P.46

4.1K 165 4
                                    

Gua saranin. Baca part ini sambil denger lagu Gleen Fredly yg judulnya Sekali ini saja. Kalau ga cukup satu lagu. Ulang ulang sampe part ini abis yaaa.

Sudah seminggu aku bermondar mandir di lorong ini. Datang mengharapkan sesuatu dan pulang dengan harapan pupus.

Aku merindukan mata redupnya lagi. Aku merindukan sifat cueknya lagi. Aku merindukan suara bass nya lagi. Aku merindukan semuanyaa.

Kini, kaki jenjang ku berjalan menuju ruang dimana tempat seseorang yang selama ini menjadi salah satu tujuan ku memasuki rumah sakit.

"jika nanti detak jantungnya masi tidak normal. Kami pihak rumah sakit tidak bisa menahan lebih lama lagi. Karna bagi medis, itu telah menjadi salah satu korban meningg al dunia. Di tambah lagi kecelakaan yang sangat parah, membuat darah dalam tub-".

Aku mendengar pembicaraan dokter dengan seseorang. Seseorang di balik pintu berwarna coklat ini. Aku mengintip seraya melihat apa yang ada di balik pintu. Sosok berbaju putih bersama stelan jas mahal berdiri bersisian. Refleks tanganku menutup mulut ku sendiri. Ngga mungkin. Ini nggak mungkin!.

Batin ku seolah menolak apa yang di dengar tadi. Aku yakin, zio pasti sadar. Aku yakin. Zio gamungkin pergi. Aku yakin!.

Tampa ada rasa sedikit ragu aku memasuki ruangan yang di baui bau khas rumah sakit. Sorot mata 2 pria di hadapanku menatapku dengan reaksi yang hampir serupa. "Gak mungkin!. Zio ga selemah itu!". Tegas ku seolah memberi tahu, jika orang yg terbaring lemah itu akan sadar nantinyaa. "kita cuma butuh waktu!. Cuma butuh waktu buat zio sadar!!!". Teriakku histeris. Aku sadar, mungkin aku jauh dari kata family.

"tenang ya, dokter ha-".

"Ga!. Zia dengar dari luar om! Zia dengarr. Zia tau zio kuatt. Om percaya sama ziaaa!". Potongku.

"permisi pak, saya harus kembali bekerja". Ujar dokter pamit meninggalkan tempat nya berdiri.

Dengan lemah ku tahan lengan seseorang yg di sebut dokter. "Katakan padaku, jika zio akan sadar".

Aku hanya bisa menunduk. Mendengar dan merasakan sesak yang menghantam dadaku. "katakan padaku, jika zio akan selamat". Lagi lagi hanya keheningan yang bisa ku terima. "Jawab!!!!!". Teriakku histeris. "Bukankah kau seorang dokter?!. Bukan kah kau bertugas untuk memberi kami jawaban yang bahkan kami tidak tahu!. Bukan kah kau bertugas menyelamat kan pasien!. Bukankah dokter bersumpah untuk menyelamat kan siapa aja?. Jawab!!". Lanjutku masi dengan emosi yang meluap luap. "Apa hanya seragam ini yang menjadikan formalitas kalian semua?". Tanyaku sarkastik. "seharusnya kalian lebih gigih ketimbang kami yang menunggu hasil". Lagi lagi ucapan sarkastikku keluar.

Ku sapu kasar air mata yang mungkin tak terbendung olehku. Isakkan yang membuat bahu ku naik turun. "ka-kata khaan. Padaku, ji ji jikaa zio akan se-lamat".

Aku merasakan sesuatu memeggang puncak kepalaku. "akan saya usahakan". Balas dokter itu.

Aku melihat, melihat tatapan iba dari orang yg di sebut dokter. Melihat kegundahan yang di ciptakan di kening dokter itu.

Perlahan aku berjalan, mendekat ke arah pria yang berdiri di sisi ranjang. "Om". Sapaku terlebih dahulu.

"om tau, om percaya. Zio kuat". Sontak kepalaku terangkat. Hingga menemukan manik mata yang tegas. Manik mata yang menggambarkan kepercayaan. Buka ke-Iba aan. Setidaknya aku bahagia. Ada orang yang percayaa, selain aku.

