P.41

3.4K 162 1
                                    

"zia". Sapa seeorang yang sangat ku kenal namannya.

Aku memutar kepalaku. Mendapatkan wajah yang- erggh entahlah.

Aku berdiri dan mengeluarkan lembaran uang 50 ribu. Meninggalkan di bawah cangkir ku. Dan berjalan meninggalkan remaja ini. Namun tangannya tak kalah cepat dengan langkah kakiku. Sehingga mencekat untukku berlari.

"lepas". Ujarku datar.

"dengerin gua dulu".

"lepas gak".

"gua ga-".

BUGH!.

sebuah pukulan membuatku memutar tubuhku. Melihat tubuh zio yang terhantam ke dinding cafe.

"Jangan ganggu zia!". Ujar cowok itu yang tak lain adalah abi. Kekasih ziu.

"ssssh Aw!". Rintih zio. Cairan merah kental lolos kekuar dari sudut bibirnya. Aku melihat tubuhnya yang berdiri dengan sempoyongan.

"Bukan urusan lo bi. Ada hal yang gak lo tau termasuk zia".

"Udah diam. Gua mau pulaang". Ujarku datar. Dan bergegas meninggalkan kedua remaja itu . Urusan terimakasi?. Bisa ku sampaikan lewat Line.

Aku mendengar teriakan zio. Namun aku sesegara mungkin menulikan telingaku. Dan masuk ke dalam mobil ku sendiri.

📝

Apa kalian bertanya. Mengapa tidak ada line dari zio ? Whattsap? DM? Sms? Telfon?. Atau apapun menyangkut handphone?. Hahah, jawabannya, aku telah memblokir semua yang menyangkut dengan Ziondra Adiputra. Dan mungkin juga kenangannya.

Aku juga udah ceritain ke dua curutku. Dan kedua curutku menemaniku pulang sekolah tadi. Mereka tidak akan ikut andil namun mereka siap sedia untuk bertahan.

Ada rasa rindu yang menyelimuti. Ada rasa sakit yang berduri. Ada rasa pedih yang bertubi tubi. Harus kah aku bersedih lagi?. Haruskah aku mengulangnya lagi?.

Lebih baik aku pergi. Sebelum semua terlambat, tampa ada yang bisa di selamatkan sama sekali. Aku lebih memilih pergi mulai malam ini.

Dan ketika semua akan terungkap. Menjadi puing yang kokoh. Membuat semua kembali awal?. Aku rela. Aku rela menunggu hari itu. Hari dimana aku bisa bahagia. Tampa ada sedikitpun kata luka.

Malam ini, mungkin malam untukku bersedih ria lagi. Mungkin malam untuk ku mengingatnya lagi. Namun aku janji. Untuk dapat menahan diri lagi. Ketika air mata yang membanjiri. Membuat luka yang lebih dalam lagi.

Malam ini. Ketika sang kuasa menurunkan tetesan air hujan. Tetesan yang juga ikut jatuh menemani tetesan air mataku. Ketika sang kuasa memberikan celah untuk lukaku. Dan ketika sang kuasa memberikan bahagia dia yang menantiku.

Aku sadar. Menjadi seorang wanita yang tegar bukanlah hal gampang. Aku sadar, melupakan sosok pria yg begitu ku sayang bukan hal yang mudah. Namun aku juga sadar, ketika bertahan di satu pihak lebih sengsara.

Ingatanku di penuhi wajah nya. Di penuhi kenangannya. Namun kesadaranku seakan menolak. Memberikan ribuan anak panah yang menancapku dari belakang.

Takdir?. Berbicara soal takdir?. Aku tidak menyesali takdirku. Karna tak ada yang indah ketika kepahitan takkan datang menyelimuti.

Selamat tinggal kenangan. Kenangan yang mungkin takkan bisa terulang. Kenangan yang memberikan luka cukup dalam. Dan kenangan yang membuatku percaya akan pepatah cinta. "Berani jatuh cinta. Berani untuk terluka".

📝

Gimana di part ini?😊 pliss coment yaaa👻😊

Zia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang