"Aku ngantuk banget, Shan." Viny menguap lebar saat langkahnya sampai didepan rumah Shani.
Shani membuka pintu mempersilahkan Viny masuk lalu menutupnya kembali dan mulai berjalan beriringan dengan Viny. "Ngantuk kenapa?"
Viny merangkul lengan Shani lalu bersandar manja tanpa menghentikan langkahnya. "Kita baru pulang latihan, sebelum latihan kan tadi aku ngerjain tugas dulu banyak banget."
"Berat kak ih." Shani menggedikan bahunya berusaha melepaskan rangkulan Viny tetapi Viny malah semakin mengeratkannya. Ia mendengus pelan, "ya udah aku bikinin makanan ya?"
"Gak laper, mau bobo," jawab Viny dengan manja.
"Kamu sejak kapan manja?" Shani mengulum senyumnya. Sekilas melirik wajah Viny yang tampak menggemaskan.
"Sejak sama kamu." Viny tersenyum simpul kemudian mengecup singkat pipi Shani.
"Cium-cium, bau tau."
"Dih." Viny mendelik malas kemudian menghempaskan tubuhnya disofa kamar Shani.
"Tidur disana gih." Shani mengangkat dagunya menunjuk pada kasur lalu duduk seraya membuka tasnya untuk mengeluarkan Laptop.
"Gak, di kursi aja."
"Aku mau nonton ah, bosen. Ngajak pacar ke rumah malah tidur." Shani memutar malas bola matanya dan mulai membuka laptopnya.
Sementara Viny hanya menggerutu tidak jelas kemudian menutup mata. Tidak menunggu waktu yang lama, tubuhnya yang lelah memaksa kedua matanya untuk tertidur secepat kilat.
Sebelum benar-benar menonton, Shani memandangi wajah tenang Viny selama beberapa detik. Tanpa sadar ia tersenyum tipis kemudian membelai lembut pipi Viny. "Manis banget."
***
"Gilaaaaa aaaaak," teriak Shani histeris.
Viny yang masih tidur reflek melayangkan tangannya hingga satu pukulan mendarat tepat di pundak Shani.
"Apa sih sakit tau," ringis Shani dan memukul keras paha Viny tak sengaja karena terlalu terkejut ditambah lagi dengan pukulan Viny yang lumayan keras.
"Aaarrrgh sakiiit." Viny segera terbangun dari tidurnya dan berdiri menatap Shani sebal. "Ngapain sih? Gak sopan banget orang lagi tidur juga!"
"Ya maaf, aku gak sengaja kak. Lagian kamu tadi duluan mukul aku." Shani menggigit bibir bawahnya sedikit takut melihat tatapan Viny.
"Itu karna kamu teriak! Kamu nonton apa? Aku udah bilang kalo gak berani nonton horror, jangan berani nonton!" Nada suara Viny semakin meninggi.
"Ngg---"
"Ngga apanya? Aku capek, Shan! Kenapa sih tiap hari kamu bikin aku pusing terus?!"
Perlahan Shani menunduk takut tidak ingin lagi melihat tatapan Viny yang tidak biasanya setajam ini. "Maafin aku."
"Kamu tau aku lagi capek! Aku udah bilang aku capek, Shaniii!! Aku capek!" Viny meremas kasar wajahnya lalu membuang pandangan kearah lain.
"Ma-maaf," ucap Shani bergetar menahan tangis. Sementara itu jantungnya sudah berdegup cepat, ada sedikit rasa sesak didada kirinya karena terlalu syok melihat amarah Viny. Ia juga tidak menyangka Viny akan semarah ini hanya karena masalah kecil.
"Kamu---"
"Aku sampai benci o o o diriku sendiri oooo."
Viny mengerutkan dahinya ketika sadar ada lagu How Come. Ia menoleh kesembarang arah berusaha mencari asal suara yang ternyata berasal dari Laptop milik Shani.
Shani buru-buru mematikan video itu dan menutup laptopnya. "Maaf kegedean suaranya."
"Kamu nonton apa?"
"Aku nonton video How Come, aku teriak karna gesrek liat kamu perfomnya bagus banget. Maaf kalo ganggu."
"Eehh... Apa?"