"zio" . Panggilku dengan lirih. "lo dengar kan?. Bokap lo percaya loh kalau lo bakal sadar". Bersusah payah untukku merubah nada suaraku. "masak lo mau ngancurin kepercayaan bokap lo". Sambungku sambil menyeka air mataku. "Lo tau ga?. Kita semua ngarepin lo bangun. Kita semuaa nunggu mata lo natap kitaa". Aku mengambil oksigen yang ada di sekitar. "Bokap lo bolak balik kesini. Bahkan ga tidur. Meeting di batalin. Lo ga kasian liat bokap lo?". Lanjutku berharap ada jawaban. "Gua bolak balik. Lari larian, berdoa, absen sekolah. Cuma mau liat lo. Lo ga kasian gitu liat gue?.  Biasanya juga lo orang pertama yg ngga tegaan ke gue". Lagi lagi aku menyeka air mataku. "Temen lo dan temen gue juga suka dateng. Katanya, mereka ada buat lo". Nadaku sedikit bergetar. Sedikit menahan isakkan yang di timbulkan. "lo ga rindu kitaa yo?. Bangun dong. Mimpi lo indah banget ya yo?. Kok ga cerita ke gue kalau lu mimpi indah?-. G..gue Nungguin nih". Aku menarik halus tangan zio. Menggenggam seakan memberikan seluruh energi  untukknya.  "biasa juga lo yang bangunin gue tidur. Lo yg nungguin gue tidur. Lah kenapa sekarang posisi kita nukarr?. Haha lucu ya yo". Sela tawa terbesit di antara isakan ku. "gue bahkan lebih rela di cuekin dari pada di tinggal tidur gini yo".

Tak ada sedikitpun suara yang terdengar. Hanya keheningan di ruang ini. Hanya isakan yang terdengar samar. Suara Elektrokordiagraf menjadi detik di ruangan ini.

Emosi yang ku tahan seakan keluar kembali. "Zioo bangun!!!". Teriakku sambil menguncang guncang tubuhnyaaa. "liat gue yo! Liatt!!!. Buka mata lo yo!. Yo!. Bukannya lo janji lo mau jagaiin gue?. Bukannya lo bilang lo sayang ke gue!. Lo gak ingatt apa di rumah pohon lo bilang lo percaya kalau cinta itu adaaa. Dan itu gue!!. Lo bangun yo!. Buktiin kalau lo sayang ke gue!. Buktiin kalau lo ga bulshitt!. Buktii  kalau lo cowo gantle yo!. Yo!. Lo janji lo jagain gue!. Kalau lo gini yg jagain gue siapa yo?!. Yo bangun!!!". Kehisterisan suaraku bahkan menyamakan dengan isak tangisku. Tangis yang tadinya hanya satu persatu, kini berlalu bagaikan derasnya air terjun. "Lo gamau di bilang bulshitt kan yo?. Makannya banguunnn!!!!. Lo ga mau di bilang sekejam nyokap lo kan yo?. Lo mau ninggalin bokap lo juga?. Enggakkan yo? Bangunnn!!!!!!". Ku hirup semua oksigen, hingga paru paruku terpenuhi. "yo,, bang-nghuun". Lirihku. "Gue janji , gue akan dengerin semua penjelasan lo. Gue janji gue gabakal lari larian kaya kucing tikus lagi. Gue bego ya yo?. Iya bego banget!. Makanya bangun yo. Pan lo buat gue pinter". Ujarku menenangkan. Aku berharap, zio akan mendengarkan semuanya. "Maafin gue yo". Ujarku sambil memeluk tubuh lemahnya. Persetan dengan bajunya yg basah.

Yang ku terima, hanya hening. Ketika maafku belum terjawab. "Maafin gue yo". :((

Tuhan bila masi ku di beri kesempatan. Izinkan aku untuk mencintanya.
Namun bila waktuku telah habis dengannya.
Biar cinta hidup sekali ni saja😢.
.
.
Ayo ayoo. Siapa yg baper?😢.
Lah ini mau sad apa happy?. Ciee pensaran. Tapi zio nya belum bangun ihh. Bangunin zio yaa 😢. Doain zio bangun. Kalau ga, ya berarti sad yaa

Zia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang