Shani Bunting, Viny Pusing

2.3K 260 43
                                    

"Kenapa ngajak aku kerumah kamu?" tanya Viny saat langkahnya berhenti di kamar Shani.

Sebelum menjawab, Shani mengunci dulu pintu kamarnya. "Aku akhir-akhir ini pusing terus mual-mual."

"Kamu sakit?" tanya Viny meletakan punggung tangannya didahi Shani, "gak panas tapi."

Shani mendekatkan wajahnya tepat ditelinga Viny lalu berbisik lembut, "Aku udah beli tespek. Mungkin aku hamil, sayang."

Bulukuduk Viny meremang, ia menggeleng pelan. "Gak mungkin."

"Tunggu. Aku ke wc dulu."

Viny meremas kasar wajahnya tidak mengerti dengan keadaan ini. Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya Shani keluar dengan raut wajah yang tidak bisa Viny mengerti

"Aku hamil."

"APA?!" Viny berteriak keras mendengar ucapan Shani yang tiba-tiba. Ia menatap Shani tidak percaya, "jangan boong."

"Aku yang periksa sendiri pake tespek! Kamu harus tanggung jawab!" Shani bersandar lemas didinding kamar. Satu tangannya terangkat memijat pelipisnya sendiri yang tiba-tiba berdenyut.

"Aku belum pernah naenain kamu." Viny menggeleng lalu menyiapkan langkahnya untuk pergi dari kamar Shani. Namun baru beberapa langkah, Shani sudah mencekal kasar tangannya.

"Kamu cuma manfaatin tubuh aku ajakan selama ini?" tanya Shani membuat Viny terkejut untuk kesekian kalinya. Shani menarik tangan Viny lalu menghempaskan Viny kekasur hingga tubuhnya terbaring.

"Shan." Dengan susah payah Viny duduk karna entah kenapa tubuhnya mendadak lemas. "Aku belum pernah nyentuh kamu."

"Bo'ong. Pasti waktu aku nginep di rumah kamu, kamu grepein akukan? Aku gak sadar soalnya tidur. Aku masih 18 tahun tapi kamu tega ngancurin masa depan aku."

"Loh kok kamu jadi mitnah aku?"

"Itu bener! Kamu tanggung jawab kak, aku gak mau tau." Shani menangkupkan kedua tangan didepan wajah, tangisnya pecah saat itu juga.

"Kita baru sekali ciuman, itu juga bentarkan? Aku gak pernah naena in kamu Shan." Viny terduduk dikasur, ia menunduk bersamaan dengan air matanya yang langsung tumpah. "A-aku gak pernah nodain kamu."

Lima menit berlalu, keduanya masih belum berhenti menangis. Shani merasa dirinya sangat kotor dan Viny merasa dirinya sangat berdosa karna gagal menjaga Shani. Bagaimanapun juga Viny tau bahwa bukan ia yang menghamili Shani.

"Si-siapa yang perawanin kamu?" tanya Viny menghapus kasar air matanya.

"Kamu!"

"Diem." Viny berlutut dihadapan Shani lalu mengangkat rok mini Shani.

"Kamu ngapain?!" tanya Shani berteriak panik

"Meriksa kamu masih perawan atau ngga." Viny menahan kedua kaki Shani yang terus berontak.

Baru saja hendak melepaskan CD yang dikenakan Shani, Viny berhenti saat mendengar tangis Shani yang pecah. Viny mengangkat kepalanya menatap Shani. "Kamu kenapa?"

"Kamu mau nodain aku buat kedua kalinya."

"Loh ini yang pertama kali."

"Jadi kamu ngerendahin harga diri aku? Kamu pikir aku perempuan jalang yang main sama orang lain?!" Shani menghentakan kedua kakinya kesal. Tangisnya sudah semakin pecah.

Viny menghela napas kasar seraya kembali merapikan rok Shani lalu berdiri, menarik Shani kedalam pelukannya.

"Aku tanggung jawab ya, jangan nangis. Aku gak bisa liat kamu sedih." Viny mencium lembut bahu Shani yang tertutup baju.

Shani mengangguk sambil membalas pelukan Viny. "Ini anak kita kak."

"Iya itu anak kita." Viny mengusap lembut rambut Shani.

Setelah tangis Shani reda, Viny melepaskan pelukannya. Ia tersenyum lalu mencium lembut dahi Shani. "Jangan nangis lagi ya."

"Iya kak."

"Mana hasil tespeknya? Aku mau liat."

"Ini." Shani menggerogoh saku jaketnya mengeluarkan tespek yang langsung diberikan pada Viny.

Viny meraih tespek itu lalu menunduk untuk memeriksanya. Matanya membulat sempurna saat melihat hasilnya. "Ini beneran punya kamu?"

Shani mengangguk, "Iya kak."

"Tapi ini satu garis! Berarti kamu gak hamil!" Viny melemparkan tespek itu kemudian menatap Shani

"Loh bukannya kalo satu garis itu artinya hamil ya?" Shani memiringkan kepalanya menatap Viny bingung.

"Shan," Viny merasa dunia berputar dipandangannya, pandangannya sudah semakin buram karena merasa sangat pusing, "kamu nyaris bikin aku gila," ucapnya pelan. Tidak lebih dari dua detik, tubuhnya langsung ambruk kebawah.

"Kakak!!"

Flash Fiction (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang