"Kamu cantik banget deh Shan hari ini, bajunya juga bagus," puji Viny tersenyum memandangi tubuh Shani dari atas sampai bawah.
"Orang aku cuma pake kaos sama celana doang buat makan siang, kamu boong banget," Shani memutar malas bola matanya, "apa kamu baru bikin salah ya makanya baik-baikin aku?"
Viny menghela napas lelah lalu menggenggam tangan Shani dan mulai berjalan masuk kedalam restoran, "Sensi banget pacar aku. Semoga cepet beres ya datang bulannya."
"Oh ya kak," Shani duduk di kursi, "aku gak bisa nganter kamu ke toko buku gapapa ya?"
"Gapapa kok." Viny tersenyum lebar ikut duduk dihadapan Shani
"Kok kamu malah senyum-senyum? Oh kamu seneng ya aku gak jadi ikut? Kamu mau modusin cewek-cewek yang lebih cantik dari akukan? Ngaku deh."
"Ngga, sayang."
"Aku ikut pokoknya."
"Ya udah iya."
"Kok males gitu jawabnya? Kamu gak suka ya aku ikuuuut?"
Viny meringis lalu memegangi kepalanya sendiri, "A-aku pusing."
Shani memutar malas bola matanya, "Kamu gak bisa boongin aku."
Viny terkekeh pelan, "Iya-iya maaf."
Tak lama, Viny menyebutkan pesanannya saat pelayan datang. Sementara Shani hanya diam kemudian memeriksa tas kecilnya. Matanya terbelalak, "Yaampun aku lupa!"
"Apa?" tanya Viny setelah memesan makannya kemudian menatap Shani, "dompet? Gapapa biar aku yang bayar."
"Bukan, hp aku ketinggalan dirumah." Shani mengerucutkan bibirnya, "ini salah kamu."
"Kok salah aku?"
"Harusnya kamu ingetin aku bukan malah jemput aku gitu aja."
"Ya udah maaf ya." Viny menggenggam tangan Shani lalu mengecup lembut punggung tangannya.
"Iya aku maafin." Shani akhirnya tersenyum melihat sikap lembut Viny, "maaf ya aku ngambek terus."
"Kalo gitu jangan diulangin lagi ya."
"Kok kamu gitu sih ngomongnya?" Shani menarik tangannya dari genggaman Viny, "masih untung aku mau minta maaf. Kamu pikir aku tukang ngulangin kesalahan?"
"Iya maaf ya, jangan marah lagi aku pusing." Viny meremas kasar wajahnya kemudian bersandar. Nafasnya berembus lemah.
"Paling abis ini kamu banding-bandingin aku sama kak Sinka."
"Aku salah apa lagi sayang? Kalo aku salah, aku minta maaf. Jangan kaya gini, aku bener-bener pusing."
"Kamu capek sama aku? Ya udah tinggalin aja." Shani menatap Viny datar.
Viny memejamkan matanya merasakan sesak didadanya. Ia mengembuskan napas dalam lalu dihembuskan keras berusaha meredakan rasa sesak itu. Detik berikutnya ia berdiri kemudian berjalan disamping Shani.
"Sayang," Viny mengusap lembut rambut Shani kemudian mencondongkan sedikit untuk mencium lembut dahi Shani tanpa memperdulikan dimana ia berada saat ini.
"Kak,"
Viny tersenyum tipis lalu menegakkan kembali punggungnya, "Sebanyak apapun kamu bikin aku pusing, aku bakal tetep sabar dan bakal terus ada sama kamu. Tapi kalo kamu yang minta aku pergi, aku bakal pergi." Viny menarik paksa kalung pemberian Shani dilehernya lalu menyimpannya di meja, "kita putus," lanjutnya dan langsung melangkah pergi meninggalkan Shani.