"Aku sayang Shani," gumam Viny tertawa kecil seraya membereskan semua barangnya selesai latihan. Sementara Shani yang ada dihadapannya hanya diam, tampak sedang memikirkan sesuatu.
Viny mengernyitkan dahinya kemudian mengangkat kepala menatap Shani, "Kamu kenapa?"
"Aku lagi bingung," jawab Shani dengan wajah serius, "kemaren nonton film."
"Nonton film kok bingung sih?" Viny menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali memasukan semua barang ke dalam tas.
"Kissmark itu apa?" tanya Shani membuat mata Viny terbelalak karena kaget
"Kok mukanya gitu?" Shani mengusap lembut wajah Viny dari atas sampai bawah. Seketika raut wajah Viny pun berubah, berusaha bersikap biasa saja
Sebuah tawaan dari arah lain terdengar, reflek membuat Viny dan Shani memandang kearah suara itu. Ternyata Sinka yang tak sengaja mendengar pertanyaan Shani. Dengan santai Sinka berjalan lalu duduk diantara Shani dan Viny.
"Kamu nanya sama orang yang tepat," ucap Sinka tersenyum lebar lalu menepuk-nepuk lembut bahu Viny, "waktu kita pacaran, kak Viny sering banget ngasih kissmark. Jadi minta penjelasan sama dia."
"Sinka apaan sih." Viny menepis lembut tangan Sinka dipundaknya lalu menatap Shani yang masih terlihat bingung. "Kalo kamu udah 20 tahun, aku kasih tau apa itu kissmark."
"Mau sekarang." Shani melipat kedua tangannya didepan dada lalu mengerucutkan bibir bawahnya
"Kissmark itu kalo kamu hmmmpt."
Viny membekap mulut Sinka agar tidak meneruskan ucapannya. Ia mendekatkan wajahnya tepat ditelinga Sinka lalu berbisik lembut, "Jangan diterusin, Shani belum boleh tau."
Sinka mengangguk dan secara otomatis tangan Viny pun terlepas dari mulutnya. Sinka menghela napas kemudian menatap Viny, "Kamu dulu gak segininya ngelindungin aku."
"Kita seumuran, Sin." Viny mengerjapkan matanya beberapa kali memberi isyarat agar Sinka diam. Sinka hanya mendelik kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kenapa?" tanya Shani mengerutkan dahinya, "baik-baik ajakan?"
Viny menghela napas lega, "Iya, Shan."
"Jadi kissmark itu apa?" Shani memiringkan kepalanya menatap Viny menunggu jawaban yang akan dilontarkan Viny. Mendengar cerita Sinka barusan, sepertinya Viny tau banyak tentang hal itu.
"Itu tanda ciuman."
"Tanda ciuman itu apa?"
Viny meneguk ludahnya dengan susah payah tidak tau apa yang harus ia jelaskan lagi. Namun tak lama, ia meraih lipstik didalam tasnya. Viny memakai lipstik itu setebal mungkin kemudian menyimpannya kembali.
"Kita mau pulang kan bukan perfom?"
"Kissmark itu," Viny menggantungkan kalimatnya lalu menangkupkan sepasang tangan dipipi Shani.
Jantung Shani berdegup cepat saat melihat wajah Viny semakin mendekat kearahnya. Ia mengembuskan napas berusaha untuk rileks lalu menutup matanya. Tak lama, ia merasakan kecupan singkat di dahi, kedua pipi, dagu, dan hidungnya.
Viny menggigit bibir bawahnya sesaat memandangi bibir Shani yang hanya berjarak dua centi dari bibirnya. Viny mengerjap dan segera menjauhkan wajahnya dari Shani.
"Tuh udah."
Shani terkesiap dan buru-buru membuka matanya, "Udah apa?"
"Nih," Viny mengangkat cermin kecil tepat dihadapan wajah Shani, "itu yang namanya tanda ciuman, merah-merah."
"Jadi ini kissmark?" tanya Shani memegangi pipinya sendiri
"Iya, sayang." Viny menyimpan kembali cerminnya lalu menatap Shani. Ia terkekeh pelan melihat wajah Shani yang kini dipenuhi oleh bercak lipstik miliknya.
Shani tersenyum lebar, "Muka aku lucu ya?"
"Iya kamu lucu." Viny mencubit pipi Shani lalu menariknya
"Ih sakit, kakak," rengek Shani menepis tangan
"Iya-iya maaf."
"Iya gapapa kok." Shani kembali tersenyum lebar, melipat kedua tangannya didepan dada menatap wajah Viny lekat-lekat dan sedikit serius.
Mata Viny memicing curiga "Apalagi?"
"Kamu, aku kasih kissmark ya?"
"Ehh..."
***
Selamat ya sekali lagi wkwk