"Kamu masih dapet?" tanya Viny sambil melangkah menuju parkiran
"Iya," jawab Shani tanpa menatap Viny, "kenapa?"
Viny menepuk dahinya, ia kira Shani sudah selesai melewati masa haidnya karena ini sudah hari ketiga. Jika tau begini, ia akan pura-pura sibuk agar tidak bisa menjemput Shani di kampusnya.
"Kamu semalem di chat gak ngebales, kenapa?" tanya Shani seraya masuk ke dalam mobil Viny
Sebelum menjawab, Viny memutar langkahnya untuk duduk di jok kemudi lalu mulai menghidupkan mesin mobilnya, "Maaf aku ketiduran."
"Ketiduran jam sembilan?" tanya Shani dengan nada sedikit sinis
Viny meneguk ludahnya dengan susah payah tanpa berani menatap Shani, "A-aku...""Aku apa?!"
"Aku main game terus kelupaan bales chat kamu. Maaf ya sayang."
"Kamu tu gak ngehargain aku banget sih, kamu gak tau aku nunggu chat kamu dari jam sembilan sampe jam sembilan lebih seperempat! Kamu emang kejam ya kak, jahat, egois, gak berperasaan."
"Ngga git---,"
"Ngga apanya?! Sini hp kamu."
Viny mengambil ponsel disaku celananya lalu diberikan pada Shani, "Ini, buat apa?"
Shani mengambil kasar ponsel Viny lalu mengeceknya, "Kok akun line kamu dikunci segala sih? Takut ketauan selingkuh ya?"
"Aku gak selingkuh yaampun."
"Apa kodenya?"
Viny terdiam sesaat untuk menghela napas, "Shani."
"Apa?"
"Shani."
"Apaan sih?"
"Shani."
"Kamu ngajak berantem?!"
"Ampuuun," Viny mengangkat satu tangannya untuk menahan tangan Shani yang hampir saja memukul bahunya, "ma-maksud aku passwordnya nama kamu, bukan aku manggil kamu."
"Bilang dong dari tadi."
Lima menit selanjutnya, Shani masih sibuk memeriksa ponsel Viny. Sedikitnya Viny bisa merasa lega melihat Shani diam, jika bisa ia berharap Shani akan terus diam sampai tempat tujuan nanti.
"Selesei." Shani memberikan ponsel itu pada Viny, "nih."
"Kamu abis ngapain?" tanya Viny memasukan kembali ponselnya ke dalam saku.
"Ngehapus semua games di hp kamu."
"APA?!" Mata Viny membulat sempurna dan reflek menatap Shani, "kok kam---"
"Kenapa?" Shani membalas tatapan Viny datar.
Viny memaksakan senyumnya lalu menggeleng-gelengkan kepala, "Ng..ngga kok, malah bagus biar waktu aku buat kamu semua."
"Iya." Shani melipat kedua tangannya didepan dada dengan pandangan lurus kedepan
Viny menahan kekesalannya lalu menyandarkan dahi di stir, "Mama tolong aku," gumamnya pelan
"Kamu ngomong apa?"
"Ngga." Viny menegakan kembali punggungnya dan memusatkan perhatian pada jalan raya.
***
"Udah belum? Lama banget sih mandi sama ganti baju doang!" teriak Viny menggedor pintu kamar mandinya
"Tunggu aku lagi pake bra, kamu mau aku gak pake bra terus dada aku kemana-mana? Jahat banget sih!!"
"Ya udah iya, Shan." Viny menyandarkan tubuhnya didinding kamar mandi tanpa menghentikan ketukannya, "cepet aku laper."