain lo disini?. Masi belum kurang nyakiti kakak gue? Iya he?".

Tunggu dulu. Kakak?. Apa zia memiliki kembaran?. Dan bodohnya aku baru menyadari, jika yang di hadapanku tidak menggunakan behel. Berarti benar, zia memiliki kembaran. Dan bahkan aku sendiri ga tau!.

"mendingan lo pergi. Dari pada disini. Bikin eneg juga guenya".

"gue mau ketemu zia".

"buat apa?. Buat dia nangis lagi di tengah hujan begini ia?. Haha".

Ucapan sarkastiknya bahkan mengalahkan suara hujan yang jatuh.

"izinin gue buat ketemu zia ".

"gak!".

"tolong".

"g-"

"masuk aja, zia di lantai atas". Ujar seorang remaja yang seumuran denganku.

"lo apa apaan sih bi. Gue ga mau kakak gue makin menderita karna ni cowok".

"dia cuma butuh kesempatan zi. Biarin aja dia ketemu yaya hari ini. Kalau nyatanya dia bikin yaya lebih lagi. Ini yang terakhirnya dia menginjakkan kaki disini" 

"yaudah masuk. Ingat!!  JANGAN BUAT ZIA SAKIT LAGI!".

Aku hanya mengangguk dan berpamit masuk. Tak lupa ku ucapkan kata terimakasi untuk remaja yang di panggil bi itu.

Aku berjalan hingga bertemu dengan pintu coklat yang cukup besar. Tampa mikir lama ku raih handle stainless nya. Hingga melihat tubuh lemah yang memandang air jatuh ke daratan.

Dengan cepat mataku bertemu dengan manik mata hitamnya . Wajah yang pucat membuatku lebih bertekad mendekatinya. Dan membuat rasa bersalahku semakin besar . Gue ga nyangka lo bisa selemah ini ketika sakit.

"ngapain lo disini?" 

Datar, hanya itu yang bisa ku terima dari ucapannya.

"Gue mau ngasi ini buat orang sakit". Ujarku sedikit gengsi.

"letakin aja disana. Lo boleh pergi" sambungnya lebih dingin. Aku ga nyangka kalau dia bisa sedingin itu.

"gue mau jengukin lo".

"lo udh liat gue , jadi lo boleh pergi sekarang".

Lagi lagi aku hanya menerima ucapan sinis nya. Tampa menatap sedikitpun. "tenang aja, gue bakalan hadir kok di olimpiade itu. Lo ga perlu khawatir".

Ucapannya mampu membuatku menaikkan emosi ku. Hentahlah, cuma karna di giniin emosi ku naik dengan cepat?.

Aku mendekati tubuhnya. Mengikuti arah pandangnya ke luar. Tak sengaja manik mataku menangkap air yang jatuh dari pelupuk matanya.

"gue kesini tulus buat jengukin lo, bukan karna olimpiade. Bukan karna suruhan temen lo ataupun temen gue. Tapi karna hati gue yang buat gue mengarahkan kesini"  ujarku menatap sisi wajahnya. "gue khawatir sama kondisi lo, bukan karna olimpiade". Lanjutku. Sedikit berat untuk mengucapkannya. Namun cukup kuat untukku melawannya. "bahkan gue rela nerima pukulan serta makian kembaran lo. Demi nemuin lo".

Ucapan terakhirku cukup membuat wajahnya berpaling menatap ku. Tepatnya menatap wajahku. Mencari cari bekas pukulan kembarannya.

"maafin gue dan ziu. Makasih udah khawatir. Makasih udh repot kesini. Lo boleh pulang buat ngompresin luka lo. Gue mau istirahat. Makasih".

Ucapan nya membuatku membeku di tempat. Masi dingin dan berlalu meninggalkan ku. Tatapan luka sempat terekam di manik mataku.

Ku tarik salah satu pergelangan tangannya. Dengan kekuatan yang cukup tinggi membuat tubuh mungilnya sampai di dekapanku.

Setan apa yang membuat ku mampu melakukan kegilaan ini. Hentahlah, rasanya ingin ku rasakan sakitnya. Agar ia bisa ceria seperti kemarin.

"lepasin gue ". Ujarnya tampa membalas pelukanku.

"ga".

"lepasin gue".

"maaf".

💢

Kapan punya cogan kek zio?😂. Tapi zionya PHP sih, bikin baper eh ntar di tinggal lagi. Ga tau sakitnya di php in apa?.
Sakit tauu...

Zia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang