Mimpi Buruk

1.9K 246 18
                                    

"Hhhhh." Shani terbangun dari tidurnya dengan satu hentakan. Satu tangannya diletakan didepan dada, berusaha meredakan jantungnya yang berdegup kencang. Siklus pernafasannya sudah tidak beraturan.

Sekilas ia melihat kearah jam dinding yang menunjukan pukul dua pagi. Entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa sangat takut tidur sendirian. Ia menyambar ponsel yang tergeletak di kasur kemudian menempelkannya ditelinga setelah sebelumnya menghubungi seseorang.

"Kamu kesini sekarang," ucap Shani setelah panggilannya terhubung.

"Aku ngantuk banget, lagian ini udah jam dua pagi. Kamu gak kira-kira nyuruh aku kesana jam segini."

"Aku mimpi buruk, aku takut tidur sendiri."

"Tidur di kamar orang tua kamu aja."

"Kalo mereka lagi ena-ena gimana? Gak baik kalo aku ganggu, aku kan bukan orang jahat yang kerjaannya ganggu orang lain. Kamu kesini pokoknya sekarang."

"Ngga, kamu tidur sendiri."

"Jahat banget sih. Dah ah aku gak mau ngomong sama kamu lagi."

Shani memutuskan panggilan lalu melemparkan ponselnya ke bantal. Pandangannya mengedar kesekeliling, ia menggeleng takut kemudian memeluk lututnya sendiri. Wajahnya ia tenggelamkan disana.

Setengah jam kemudian Shani mengangkat kepalanya saat mendengar suara ketukan di Jendela. Ia menggigit bibir bawahnya menengok takut kesembarang arah. Keringat dingin sudah mengalir membasahi pelipisnya.

"Sayang, ini aku."

Shani menghela napas lega mendengar suara lembut itu. Dengan cepat ia bangkit dari kasur kemudian berjalan kearah jendela, mendapati Viny yang tengah tersenyum melambaikan satu tangannya. Ia ikut tersenyum dan segera membuka kunci jendela, mempersilahkan Viny loncat ke dalam kamar.

"Kok kamu kesini sih? Padahal gak usah aja, udah malem. Tar ngerepotin." Shani tersenyum lalu bergelayut manja dilengan Viny. Semua ketakutan dan kekhawatirannya hilang dalam sekejap berkat kehadiran Viny.

"Basa basi banget," gumam Viny pelan.

"Apa kak? Kamu ngomong apa?" tanya Shani sambil duduk dikasur.

Viny menggelengkan kepalanya pelan kemudian ikut duduk dihadapan Shani yang tengah bersandar diranjang. Ia tersenyum memperhatikan wajah Shani dari jarak sedekat ini. Shani terlihat sangat menggemaskan dengan baju piayama panjangnya dan wajah tanpa make up. Ah, bukan hanya menggemaskan tetapi juga cantik.

"Tadi aku mimpi buruk tau. Aku takut." Shani menarik kasar tangan Viny agar duduk disampingnya. Sementara Viny hanya menurut dan pasrah.

"Mimpi apa?" tanya Viny memicingkan matanya.

"Mimpi kamu pacaran sama Ammar Zoni."

"APA?!" tanya Viny berteriak keras. Matanya terbelalak tidak percaya, "jadi kamu nyuruh aku kesini jam segini cuma karna mimpi itu?!"

Shani menunduk takut mendengar bentakan Viny yang menggegar. Ia menggigit bibir bawahnya. "Apalagi ketakutan terbesar aku selain kehilangan kamu? Aku takut banget. Maaf kalo ngerepotin."

Emosi Viny tiba-tiba saja reda, ia menarik napas dalam lalu diembuskan keras. Perlahan satu tangannya bergerak, merangkul erat pinggang Shani hingga kepala Shani terjatuh lembut didadanya. Ia memiringkan sedikit wajahnya dan langsung mencium lembut puncak kepala Shani.

"Aku gak akan kemana-mana, Shan," ucap Viny lembut.

Shani mengangguk kemudian memeluk erat tubuh Viny dari samping. "Janji ya kak?"

"Iya janji." Viny tersenyum kemudian menyandarkan dagunya dipuncak kepala Shani. Satu tangannya beralih mengusap lembut rambut Shani.

Viny tidak mengerti, setiap hari ada saja kelakuan Shani yang membuatnya menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir. Namun meski begitu, entah kenapa sikap Shani yang seperti itu malah membuat cintanya semakin bertambah. Sepertinya semua hal yang berhubungan dengan Shani selalu mampu membuatnya jatuh berkali-kali pada kebahagiaan yang bernama cinta.

Flash Fiction (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang