Chapter 1

12.7K 869 43
                                    

Original Story belongs to @SheilaNandos.

Aku disini hanya berusaha untuk menerjemahkannya karena memang ceritanya bagus. The Story isn't my idea. so, please read the original story and give her some support!^^ 

......


Jimin POV

Aku berjalan pulang setelah kerja paruh waktu dan aku merasa sangat lelah. Kuliah dan kerja. Terkadang aku berpikir ini sangat berlebihan. Tetapi aku membutuhkan keduanya karena aku membutuhkan uang. Aku harus membayar apartement kecilku dan makanan. Aku tinggal sendiri semenjak kedua orang tua ku tidak menginginkanku lagi. Mereka tidak menganggapku anak karena aku tidak ingin menjadi apa yang mereka inginkan. Aku ingin menari. Jadi aku pergi ke sekolah seni.

Aku menghela nafas lalu memasang headphone di telinga ku. Memainkan lagu-lagu ballad dan pop. Aku berjalan melintasi taman di sekitar apartement ku ketika aku mulai merasa tidak nyaman. Aku merasa seperti sedang diikuti. Aku pun berhenti. Melihat kesekitar tetapi aku tidak melihat apapun. Hanya ada kegelapan dan beberapa lampu.

Aku kembali menghela nafas. Aku pasti sangat kelelahan sehingga membayangkan hal-hal yang aneh. Aku mulai berjalan dan mengabaikan rasa tidak nyaman ini.

Tiba-tiba, sesorang menahanku dari belakang. Dan sebelum aku berteriak, orang itu menaruh sesuatu di mulut dan hidungku. Mataku membelalak ketika aku sadar benda itu. Sebuah handuk yang sudah diberi obat. Aku menahan nafasku dan melawan pegangan di tubuhku.

"Bernafaslah, baby boy." Aku panik saat mendengar itu. suara berat dan yang pasti sangat mendominasi. Aku tidak tahan lagi dan akhirnya aku mengambil nafas dalam-dalam. Obat itu bereaksi sangat cepat. Aku pun merasa sangat ngantuk. Aku melawannya sedikit lagi tetapi kemudian aku tertidur.

"Good boy. Tidurlah." Suara bisikan yang kudengar sebelum aku tertidur dengan lelap.

...........

Aku mengerang. Kepalaku terasa sangat sakit. Perlahan ku buka mataku. Aku melihat sekeliling dengan bingung dan bangkit. Mataku terbuka lebar. Aku berada di kamar yang asing. Tetapi—ruangan ini terlihat seperti ruangan anak kecil?!

Sial—kenapa aku bisa ada disini?

Kemudian aku teringat tentang penculikan atas diriku ini. Sontak, aku meloncat dari kasur dan berlari kearah pintu, mencoba untuk membuka nya tetapi aku gagal.

Aku panik. Aku pun kembali melihat sekeliling dan menemukan sebuah jendela. Dengan cepat aku bergerak ke arah jendela dan mencoba membukanya. Sayangnya, jendela ini pun dikunci. Aku melihat keluar dan aku pikir aku berada di lantai 3 atau 4. Karena aku tidak melihat terlalu jauh. Hanya beberapa bangunan dan taman yang tidak kukenali.

Aku melangkah mundur, kembali ke ranjang dan duduk di atasnya. Aku merasa takut. Apa yang orang itu inginkan dariku. Maksudku, aku menonton film-film penculikan dan aku tidak mempunyai apapun untuk mereka. Tidak ada uang dan ketenaran. Aku hanya pemuda biasa yang sendirian dan suka menari. Tidak lebih.

Aku mengamati kamar kecil ini dan melihat banyak boneka beruang serta mainan untuk balita. Kenapa aku harus di tempatkan di ruangan untuk balita? Aku berumur 21 tahun dan sudah dewasa. Perlahan aku meraih boneka beruang disamping ku. Boneka ini berwarna cokelat dan kecil. 'lucu'.

Sesaat kemudian, pintu terbuka. Sontak aku terlonjak dan melepaskan boneka itu dari genggamanku. Aku melihat ke arah pintu. Seorang pemuda—aku pikir lebih tua dariku—berdiri di depan pintu dan tersenyum padaku. Dia mendatangiku dan aku berpindah ke tengah ranjang. Aku menatap laki-laki itu dengan takut. Dia sangat tinggi dan mempunyai surai berwarna merah muda. Dia berhenti di samping boneka beruang dan mengambilnya.

"ini, sayang." kata laki-laki itu dan memberi boneka beruangnya kepadaku. Aku hanya menatap tangannya. Mereka sangat besar. Aku memeluk diriku sendiri dan melihat ke arah lain.

"kenapa—kenapa aku disini?" aku bertanya dengan bisikan. Laki-laki itu tertawa dan aku menatapnya kebingungan.

"aku akan melindungimu." Ucapnya ringan.

"melindungi ku? Aku tidak tahu apa yang kau katakan tapi kumohon, lepaskan aku."

"tidak akan terjadi, baby boy."

"baby boy? Aku bukan anak kecilmu, dasar mesum." Aku berucap kasar. Perlahan senyumnya menghilang dan dia mengerutkan keningnya.

"Kamu adalah anak kecil ku. Dan ubah nada bicara mu ketika berbicara padaku, Daddy mu. Apa kamu mengerti? Jika tidak, maka kamu harus dihukum." Ia tersenyum lagi. Kemudian ia duduk di ranjang dan menaruh boneka beruang itu disamping nya.

"Dasar psikopat mesum! BIARKAN AKU PERGI!" aku berteriak kepadanya dan turun dari ranjang. Aku berlari kearah pintu tetapi ia meraih pergelangan tanganku dan menarik ku kembali. Aku berteriak dan berusaha untuk melawan. Tetapi ia sangat besar. Dan aku tidak mempunyai kekuatan untuk melawannya.

Dia duduk dan menaruhku di pangkuannya. Dia menahanku sehingga aku tidak bisa bergerak bebas. Ia pun melihatku dengan tatapan tidak setuju. Aku menatapnya tajam.

"bukankah sudah jelas, baby?" bisiknya.

"LEPASKAN AKU!" aku hanya mendesis dan mencoba untuk bergerak. Aku benar-benar tidak bisa melawan raksasa sepertinya.

"aku mengerti. Untuk kelakuan nakalmu, kamu akan mendapatkan 10 pukulan." Aku membelalakan mataku ketika ia memutar tubuhku sehingga perutku berada di lututnya. Aku menciba untuk melepaskan diri tapi dia menahan pinggangku.

"AKU BUKAN ANAK KECIL!" aku berteriak keras.

"You are daddy's baby boy." Ucapnya dan mulai memukul pantatku dengan keras.

Setelah pukulan ke-4, aku mulai memohon untuk dihentikan. Aku tidak pernah merasakan sesakit ini di pantatku. Air mataku keluar dan aku meremas selimut di depanku.

"6 lagi, sayang." bisiknya dan melanjutkan memukulku. Seperti—sebetulnya apa sih yang salah dengan laki-laki ini? Memukul pantat orang 21 tahun dan menyebutnya anak kecil? Dia pasti sakit.

"kumohon berhenti! Kumohon." Aku merengek seakan aku berumur 8 tahun. Aku tidak tahan lagi. Ia memukul dengan keras. Aku pun merintih kesakitan dan tersedu-sedu.

"dua lagi. Seperti anak Daddy yang baik, menerima hukuman nya." Ia berbisik dan memuji ku. Dia benar-benar sakit! Ia pun kembali memukul pantatku 2 kali dan biarkan aku beritahu, yang terakhir adalah yang terkeras. Aku pun menangis dengan keras.

Dia pun memutar tubuhku dan memelukku di pangkuannya. Aku hanya menangis, terlalu takut untuk melawan. Ia mengelus punggungku untuk menenangkan ku. Akhirnya tangisanku mulai mereda dan dia tersenyum padaku.

"apa sekarang kamu mau bersikap baik dan nurut?" tanyanya. Aku berpikir sejenak kemudian mengangguk perlahan. Aku tidak berani melihatnya.

"gunakan kata-kata, sayang." aku menatapnya.

"Iya." Bisiku dengan suara yang pecah.

"iya apa?" ia tersenyum. Apa? Oh tunggu—aku tidak akan mengatakannya. "iya apa, baby boy?" dia berhenti mengusap punggungku dan senyumnya perlahan menghilang. Aku kembali panik.

"iya, Daddy." Kataku dan aku merasakan ketakutan kembali terbentuk di diriku.

"Anak yang baik. Sekarang, apa kamu lapar?" aku menggelengkan kepala. Aku hanya ingin meninggalkan tempat sialan ini.

"Jawaban yang salah, Baby boy. Diam disini dan bermain, oke? Warnailah sesuatu. Aku akan memasak kemudian kamu bisa menunjukan gambarnya ketika aku kembali." Ia menempatkanku di depan meja kecil dengan buku mewarnai dan pensil warna. Kemudian dia pergi.

........

oke, sebetulnya ini salah satu publish an pertama ku di akun ini. haha 

hope you like it!^^

Vote + Comment, please!

Next chap, 29 March.

My Little Minnie [Translation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang